Posts

4 Tipe Pengguna Uang—Kamu Termasuk yang Mana?

Penulis: Ivan Kwananda Pangestu
Adaptasi dalam Bahasa Inggris: What Type of Spender Are You?

What-type-of-spender-are-you

Saya termasuk orang yang sangat irit soal uang. Saya tumbuh besar dalam keluarga yang pas-pasan secara ekonomi. Saya harus sangat disiplin menyimpan uang agar bisa membayar biaya sekolah. Uang menjadi sangat penting untuk memberi saya rasa aman dalam hidup ini.

Namun, melalui berbagai peristiwa, saya belajar bahwa uang bukanlah segala-galanya. Tuhan menunjukkan kepada saya bahwa yang memelihara hidup saya sesungguhnya bukanlah kemampuan saya menyimpan uang. Tuhanlah yang memelihara hidup saya—saya harus bergantung kepada-Nya, bukan kepada uang! Saya mulai belajar untuk melihat uang bukan sebagai penyelamat hidup saya, tetapi sebagai harta yang dipercayakan Tuhan untuk saya gunakan secara bijaksana. Beberapa tahun terakhir, saya mulai menjalankan “proyek memberi” di hari-hari khusus seperti Imlek, Valentine, dan Natal, untuk melatih diri saya dalam hal memberi. Saya menyiapkan beberapa amplop yang diisi dengan uang untuk saya berikan kepada orang yang membutuhkan.

Setiap kita tentu memiliki cara dan kebiasaan yang berbeda-beda dalam menggunakan uang. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh kepribadian kita, nilai-nilai yang kita pegang, juga pola penggunaan uang yang ada dalam keluarga kita.

Segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan, termasuk apa yang ada di dompet dan rekening tabungan kita (Mazmur 24:1). Dia menghendaki kita menjadi hamba yang baik dan setia dalam mengelola apa yang dipercayakan-Nya di tangan kita (Matius 25:21). Suatu hari kelak, Tuhan kita, Pemilik dari segala sesuatu, akan datang dan meminta pertanggungjawaban atas penggunaan sumber-sumber daya yang ada pada kita.

Untuk memuliakan Tuhan dengan harta kita (Amsal 3:9), saya mendorong kita semua untuk mulai dari hal yang sederhana: memperhatikan kebiasaan kita dalam menggunakan uang. Mengenali kekuatan dan kelemahan kita akan sangat menolong kita untuk menjadi pengelola yang baik dari apa yang Tuhan percayakan di tangan kita. Dengan sedikit bekal yang saya dapatkan saat kuliah manajemen keuangan, saya ingin membagikan beberapa saran praktis untuk 4 tipe pengguna uang yang sering saya jumpai.

1. Pemberi yang Murah Hati

Ini tipe orang yang suka menggunakan uang mereka untuk orang lain. Ia bahagia ketika uangnya bisa membuat orang lain tersenyum dan bersukacita. Ia suka mentraktir temannya, membelikan hadiah, serta berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan. Kebahagiaan orang lain membuatnya dua kali lebih bahagia.

Kekuatan: Murah hati adalah kualitas yang indah. Alkitab sendiri mengajar kita untuk murah hati, sama seperti Bapa kita yang murah hati (Lukas 6:36, Amsal 22:9, 2 Korintus 9:6; 1 Timotius 6:18). Pemberi yang murah hati dapat leluasa dipakai Tuhan menjadi jawaban doa bagi sesama yang membutuhkan, menolong orang lain merasa dihargai dan dikasihi di tengah dunia yang makin individualis.

Kelemahan: Karena mudah tergerak dengan kebutuhan orang lain, para pemberi yang murah hati seringkali kurang perhitungan dalam mengelola keuangannya. Mereka kesulitan untuk menabung secara teratur dan konsisten. Pemberi yang murah hati juga cenderung mudah frustrasi bahkan merasa bersalah bila tidak bisa memberi bagi orang lain. Akibatnya mereka bisa saja dimanfaatkan orang lain. Dalam kasus ekstrim, mereka bisa saja mengorbankan kebutuhan pribadi atau keluarga demi membantu orang lain yang membutuhkan.

Saran: Para pemberi yang murah hati perlu belajar membuat perencanaan keuangan yang lebih baik. Buatlah pos-pos pengeluaran yang spesifik, terutama untuk hal-hal yang rutin dan menjadi prioritas (misalnya untuk perpuluhan, persembahan, tabungan), dan latihlah diri untuk disiplin dalam melakukan apa yang sudah direncanakan. Jumlah yang lebih besar bisa dialokasikan untuk pos “pemberian”, namun ingatlah juga mengalokasikan jumlah yang cukup untuk ditabung (tabunglah minimal 10-20% dari total pemasukan). Dengan berdisiplin dalam perencanaan keuangan, para pemberi yang murah hati nantinya akan menemukan keleluasaan memberi yang lebih besar dan lebih membawa dampak bagi orang lain.

Para pemberi yang murah hati juga perlu memiliki kerendahan hati untuk mengakui keterbatasannya dan tidak memaksakan diri membantu orang lain secara finansial ketika situasinya memang tidak memungkinkan. Berdoalah, mohon Roh Kudus memberi kita kepekaan untuk dapat memberi dengan bijaksana, tidak asal memberi setiap kali kita merasa ingin melakukannya (Amsal 19:2-3).

2. Penyimpan yang Andal

Ini tipe orang yang sangat berhati-hati dan penuh perhitungan dalam menggunakan uang, bahkan bisa dibilang cenderung pelit (contohnya saya sendiri). Bagi mereka, setiap rupiah sangat berharga. Dengan cermat ia akan menyediakan uang dalam berbagai pecahan agar selalu bisa membayar dengan uang pas (tidak ada kesempatan bagi kasir untuk memintanya mendonasikan uang kembalian saat belanja).

Kekuatan: Tipe orang ini merencanakan penggunaan uangnya dengan cermat. Mereka bisa menyimpan uang dengan sangat baik. Sangat cocok mengambil peran sebagai bendahara organisasi untuk memastikan uang yang masuk tidak disalahgunakan.

Kelemahan: Penyimpan yang andal biasanya dianggap sebagai orang yang egois dan agak berlebihan dalam mengantisipasi kebutuhan. Jika tidak hati-hati, uang bisa menjadi berhala karena para penyimpan yang andal ini memberi nilai yang terlalu tinggi pada uang. Tipe ini sukar untuk memberi bagi orang lain, meskipun kebutuhan orang itu tampak jelas di depan mata.

Saran: Para penyimpan yang andal perlu melatih diri untuk memberi, karena Tuhan sendiri tidak menghendaki kita menutup mata terhadap mereka yang membutuhkan (Amsal 14:31; 28:27). Bersyukurlah atas apa yang dimiliki dan mulailah belajar memberi dengan tulus kepada orang-orang di sekitar kita (bisa mulai dengan jumlah yang kecil dulu). Ibrani 13:5 adalah bagian firman Tuhan yang perlu selalu diingat para penyimpan yang andal: “Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.”

3. Pembelanja yang Impulsif

Tipe berikutnya adalah orang-orang yang menggunakan uangnya secara impulsif. Artinya, cepat mengeluarkan uang sesuai dorongan hati, tidak ada perencanaan dan perhitungan yang matang. Ia sangat gampang berespons terhadap iklan, diskon, dan label bertuliskan “harga khusus”. Pembelian barang atau jasa yang ia lakukan lebih banyak dipicu oleh keinginan bukan kebutuhan.

Kekuatan: Pembelanja yang impulsif adalah orang-orang yang suka menikmati hidup. Mereka teman yang selalu asyik untuk diajak bersenang-senang (belanja, wisata kuliner, dan sebagainya). Mereka tidak menahan-nahan berkat yang mereka terima, berusaha memaksimalkan setiap kesempatan yang ada. Mereka bisa menjadi sumber informasi yang baik tentang tempat-tempat makan atau belanja yang sedang diskon.

Kelemahan: Berapa pun pendapatan yang dimiliki, biasanya di akhir bulan akan habis atau sedikit tersisa. Para pembelanja yang impulsif kurang memiliki proyeksi penggunaan uang jangka panjang. Mereka sangat mudah terjerat utang, apalagi bila memiliki fasilitas yang memudahkan mereka menggunakan uang seperti kartu kredit atau pinjaman lunak.

Saran: Para pembelanja yang impulsif harus melatih diri untuk membedakan yang namanya kebutuhan dan keinginan. Sebelum membeli sesuatu, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah aku benar-benar memerlukannya ataukah ini sebuah keinginan saja?” Bila sedang tidak ada kebutuhan penting, sebaiknya tidak jalan-jalan di area perbelanjaan, apalagi yang memajang label “harga khusus”, agar tidak tergoda untuk membeli hal yang tidak perlu. Buatlah daftar belanja yang terperinci sebelum pergi ke toko, dan tahan diri untuk tidak membeli barang-barang di luar daftar tersebut sekalipun harganya sedang murah. Ingatlah peringatan yang diberikan firman Tuhan, “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang yang bebal memboroskannya” (Amsal 21:20).

4. Pengelola yang Hati-Hati

Ini tipe orang yang berhati-hati, selalu menghitung untung rugi sebelum menggunakan uang sesuai dengan situasi yang mereka hadapi. Biasanya mereka tahu bagaimana menggunakan uang pada waktu yang tepat untuk tujuan yang tepat, memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Kekuatan: Tidak ada uang yang digunakan sia-sia, setiap pengeluaran selalu diatur seefisien mungkin. Pengelola yang hati-hati biasanya akan banyak dihormati orang dan dimintai nasihat dalam hal keuangan.

Kelemahan: Orang yang cakap mengatur uang bisa menjadi manipulatif dan tidak tulus dalam memberi. Mereka ingin agar setiap penggunaan uang terukur hasilnya. Memberi untuk sesuatu yang belum jelas hasilnya (misalnya untuk pekerjaan misi, perintisan jemaat) adalah hal yang sulit mereka lakukan.

Saran: Pengelola yang hati-hati perlu belajar menumbuhkan empati kepada sesama. Latihlah diri memberi kepada orang yang tidak dikenal (misalnya: memberi tip kepada pelayan atau petugas keamanan di pertokoan, membayarkan uang bis untuk lansia yang bepergian sendiri), mereka yang tidak akan punya kesempatan membalas kebaikan itu. Mulailah berdoa dan memberi untuk pekerjaan misi sekalipun kita tidak bisa melihat hasilnya dalam jangka waktu yang pendek. Ingatlah apa yang diajarkan Yesus dalam Lukas 14:13-14, “Tetapi apabila engkau mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta. Dan engkau akan berbahagia, karena mereka tidak mempunyai apa-apa untuk membalasnya kepadamu. Sebab engkau akan mendapat balasnya pada hari kebangkitan orang-orang benar.”

Kiranya setiap penggunaan uang kita dapat memuliakan Tuhan dan menyatakan kasih-Nya kepada orang-orang yang Dia tempatkan dalam hidup kita.