Agnes, akrab disapa “Paw”. Dia adalah seorang pecinta olahraga voli. Paw menyukai tahu, kaligrafi, dan semua hal yang cantik-cantik. Motto hidupnya adalah never stop learning.

Posts

Melayani yang Terkecil

Rabu, 24 April 2019

Melayani yang Terkecil

Baca: Lukas 14:15-23

14:15 Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”

14:16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.

14:17 Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.

14:18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.

14:19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.

14:20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.

14:21 Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.

14:22 Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat.

14:23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.

Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah. —1 Korintus 1:28

Melayani yang Terkecil

Sebuah video menunjukkan seorang laki-laki berlutut di tepi jalan raya yang ramai saat sedang terjadi kebakaran hutan yang hebat. Ia tampak bertepuk tangan dan memanggil-manggil dengan nada membujuk. Apakah yang dinantikannya? Seekor anjing? Sesaat kemudian seekor kelinci muncul. Laki-laki tersebut meraup kelinci yang ketakutan itu lalu berlari menuju tempat aman.

Bagaimana tindakan penyelamatan yang sepele seperti itu bisa menjadi berita besar? Karena belas kasihan yang ditunjukkan kepada mereka yang tidak berdaya sungguh menyentuh hati kita. Dibutuhkan kebesaran hati untuk memberi tempat bagi makhluk yang terkecil.

Yesus berkata bahwa Kerajaan Allah itu seperti seorang tuan yang mengadakan perjamuan dan menyiapkan tempat bagi siapa saja yang mau datang. Tidak hanya pembesar dan berpengaruh, tetapi juga “orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh” (Luk. 14:21). Saya bersyukur Allah mencari mereka yang lemah dan sepertinya tak berarti, sebab jika tidak, saya tidak akan pernah diselamatkan. Paulus berkata, “Apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, . . . supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah” (1Kor. 1:27-29).

Alangkah luar biasanya kebesaran hati Allah hingga Dia mau menyelamatkan orang kecil seperti saya! Oleh karena itu, saya perlu bertanya, seberapa besar hati saya sudah bertumbuh? Saya hanya perlu melihat sejauh mana saya telah melayani mereka yang dipandang kurang berarti oleh masyarakat, bukan bagaimana saya berusaha menyenangkan mereka yang “terpandang”. —Mike Wittmer

WAWASAN

Alkitab menggunakan gambaran perjamuan atau pesta untuk melambangkan tawaran keselamatan Allah bagi dunia ini. Yesaya menyatakan bahwa “TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung Sion ini bagi segala bangsa-bangsa suatu perjamuan” (25:6). Lukas menggunakan kiasan seseorang yang mengundang banyak tamu ke “perjamuan besar” (14:16-17). Matius mengumpamakannya dengan “perjamuan kawin” anak raja yang berlangsung satu minggu penuh (22:2). Yohanes berbicara mengenai sebuah “perjamuan kawin Anak Domba” (Wahyu 19:9), di mana umat percaya dari segala bangsa berkumpul untuk merayakan keselamatan kekal Allah. Mereka akan datang “dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub” (Matius 8:11). “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah” (Lukas 14:15).—K.T. Sim

Orang-orang seperti apa yang sulit Anda hargai? Bagaimana cara Allah menolong Anda untuk mengubah sikap Anda tersebut?

Tuhan, tolonglah kami, pelayan-pelayan-Mu, menghargai orang lain seperti yang Kau lakukan, terlepas dari siapa mereka dan apa yang mereka lakukan.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 19–20; Lukas 18:1-23

Handlettering oleh Agnes Paulina

Hati yang Penuh Damai Sejahtera

Kamis, 11 April 2019

Hati yang Penuh Damai Sejahtera

Baca: Amsal 14:29-35

14:29 Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan.

14:30 Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang.

14:31 Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia.

14:32 Orang fasik dirobohkan karena kejahatannya, tetapi orang benar mendapat perlindungan karena ketulusannya.

14:33 Hikmat tinggal di dalam hati orang yang berpengertian, tetapi tidak dikenal di dalam hati orang bebal.

14:34 Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa.

14:35 Raja berkenan kepada hamba yang berakal budi, tetapi kemarahannya menimpa orang yang membuat malu.

Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang. —Amsal 14:30

Hati yang Penuh Damai Sejahtera

Selama empat puluh lima tahun setelah karirnya sebagai atlet profesional berakhir, nama Jerry Kramer tidak pernah masuk dalam daftar atlet berprestasi (Hall of Fame) dari bidang olahraga yang digelutinya. Ia pernah mendapatkan banyak penghargaan dan pencapaian lain, tetapi yang satu itu belum pernah ia terima. Walaupun sudah sepuluh kali dinominasikan untuk mendapatkan penghargaan itu, ia belum pernah mendapatkannya. Meski harapannya kandas berulang kali, Kramer tidak sakit hati. Ia berkata, “Saya merasa NFL (badan liga football Amerika) sudah memberi saya 100 hadiah di sepanjang hidup saya, jadi alangkah tololnya bila hanya karena satu penghargaan yang tidak saya dapat, saya lantas kecewa atau marah.”

Orang lain mungkin akan sakit hati apabila dikecewakan berkali-kali dan dikalahkan oleh pemain-pemain lainnya, tetapi Kramer tidak. Perilakunya menunjukkan bagaimana kita bisa menjaga hati kita dari perasaan iri hati yang “membusukkan tulang” (Ams. 14:30). Ketika kita terobsesi dengan apa yang tidak kita punyai—dan gagal menghargai banyaknya hal yang kita punyai—damai sejahtera Allah tidak akan tinggal dalam hati kita.

Setelah dinominasikan untuk kesebelas kalinya, akhirnya Jerry Kramer dinobatkan masuk ke dalam NFL Hall of Fame pada bulan Februari 2018. Mungkin keinginan duniawi kita tidak kunjung terwujud seperti yang akhirnya dialami Kramer. Namun, kita semua bisa memiliki “hati yang tenang” ketika kita memilih memusatkan perhatian pada berbagai bentuk kemurahan hati Allah yang telah kita terima. Apa pun keinginan kita yang tidak kunjung terpenuhi, kita selalu bisa menikmati damai sejahtera dari Allah yang memberi kehidupan. —Kirsten Holmberg

WAWASAN

Pemahaman tentang ragam puisi Ibrani akan sangat membantu saat kita membaca kitab-kitab Hikmat dalam Perjanjian Lama. Bentuk puisi ini disusun dengan berbagai majas seperti metafora, simile, akrostik, dan aliterasi. Salah satu majas lebih kompleks yang ditemukan dalam Amsal adalah paralelisme, yaitu pengulangan pokok pikiran utama sebanyak dua kali dalam satu pepatah.
Paralelisme antitesis terdapat dalam enam dari tujuh amsal yang kita baca hari ini (ay.29,30,31,32,34,35). Dalam bentuk antitesis, suatu konsep disajikan dengan dua kalimat yang saling berlawanan, menggunakan kata sambung tetapi untuk menunjukkan kontras. Paralelisme sinonim ditemukan pada ayat 33. Dalam paralel sinonim, suatu pemikiran disajikan dengan pengulangan serupa menggunakan kata-kata yang berbeda serta kata sambung dan untuk menunjukkan perbandingan. —Bill Crowder

Dalam hal apa Anda tergoda untuk memusatkan perhatian pada apa yang tidak Anda miliki? Langkah-langkah apa yang dapat Anda ambil dalam minggu ini untuk berfokus pada apa yang Allah sudah sediakan?

Allah memberikan kita damai sejahtera dan masih banyak yang lainnya.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 17–18; Lukas 11:1-28

Handlettering oleh Agnes Paulina

Apa yang Kamu Inginkan?

Hari ke-21 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Apa yang Kamu Inginkan?

Baca: Yakobus 4:1-3

4:1 Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?

4:2 Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa.

4:3 Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.

Apa yang Kamu Inginkan?

Sengketa, pertengkaran, pembunuhan. Yakobus memakai beberapa bahasa yang sangat tajam dalam bagian ini. Mungkin kamu bisa berpikir, “Hmm, ayat Alkitab ini bukan untukku. Aku bukan orang yang suka berargumen, apalagi bertengkar tanpa alasan yang jelas”. Lagipula, Yakobus mengalamatkan suratnya itu kepada kedua belas suku Yahudi yang terpencar di antara bangsa-bangsa non-Yahudi, tidak kepada kita, bukan?

Namun, Yakobus pada dasarnya memperingatkan kita bahwa semua konflik dan argumen itu berakar dalam keinginan kita yang egois untuk memuaskan hasrat pribadi kita—entah itu kekuasaan, kesenangan, atau kemakmuran. Itu berarti kita semua yang tinggal di dunia ini pasti akan bergumul mengatasi hasrat mengejar segala kesenangan yang ditawarkan dunia (1 Yohanes 2:16; Titus 3:3). Saat kita tidak punya atau tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, terjadilah sengketa atau pertengkaran—adakalanya bisa berujung pada pembunuhan. Ini sebenarnya kisah lama yang sudah ada sejak zaman Kain hingga para pembunuh zaman sekarang. Kenyataan yang harus kita hadapi adalah: kita tinggal di dalam dunia yang menghargai dan mengejar hasrat pribadi, berapapun harga yang harus dibayar.

Sebelum kita menyimpulkan bahwa kita tidak seburuk Kain atau seorang pembunuh massal, pikirkanlah pertengkaran terakhir yang kita alami—entah itu dengan orang tua, saudara, teman, atau rekan kerja kita. Apa akar penyebabnya? Apakah itu gengsimu untuk mengakui kesalahanmu? Apakah itu keegoisanmu yang tidak mau memberikan pertolongan karena tidak mau zona nyamanmu terganggu? Apakah itu kemarahanmu yang membuat argumenmu meledak? Apakah itu iri hati yang membuatmu bergosip tentang teman sekolah atau rekan kerjamu? Bila kita mengambil waktu sebentar, kita akan menyadari betapa penyebabnya kebanyakan berkaitan dengan kecenderungan diri kita sendiri untuk mendapatkan apa yang kita mau dan untuk melindungi kepentingan pribadi kita (meski itu harus mengorbankan orang lain).

Pada akhirnya, Yakobus berkata bahwa kita tidak memiliki dan tidak bisa mendapatkan apa yang kita mau karena kita tidak memintanya dari Tuhan, atau karena kita meminta dengan motif yang salah.

Segala pemberian yang baik berasal dari Tuhan dan Dia memberikannya dengan murah hati setiap kali kita sungguh-sungguh mencari hikmat-Nya atau melaksanakan kehendak-Nya dalam segala sesuatu yang kita kerjakan (Yakobus 1:5, 17). Itu sebabnya Yakobus mengajak kita untuk mengevaluasi niat di balik permohonan doa kita: apakah tujuan utamanya adalah untuk memenuhi keinginan pribadi kita atau untuk memenuhi kehendak Tuhan? Apakah kita meminta Tuhan memberikan kita nilai yang baik, keberhasilan kerja, atau berkat-berkat tertentu untuk memuliakan Dia, atau untuk memuaskan kecintaan dan kesenangan pribadi kita belaka?

Jalan keluarnya adalah memohon Tuhan menyelaraskan hasrat hati kita dengan-Nya supaya kerinduan-kerinduan kita sesuai dengan kehendak-Nya. Ketika hasrat kita tidak bertumpu pada keinginan daging kita tetapi pada keinginan menyenangkan dan menghormati Tuhan, Dia berjanji bahwa apapun yang kita minta atau inginkan akan diberikan kepada kita (Matius 7:7-8). Hasil yang akan kita terima bukanlah sengketa, pertengkaran, atau pembunuhan—melainkan hikmat, damai, dan buah-buah kebenaran (Yakobus 3:16-18).—Wendy Wong, Singapura

Handlettering oleh Agnes Paulina

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Nasihat apa yang belakangan kamu dengar dari dunia tentang mengejar apa yang kamu harapkan?

2. Kebenaran apa yang mendorong atau menantangmu untuk mencari Tuhan sungguh-sungguh dalam doa-doamu?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Wendy Wong, Singapura | Wendy adalah seorang penulis yang bercita-cita tinggi, seorang jurnalis televisi, dan juga seorang murid Kristus. Dia berharap agar Tuhan dapat menggunakan apa yang sudah Dia berikan dalam dirinya untuk memuliakan-Nya melalui kata-kata dan pekerjaan yang Wendy tekuni. Wendy merasa harinya sempurna ketika dia bisa meluangkan waktu berkualitas bersama Tuhan, membaca novel, dan mengagumi ciptaan Tuhan dengan mendaki gunung atau bersepeda.

Bagikan apa yang kamu dapat dari #WSKSaTeYakobus di Instagram Story kamu! Klik di sini untuk download template.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus

Mengetahui dan Melakukan

Hari ke-8 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Mengetahui dan Melakukan

Baca: Yakobus 1:22-25

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

Mengetahui dan Melakukan

Kita sering berkata (atau mendengar) bahwa kita ingin mengetahui kehendak Tuhan untuk hidup kita. Namun, seberapa sering kita berpikir tentang melakukan kehendak Tuhan? Apakah mengetahui itu sama dengan melakukan? Kita menipu diri sendiri jika kita berpikir keduanya sama. Ada sebuah jembatan yang harus diseberangi di antara dua poin ini, yaitu yang kita sebut sebagai: ketaatan.

Tuhan tidak menyembunyikan kehendak-Nya dari kita. Hukum-Nya yang sempurna telah dinyatakan di dalam Alkitab yang hari ini dimiliki jutaan orang dan bisa diakses dari seluruh belahan dunia. Tuhan berbicara kepada kita dan mendesak kita untuk memperhatikan hukum tersebut. Namun, seberapa sering kita pergi menjauh dari firman Tuhan? Seberapa sering kita merasa puas diri dengan wawasan baru yang kita dapatkan dari pendalaman Alkitab kita, tetapi gagal membuat perubahan yang nyata dalam hidup kita?

Aku pernah sekali menjalin hubungan dengan seorang pemuda yang berbeda keyakinan. Ada jurang yang dalam di antara pandangan kami berdua, yang awalnya tidak kuanggap sebagai masalah serius. Seiring berjalannya waktu, Tuhan mengirimkan sejumlah orang untuk memberiku teguran. Tuhan juga berbicara kepadaku secara pribadi dari 2 Korintus 6:14 dalam beberapa peristiwa: “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”

Sekalipun firman Tuhan jelas mengatakan bahwa hubunganku itu dapat membahayakan hubungaku dengan Yesus, aku tidak mau mendengarkannya. Aku mempertanyakan kebijaksanaan Tuhan dan menolak untuk taat.

Responsku sama seperti orang yang digambarkan Yakobus dalam ayat 23: ia mengamat-amati dirinya di depan cermin dan melihat segala ketidaksempurnaannya, tetapi kemudian pergi tanpa melakukan upaya perubahan sedikitpun.

Pada akhirnya, aku harus menanggung konsekuensi karena memaksakan diri melakukan apa yang aku mau. Aku jadi tidak bisa berdoa, membaca Alkitab, pergi ke gereja, atau berbicara tentang Tuhan kepada pacarku itu. Selalu ada tarik-menarik setiap kali kami harus memutuskan ke mana kami akan mengisi kebutuhan rohani kami. Pada akhirnya kami bertengkar tentang Tuhan dan juga tentang panggilanku ke ladang misi. Sekalipun akhirnya aku mengakhiri hubungan tersebut, aku masih menyimpan luka akibat hubungan itu.

Firman Tuhan menjadi seperti sebuah cermin bagi diri kita yang sesungguhnya. Firman Tuhan memantulkan rupa kita dari dalam batin kita. Firman Tuhan menyingkapkan kondisi hati kita yang sebenarnya, dan memberitahu kita apa yang perlu kita lakukan untuk menyelaraskan hati kita dengan hati Tuhan. Yang penting bukanlah seberapa banyak yang sudah kita dengar atau pahami, melainkan apakah kita menaati yang sudah kita dengar itu.

Orang kedua yang digambarkan Yakobus dalam ayat ke-25 tidak hanya mendengar dan memahami firman Tuhan, tetapi juga melakukannya. Orang ini melihat ketidaksempurnaannya dalam terang firman Tuhan, dan ia pun mengambil langkah-langkah nyata untuk menaati firman Tuhan. Orang ini mendengar dan melakukan firman Tuhan secara terus-menerus. Perbuatannya itu membuat ia berbahagia.

Yakobus berkata bahwa kita harus menjadi para pelaku firman dan bukan hanya pendengar. Mari kita memeriksa diri kita masing-masing dan mempraktikkan kebenaran yang kita dengar (ay.22-25). —Kezia Lewis, Filipina

Handlettering oleh Agnes Paulina

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Apa yang firman Tuhan minta untuk kamu lakukan? Apakah kamu melakukannya?

2. Apa yang menghalangimu untuk melakukan firman Tuhan?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Kezia Lewis, Filipina | Kezia tinggal bersama suaminya, Jason, di Krabi, Thailand. Mereka berdua melayani bersama di yayasan Sowers International. Mereka mengajar bahasa Inggris di sekolah lokal. Kezia dan saudarinya diberi nama oleh ibunya (yang kala itu belum membaca Alkitab) sebuah nama yang berasal dari Alkitab, yaitu nama anak-anak Ayub (Ayub 42:14). Kezia suka memanggil Tuhan sebagai “Bapa” dan dia merasa tenang saat cuaca hujan.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus