Sharing: Bapaku Selalu Ada Untukku
Yesus pernah berkata kalau Dia tidak akan meninggalkan kita, anak-anak-Nya. Janji itulah yang membuatku kuat sampai sekarang.
Oh ya, namaku Wenas. Aku terlahir di keluarga yang taat beragama. Aku tahu tentang Yesus sejak lahir. Ayah adalah orang yang aktif di gereja, dalam pelayanan dan penyebaran Injil. Demikian juga Ibu, ia melayani sebagai pemimpin pujian di gereja. Namun ternyata, keluarga yang aktif di dalam pelayanan tidak menjamin ada kasih yang tumbuh di dalamnya. Ayahku memutarbalikkan prioritas hidupnya, sehingga keluarga kami jadi terbengkalai.
Jujur aku memang sudah kecewa dan sangat jauh dari Ayah sejak kecil. Karena Ayah bekerja di Jakarta, aku hanya bisa mengenalnya di hari Sabtu dan Minggu dimana ia mengunjungi keluarga kami yang tinggal di kota Magelang. Akibatnya, aku tidak merasakan kasih bapa sejak kecil.
Singkat cerita aku tumbuh besar, dan pergumulanku memuncak ketika aku duduk di SMA kelas 2.
Pada saat itu, sudah beberapa tahun aku jarang sekali beribadah di gereja, bahkan tidak merayakan Paskah dan Natal setiap tahunnya. Aku sudah kecewa dengan kondisi keluarga yang hancur. Ayah sering marah dan mengusir Ibu dari rumah. Selama hampir 10 tahun lebih aku tidak pernah merasakan kasih di rumah.
Sampai akhirnya, Ayah pun pergi meninggalkan rumah untuk melanjutkan pendidikannya dalam mencari gelar pendeta di usianya yang lanjut. Ia bahkan memutuskan untuk menikah lagi. Aku sangat kecewa padanya, karena sifat dirinya yang masih begitu duniawi. Aku kecewa pada dirinya yang munafik dan jahat.
Semua itu membuatku tambah tidak percaya kepada Tuhan. Di mataku, Tuhan cuma bawa masalah di hidupku dan selalu ingin memojokkanku. Perasaan seperti ini terbawa terus sampai aku kuliah.
Sebenarnya, sebelum aku lulus SMA, aku pernah berjanji pada Tuhan. Aku bilang, kalau aku bisa kuliah aku akan kembali pada-Nya. Ini aku lakukan karena aku berpikir bahwa aku tidak akan pernah kuliah. Sebabnya, Ibu kini seorang diri menjadi tulang punggung keluarga, ditambah lagi kakakku baru saja lulus dari kuliahnya. Semua itu rasanya mustahil.
Namun, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya! Aku diterima kuliah di salah satu universitas di Yogyakarta. Di benakku, terngiang terus janjiku pada Tuhan, hingga akhirnya aku bertemu seorang teman dan memintanya untuk menemaniku ke gereja.
Pada saat itulah, aku menangis karena merasa bodoh dan sangat menyesal. Sudah hampir 3 tahun lebih aku tidak ke gereja dan saat itu aku kembali lagi. Aku sungguh merasakan, bagaimana Tuhan selalu menyertaiku dan Dia selalu ada untukku selama ini. Sejak saat itu, hari demi hari, kehausanku pada-Nya terus bertambah.
Saat ini aku sudah di semester 7 dan masih bisa kuliah. Selain mengalami pertumbuhan di gereja, aku juga dipercayakan Tuhan untuk melayani sebagai singer di ibadah pemuda. Di kampus pun, mulai dari semester 6, aku aktif dalam Persekutuan Mahasiswa.
Sungguh, sampai saat ini, aku bisa melihat bahwa segala sesuatu itu baik adanya—sekalipun keluargaku mungkin tidak bisa kembali seperti dahulu. Aku yakin semua ini kualami bukan karena aku kuat namun karena Dia hidup di dalamku.
Inilah yang hendak kuceritakan. Lagu berikut aku ciptakan dengan berkaca pada perjalanan hidupku yang berat. Sebuah lagu yang menceritakan pengalamanku bersama Tuhan.
Hanya Kau (Yesus) yang selalu menemaniku di setiap waktu
Hanya Kau yang mampu menyelesaikan masalahku
Dan hanya Kau yang begitu mengasihi-Ku…
Semoga sharing-ku ini menjadi berkat untuk saudara seiman.