Bahkan Kitab Imamat

Kamis, 29 Februari 2024

Baca: Imamat 13:1-8

13:1 TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun:

13:2 "Apabila pada kulit badan seseorang ada bengkak atau bintil-bintil atau panau, yang mungkin menjadi penyakit kusta pada kulitnya, ia harus dibawa kepada imam Harun, atau kepada salah seorang dari antara anak-anaknya, imam-imam itu.

13:3 Imam haruslah memeriksa penyakit pada kulit itu, dan kalau bulu di tempat penyakit itu sudah berubah menjadi putih, dan penyakit itu kelihatan lebih dalam dari kulit, maka itu penyakit kusta; kalau imam melihat hal itu, haruslah ia menyatakan orang itu najis.

13:4 Tetapi jikalau yang ada pada kulitnya itu hanya panau putih dan tidak kelihatan lebih dalam dari kulit, dan bulunya tidak berubah menjadi putih, imam harus mengurung orang itu tujuh hari lamanya.

13:5 Pada hari yang ketujuh haruslah imam memeriksa dia; bila menurut penglihatannya penyakit itu masih tetap dan tidak meluas pada kulit, imam harus mengurung dia tujuh hari lagi untuk kedua kalinya.

13:6 Kemudian pada hari yang ketujuh haruslah imam memeriksa dia untuk kedua kalinya; bila penyakit itu menjadi pudar dan tidak meluas pada kulit, imam harus menyatakan dia tahir; itu hanya bintil-bintil. Orang itu harus mencuci pakaiannya dan ia menjadi tahir.

13:7 Tetapi jikalau bintil-bintil itu memang meluas pada kulit, sesudah ia minta diperiksa oleh imam untuk dinyatakan tahir, haruslah ia minta diperiksa untuk kedua kalinya.

13:8 Kalau menurut pemeriksaan imam bintil-bintil itu meluas pada kulit, imam harus menyatakan dia najis; itu penyakit kusta.

Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, Tuhan, kudus. —Imamat 20:26

Topik yang dibahas dalam Pendalaman Alkitab hari itu adalah Kitab Imamat, dan saya harus mengaku kepada anggota kelompok yang lain: “Jujur, ada banyak bagian kitab ini yang aku lewati, karena aku tidak ingin terus-terusan membaca soal penyakit kulit.”

Saat itulah teman saya Dave berkata, “Aku kenal seseorang yang akhirnya percaya kepada Tuhan karena bagian itu.” Ia menjelaskan bahwa temannya yang adalah seorang dokter itu dulunya ateis. Ia pernah memutuskan untuk tidak akan menolak Alkitab mentah-mentah sebelum membacanya sendiri. Dalam prosesnya, ia merasa takjub saat membaca bagian mengenai penyakit kulit di Kitab Imamat. Bagian itu berisi detail-detail mengejutkan tentang luka yang menular dan yang tidak menular (Im. 13:1-46), lengkap dengan cara pengobatannya (Im. 14:8-9). Ia tahu apa yang tertulis dalam kitab ini jauh melampaui pengetahuan medis zaman itu. Tidak mungkin Musa bisa tahu semua ini, pikirnya. Sang dokter mulai mempertimbangkan bahwa Musa sungguh-sungguh menerima informasi tersebut dari Allah. Di kemudian hari, ia pun mau percaya kepada Tuhan Yesus.

Saya bisa mengerti jika ada bagian-bagian dalam Alkitab yang membuat kamu bosan, karena terkadang saya pun merasakannya. Namun, semua bagian Alkitab ditulis dengan maksudnya masing-masing. Kitab Imamat sendiri ditulis agar orang Israel belajar untuk hidup bagi dan bersama Allah. Dengan mempelajari lebih jauh hubungan antara Allah dan umat-Nya tersebut, kita akan semakin mengenal Allah itu sendiri.

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran,” tulis Rasul Paulus (2Tim. 3:16). Marilah kita terus membaca Alkitab, bahkan Kitab Imamat. —Tim Gustafson

WAWASAN
Kitab Imamat mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir dan menjelaskan bagaimana umat-Nya dapat hidup di hadapan-Nya. Pada waktu itu, imam-imam Israel diberi tanggung jawab besar untuk membimbing bangsa Israel dalam menjalani hidup mereka. Dalam pasal 13, kita menemukan bahwa bimbingan tersebut termasuk menangani dengan saksama orang-orang yang menderita penyakit kulit menular. Para imam dilatih untuk mengenali kondisi penyakit menular dan mewajibkan para penderita penyakit tersebut untuk mengucilkan diri sampai mereka terbukti sembuh (ay.4,8). Namun, penyakit kulit yang ringan dan tidak menular tidak memerlukan karantina (ay.7,11). —Monica La Rose

Bahkan Kitab Imamat

Adakah bagian-bagian Alkitab yang membosankan dan terasa tidak ada sangkut-pautnya dengan kamu? Bagaimana kamu dapat belajar menyadari manfaat dari bagian-bagian tersebut?

Ya Bapa, ajarlah aku untuk menghargai Alkitab. Kiranya setiap bagiannya berbicara kepadaku.

Bacaan Alkitab Setahun:

“Tolonglah Aku yang Tidak Percaya!”

Rabu, 28 Februari 2024

Baca: Markus 9:14-24

9:14 Ketika Yesus, Petrus, Yakobus dan Yohanes kembali pada murid-murid lain, mereka melihat orang banyak mengerumuni murid-murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka.

9:15 Pada waktu orang banyak itu melihat Yesus, tercenganglah mereka semua dan bergegas menyambut Dia.

9:16 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?"

9:17 Kata seorang dari orang banyak itu: "Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu, karena ia kerasukan roh yang membisukan dia.

9:18 Dan setiap kali roh itu menyerang dia, roh itu membantingkannya ke tanah; lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah meminta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat."

9:19 Maka kata Yesus kepada mereka: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!"

9:20 Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa.

9:21 Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: "Sudah berapa lama ia mengalami ini?" Jawabnya: "Sejak masa kecilnya.

9:22 Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami."

9:23 Jawab Yesus: "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!"

9:24 Segera ayah anak itu berteriak: "Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!"

Segera ayah anak itu berteriak: “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” —Markus 9:24

“Di manakah imanku? Bahkan di lubuk hati yang terdalam tidak ada apa-apa selain kekosongan dan kegelapan. . . . Jika Allah ada, kumohon, ampunilah aku.”

Kata-kata tersebut ditulis oleh seseorang yang mungkin tidak kamu duga. Ia adalah Bunda Teresa, seorang tokoh yang dikasihi dan dikenal luas sebagai pelayan yang tak kenal lelah bagi kaum papa di Kalkuta, India. Selama lima dekade, ia diam-diam bergumul dalam krisis iman yang cukup dalam. Pergumulan itu baru terungkap setelah kematiannya pada tahun 1997, ketika sebagian isi buku hariannya diterbitkan dalam buku berjudul Come Be My Light.

Bagaimana kita menghadapi kebimbangan atau perasaan bahwa Allah seakan tidak hadir? Ada orang percaya yang merasakan hal tersebut hampir sepanjang waktu. Namun, banyak juga orang percaya yang sungguh-sungguh mengalami momen atau masa kebimbangan tersebut pada suatu waktu dalam hidup mereka.

Saya bersyukur Kitab Suci telah memberi kita suatu doa indah yang bersifat paradoks, yang mengungkapkan iman dan kebimbangan secara bersamaan. Dalam Markus 9, Yesus bertemu dengan ayah dari seorang anak yang disiksa roh jahat sejak kecil (ay.21). Yesus berkata bahwa sang ayah harus memiliki iman, “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (ay.23). Lalu sang ayah menjawab dengan jujur, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (ay.24).

Permohonan yang jujur dan sungguh-sungguh itu mengundang kita yang bergumul dengan kebimbangan untuk menyerahkan perasaan tersebut kepada Allah. Kita melakukannya dengan mempercayai bahwa Dia sanggup menguatkan iman kita dan memegang tangan kita erat-erat melewati lembah terdalam dan tergelap yang pernah kita alami. —Adam R. Holz

WAWASAN
Saat mengutus murid-murid-Nya untuk mengabarkan tentang kedatangan kerajaan-Nya, Yesus memberi mereka kuasa-Nya atas roh-roh jahat (Markus 6:7). Setelah tiga murid-Nya menyaksikan Yesus berubah rupa di atas gunung (9:2), seorang ayah yang putus asa membawa anak laki-lakinya yang kerasukan setan kepada para murid, tetapi mereka tidak dapat menyembuhkannya. Ketiadaan mukjizat penyembuhan tersebut disebabkan karena ketidakpercayaan (ay.17-19). Ayah tersebut akhirnya mengakui keraguan imannya, “Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (ay.24). Yesus berkata kepada murid-murid-Nya bahwa “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa” (ay.29) dan menegur kelalaian mereka untuk berdoa. Dengan tidak berdoa, mereka telah bergantung pada kuasa mereka sendiri dan bukan pada kuasa Yesus yang sanggup menyembuhkan. —K.T. Sim

“Tolonglah Aku yang Tidak Percaya!”

Pernahkah kamu bergumul dengan kebimbangan dalam perjalanan rohani kamu? Sumber daya rohani apa yang telah menolong kamu bertahan dalam iman?

Bapa yang baik, terkadang aku bimbang. Tolonglah aku ketika aku sulit merasakan kehadiran-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 20-22; Markus 7:1-13

Ketika Yesus Berhenti

Selasa, 27 Februari 2024

Baca: Lukas 18:35-43

18:35 Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis.

18:36 Waktu orang itu mendengar orang banyak lewat, ia bertanya: "Apa itu?"

18:37 Kata orang kepadanya: "Yesus orang Nazaret lewat."

18:38 Lalu ia berseru: "Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!"

18:39 Maka mereka, yang berjalan di depan, menegor dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru: "Anak Daud, kasihanilah aku!"

18:40 Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Dan ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya:

18:41 "Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?" Jawab orang itu: "Tuhan, supaya aku dapat melihat!"

18:42 Lalu kata Yesus kepadanya: "Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!"

18:43 Dan seketika itu juga melihatlah ia, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah. Seluruh rakyat melihat hal itu dan memuji-muji Allah.

Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. —Lukas 18:40

Berhari-hari kucing yang sakit itu menangis, meringkuk dalam kotak dekat tempat kerja saya. Kucing itu ditelantarkan di jalan dan diabaikan oleh orang-orang yang lewat—sampai akhirnya Jun datang. Penyapu jalan itu membawa si kucing ke rumahnya, tempat ia tinggal bersama dua anjing yang dahulu juga ditelantarkan.

“Saya peduli kepada hewan-hewan itu karena tak seorang pun mempedulikan mereka,” kata Jun. “Saya melihat diri saya di dalam mereka. Tidak ada yang peduli pada seorang penyapu jalan.”

Sewaktu Yesus hampir tiba di Yerikho dalam perjalanan menuju Yerusalem, seorang buta duduk mengemis di pinggir jalan. Ia juga merasa diabaikan. Terutama hari itu, ketika orang banyak berjalan melewatinya dan semua mata terfokus kepada Kristus. Tak seorang pun berhenti untuk menolong si pengemis.

Kecuali Yesus. Di tengah hiruk-pikuk orang banyak, Dia mendengar teriakan orang yang terlupakan itu. Kristus bertanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” dan Dia mendapatkan jawaban yang sepenuh hati, “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu Yesus berkata, “Melihatlah engkau, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk. 18:41-42).

Apakah kamu kadang-kadang merasa diabaikan? Apakah teriakan kita ditenggelamkan oleh orang-orang yang tampaknya lebih penting daripada kita? Juruselamat kita memperhatikan mereka yang diabaikan dunia. Berserulah meminta tolong kepada-Nya! Meski yang lain mungkin mengabaikan kita, Dia akan berhenti untuk kita. —Karen Huang

WAWASAN
Mukjizat penyembuhan seorang pengemis buta dalam Lukas 18:35-43 juga dikisahkan dalam Matius 20:29-34 dan Markus 10:46-52, tetapi dengan sejumlah perbedaan detail. Matius menyebut ada dua orang buta, sementara Markus dan Lukas memilih menceritakan satu orang saja, yang disebut Markus sebagai “Bartimeus, anak Timeus” (10:46). Kitab-kitab Injil mengisahkan beberapa peristiwa lain ketika Yesus menyembuhkan orang buta: Matius 9:27-31 (dua orang buta dan seorang bisu); 12:22 (seorang buta dan bisu yang kerasukan setan); Markus 8:22-26 (seorang buta di Betsaida); dan Yohanes 9 (seorang buta sejak lahir). Di samping itu, Matius juga mencatat tentang penyembuhan orang-orang buta (15:30; 21:14). Pada masa awal pelayanan-Nya, Kristus membacakan Yesaya 61:1-2 tentang pelayanan Sang Mesias. Menyembuhkan orang buta adalah salah satu tanda pelayanan Mesias (Lukas 4:18-19, lihat juga Matius 11:2-6). Setelah ayat-ayat dari Kitab Yesaya dibacakan, Yesus menyatakan bahwa Dialah sesungguhnya Mesias itu: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya” (Lukas 4:21). —K.T. Sim

Ketika Yesus Berhenti

Bagaimana cara kamu memandang hidup dan diri kamu akan berubah setelah mengetahui Yesus memperhatikan kamu? Siapa orang di sekitar kamu yang perlu dipedulikan, dan bagaimana kamu dapat “berhenti” untuk menguatkan mereka dengan kasih Sang Juruselamat?

Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau mendengarku saat aku berseru kepada-Mu. Seperti orang buta yang menerima penglihatannya, tolonglah aku untuk mengikut dan memuji-Mu sepanjang hidupku.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 17-19; Markus 6:30-56

Tidur Lelap

Senin, 26 Februari 2024

Baca: Mazmur 3

3:1 Mazmur Daud, ketika ia lari dari Absalom, anaknya. (3-2) Ya TUHAN, betapa banyaknya lawanku! Banyak orang yang bangkit menyerang aku;

3:2 (3-3) banyak orang yang berkata tentang aku: "Baginya tidak ada pertolongan dari pada Allah." Sela

3:3 (3-4) Tetapi Engkau, TUHAN, adalah perisai yang melindungi aku, Engkaulah kemuliaanku dan yang mengangkat kepalaku.

3:4 (3-5) Dengan nyaring aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku dari gunung-Nya yang kudus. Sela

3:5 (3-6) Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab TUHAN menopang aku!

3:6 (3-7) Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.

3:7 (3-8) Bangkitlah, TUHAN, tolonglah aku, ya Allahku! Ya, Engkau telah memukul rahang semua musuhku, dan mematahkan gigi orang-orang fasik.

3:8 (3-9) Dari TUHAN datang pertolongan. Berkat-Mu atas umat-Mu! Sela

Aku membaringkan diri, lalu tidur; aku bangun, sebab Tuhan menopang aku!  —Mazmur 3:6

Kenangan buruk dan pesan-pesan penuh tuduhan membanjiri pikiran Sal. Rasa takut memenuhi hatinya, tubuhnya bersimbah keringat, dan ia tidak dapat memejamkan mata. Keesokan harinya ia akan dibaptis, dan malam itu ia tidak dapat menghentikan pikiran-pikiran buruk yang menyerangnya. Sal telah menerima keselamatan dalam Tuhan Yesus dan tahu bahwa dosa-dosanya sudah diampuni. Namun, peperangan rohaninya terus berlanjut. Pada saat itulah sang istri meraih tangannya dan berdoa untuknya. Sesaat kemudian, damai sejahtera mengenyahkan ketakutan dari hati Sal. Ia lalu bangkit dari tempat tidur untuk menuliskan kata-kata kesaksian yang akan ia bagikan sebelum pembaptisan—sesuatu yang tadinya tidak dapat ia lakukan. Selesai menulis, ia pun tidur lelap.

Raja Daud juga tahu apa rasanya mengalami malam yang meresahkan. Saat melarikan diri dari anaknya sendiri, Absalom, yang ingin merampas takhtanya (2Sam. 15–17), Daud tahu bahwa ada “puluhan ribu orang yang siap mengepung aku” (Mzm. 3:7). Ia mengeluh, “Betapa banyaknya lawanku!” (ay.2). Meski rasa takut dan bimbang bisa saja mengalahkannya, Daud berseru kepada Allah, “perisai” perlindungannya (ay.4). Kemudian, Daud merasa dapat “membaringkan diri, lalu tidur; . . . sebab Tuhan menopang [dirinya]!” (ay.6).

Ketika ketakutan dan pergumulan mencengkeram pikiran kita, dan kelegaan tergantikan oleh kegelisahan, kita dapat menemukan pengharapan saat berdoa kepada Allah. Mungkin kita tidak segera terlelap seperti Sal dan Daud, tetapi “dengan tenteram [kita dapat] membaringkan diri . . . [dan] diam dengan aman” (Mzm. 4:9), sebab Allah beserta kita dan Dialah sumber peristirahatan kita.

—Tom Felten

WAWASAN
Daud sang pemazmur bukanlah ayah teladan, tetapi ia sangat mengasihi anaknya yang pemberontak, Absalom—anak yang ingin merebut takhta kerajaan dan berusaha untuk membunuhnya. Rencana Absalom tersebut hampir berhasil. Daud sempat meninggalkan Yerusalem bersama seisi rumahnya, pegawai-pegawainya yang loyal, serta orang-orang yang setia kepadanya (2 Samuel 15:1–17:24).

Banyak mazmur yang ditulis sebagai respons terhadap krisis pribadi atau nasional yang besar—bahkan sering kali keduanya. Gejolak dan ketidakpastian karena pemberontakan Absalom menginspirasi Mazmur 3. Banyak ahli meyakini bahwa Mazmur 4 juga ditulis pada masa yang sama, demikian juga Mazmur 63. Yang menarik, ketiganya menyebut soal tidur, “Aku membaringkan diri, lalu tidur” (3:6); “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur” (4:9); dan “Aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku; merenungkan Engkau sepanjang kawal malam” (63:7). Kesulitan-kesulitan Daud selalu membawanya kembali pada keteguhan imannya di dalam Allah, yang selalu memberikannya keteduhan. —Tim Gustafson

Tidur Lelap

Hal apa saja yang membebani hati dan pikiran kamu? Apa yang akan terjadi bila kamu sungguh-sungguh menyerahkan beban tersebut kepada Allah di dalam doa?

Ya Allah, terima kasih, karena Engkau menyediakan pengharapan dan damai sejahtera saat aku menaikkan doa-doaku kepada-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 15-16; Markus 6:1-29

Karena Kristus, Bukan Keberuntungan

Minggu, 25 Februari 2024

Baca: Kolose 1:15-20

1:15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,

1:16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.

1:17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia.

1:18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.

1:19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia,

1:20 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

Sebelum segala sesuatu ada, Kristus sudah terlebih dahulu ada. Dan karena Dialah juga maka segala sesuatu berada pada tempatnya masing-masing. —Kolose 1:17 bis

Majalah Discover menyebutkan bahwa kemungkinan di alam semesta ini terdapat 700 kuintiliun planet (angka 7 diikuti dua puluh angka nol), tetapi tidak ada satu pun planet yang seperti bumi. Astrofisikawan Erik Zackrisson mengatakan bahwa salah satu syarat bagi sebuah planet untuk dapat mendukung kehidupan adalah bahwa planet itu harus mengorbit di dalam zona “Goldilocks”, suatu zona dengan suhu yang tepat dan persediaan air. Dari 700 kuintiliun planet yang ada, tampaknya Bumi adalah satu-satunya planet yang memiliki kondisi laik huni tersebut. Zackrisson menyimpulkan bahwa Bumi seakan telah mendapatkan “keberuntungan”.

Rasul Paulus meyakinkan jemaat di Kolose bahwa alam semesta itu ada bukan karena keberuntungan, melainkan karena karya Tuhan Yesus. Sang rasul menampilkan Kristus sebagai pencipta dunia ini: “Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu” (Kol. 1:16). Yesus bukan hanya pencipta yang berkuasa atas dunia ini, tetapi “karena Dialah juga maka segala sesuatu berada pada tempatnya masing-masing” (ay.17 bis). Ini termasuk dunia kita, yang tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, tetapi sangat pas untuk mendukung keberadaan manusia. Tuhan Yesus menopang apa yang telah diciptakan-Nya dengan hikmat-Nya yang sempurna dan kuasa-Nya yang tidak terbatas.

Saat kita menikmati keindahan alam ciptaan dan mengambil bagian di dalamnya, biarlah kita tidak menganggap semua itu sebagai keberuntungan, tetapi memilih untuk mengagungkan segala maksud, kedaulatan, kekuasaan, dan kasih Dia yang memiliki “seluruh kepenuhan Allah” (ay.19). —Marvin Williams

WAWASAN
Yang menjadi fokus dari Kolose 1:15-20 (kemungkinan sebuah himne Kristen kuno) adalah keutamaan Yesus, Anak Allah yang terkasih (ay.13). Dalam pujian atas keunggulan Kristus yang tiada bandingannya itu terdapat istilah “sulung” (ay.15,18). Kata ini tidak merujuk kepada urutan kelahiran, seolah-olah Kristus adalah yang pertama dalam urutan makhluk ciptaan. Sebaliknya, kata ini berbicara mengenai Dia—”gambar Allah yang tidak kelihatan” (ay.15)—sebagai kepala (sumber) dan penguasa atas segala sesuatu (ay.16-19). Paulus bukanlah saksi tunggal dari kebenaran luar biasa ini. Yohanes menyebutkan, “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yohanes 1:3). Penulis kitab Ibrani juga menguatkan hal ini: “Pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta” (1:2). —Arthur Jackson

Karena Kristus, Bukan Keberuntungan

Apa dampak dari mengetahui bahwa Tuhan Yesus memegang kendali atas alam raya dan juga kehidupan kamu sendiri? Apa yang akan kamu lakukan hari ini untuk menunjukkan penyerahan diri kamu kepada-Nya?

Tuhan Yesus, aku bersyukur karena dengan penuh kasih dan makna, Engkau telah menciptakan dan terus menopang ciptaan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 12-14; Markus 5:21-43

Bersama Lebih Baik

Sabtu, 24 Februari 2024

Baca: Pengkhotbah 4:9-12

4:9 Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.

4:10 Karena kalau mereka jatuh, yang seorang mengangkat temannya, tetapi wai orang yang jatuh, yang tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya!

4:11 Juga kalau orang tidur berdua, mereka menjadi panas, tetapi bagaimana seorang saja dapat menjadi panas?

4:12 Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.

Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri . . . Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya. —Pengkhotbah 4:9-10 bis

Bertahun-tahun lamanya Søren Solkær memotret burung jalak dan pergerakan mereka yang mengagumkan, yaitu ketika ratusan ribu ekor jalak terbang selaras bagaikan liukan tari yang luwes di angkasa. Menyaksikan pemandangan itu rasanya seperti duduk menikmati gerakan ombak yang berputar teratur, atau sapuan kuas besar berwarna gelap yang elok dan menciptakan pola-pola yang indah. Warga Denmark menyebut pemandangan itu sebagai Matahari Hitam (juga menjadi judul buku fotografi karya Solkær). Yang paling menakjubkan dari fenomena tersebut adalah bagaimana seekor burung jalak secara naluriah mengikuti gerakan burung lain yang terdekat. Seluruh kawanan terbang begitu rapat sampai-sampai jika salah seekor burung terlambat bergerak, bencana massal bisa terjadi. Namun, burung jalak memakai pergerakan tersebut untuk melindungi satu sama lain. Ketika seekor elang menukik hendak memangsa mereka, burung-burung kecil itu akan merapatkan formasi dan bergerak berkelompok. Bersama, mereka dapat mengusir predator yang akan dengan mudah memangsa salah seekor dari mereka yang sendirian.

Bersama, kita lebih baik daripada seorang diri. “Berdua lebih menguntungkan daripada seorang diri,” kata Pengkhotbah. “Kalau yang seorang jatuh yang lain dapat menolongnya . . . Pada malam yang dingin, dua orang yang tidur berdampingan dapat saling menghangatkan” (Pkh. 4:9-11 bis). Berada seorang diri akan membuat kita terisolasi dan menjadi sasaran empuk. Kita rentan tanpa perlindungan dan kehadiran orang lain.

Namun, dengan bersama, kita dapat menolong dan ditolong. “Dua orang yang bepergian bersama dapat menangkis serangan, tapi orang yang sendirian mudah dikalahkan. Tiga utas tali yang dijalin menjadi satu, sulit diputuskan” (ay.12 bis). Di bawah pimpinan Allah, bersama memang lebih baik. —Winn Collier

WAWASAN
Meskipun penulis Kitab Pengkhotbah tidak disebutkan namanya, ia menyebut dirinya sendiri “Pengkhotbah,” atau qoheleth dalam bahasa Ibrani (1:1-2,12; 12:8-10). Berdasarkan bukti-bukti internal, para ahli meyakini bahwa “Pengkhotbah” adalah Salomo, “anak Daud” (1:1) dan “raja atas Israel di Yerusalem” (ay.12).

Dalam enam pasal pertama, Salomo meneliti kehidupan yang ia jalani dan membahas apa yang membuat kehidupan itu memiliki tujuan serta makna. Ia berbicara tentang pencapaian, kesenangan, dan hikmat manusia (pasal 1–2) dan bagaimana manusia yang fana menjalani masa hidupnya di bumi dengan mempertimbangkan kekekalan (pasal 3).

Dalam pasal 4, Salomo membahas tentang relasi sosial. Orang penyendiri menjalani kehidupan yang menyedihkan dan dalam kesepian, tanpa adanya interaksi sosial dengan orang lain. Dalam ayat 9-12, penulis memuji nilai, keuntungan, dan manfaat yang dinikmati bersama dari persahabatan, kemitraan, dan pertemanan, sehingga bagian ini populer sebagai perikop untuk pernikahan. Salomo berpendapat bahwa persahabatan dan komunitas sangat diperlukan untuk berlangsungnya sebuah kehidupan yang berarti. —K.T. Sim

Bersama Lebih Baik

Bagaimana kamu menjadi lebih rentan saat berada seorang diri? Apa yang dapat kamu lakukan untuk lebih mendekatkan diri dengan orang lain?

Ya Allah, mampukanlah aku untuk setia berada dalam komunitas dan membagikan kasih-Mu di sana.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 9-11; Markus 5:1-20

Menyambut Orang Asing

Jumat, 23 Februari 2024

Baca: Efesus 2:11-22

2:11 Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu–sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, —

2:12 bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

2:13 Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

2:14 Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan,

2:15 sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera,

2:16 dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.

2:17 Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",

2:18 karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.

2:19 Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah,

2:20 yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

2:21 Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.

2:22 Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah. —Efesus 2:19

Dalam buku Everything Sad is Untrue, Daniel Nayeri menceritakan tentang penerbangan mengerikan yang ditempuhnya bersama ibu dan saudara perempuannya saat mereka melarikan diri dari penganiayaan di kamp pengungsian untuk mencari perlindungan di Amerika Serikat. Sepasang lansia bersedia menjadi sponsor mereka, meski mereka tidak mengenal keluarga Daniel. Bertahun-tahun kemudian, Daniel masih takjub pada pengalamannya. Ia menulis, “Sungguh tak dapat dipercaya! Mereka melakukannya tanpa tahu apa pun tentang kami. Mereka bahkan belum pernah bertemu kami. Seandainya kami adalah orang jahat, mereka harus ikut menanggungnya. Itu mungkin tindakan paling berani, baik hati, sekaligus nekat yang saya pikir bisa dilakukan seseorang.”

Akan tetapi, Allah rindu agar kita memiliki perhatian sedalam itu terhadap orang lain. Dia memerintahkan bangsa Israel untuk bersikap baik kepada orang asing. “Kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir” (Im. 19:34). Allah mengingatkan orang-orang bukan Yahudi yang telah percaya—termasuk sebagian besar dari kita—bahwa dahulu kita “tanpa Kristus, . . . tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia” (Ef. 2:12). Karena itu, Allah memerintahkan kita semua—baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi—untuk tidak lupa “memberi tumpangan kepada orang [asing]” (Ibr. 13:2)

Daniel yang kini telah dewasa dan berkeluarga masih terus mengagumi Jim dan Jean Dawson, “yang telah menunjukkan iman Kristen mereka begitu rupa, hingga menyambut sebuah keluarga pengungsi seperti kami untuk tinggal bersama mereka sampai kami menemukan rumah baru.”

Allah menyambut orang asing dan mendorong kita untuk memberikan sambutan serupa. —Mike Wittmer

WAWASAN
Terpisahnya orang Yahudi dan non-Yahudi menjadi isu yang sangat penting ketika Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus. Tentunya, sebagai umat pilihan Allah, orang Yahudi memiliki tempat khusus dalam rencana-Nya. Sang Mesias sendiri adalah sepenuhnya Yahudi. Namun, pemisahan tersebut menimbulkan permusuhan yang sengit di antara kedua belah pihak, terutama mengenai praktik sunat. Paulus menyebut sikap tersebut bertentangan dengan rencana Allah—yaitu “bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena Berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris” (Efesus 3:6). Allah “telah mempersatukan kedua pihak” (2:14). Orang-orang non-Yahudi “bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga” (ay.19) oleh darah Kristus (ay.13). —Tim Gustafson

Menyambut Orang Asing

Siapa orang yang terpinggirkan di sekitar kamu? Bagaimana kamu dapat menjangkau dan menyambutnya ke dalam hidup kamu?

Tuhan Yesus, tunjukkanlah kepadaku siapa orang asing yang Engkau mau aku kasihi.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 7-8; Markus 4:21-41

Mengenakan Sepatu Yesus

Kamis, 22 Februari 2024

Baca: Kolose 3:8-17

3:8 Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu.

3:9 Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya,

3:10 dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

3:11 dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.

3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Kenakanlah belas kasihan. —Kolose 3:12

Bagaimana rasanya berjalan dengan mengenakan sepatu anggota kerajaan? Angela Kelly, putri seorang kuli pelabuhan dan perawat, tahu seperti apa rasanya. Ia adalah penata busana resmi bagi mendiang Ratu Elizabeth selama dua dasawarsa terakhir hidup sang ratu. Salah satu tanggung jawab Kelly adalah melenturkan sepatu baru sang ratu yang telah berusia lanjut itu dengan cara mengenakannya di seputar istana. Ada alasan di balik tugas ini: rasa belas kasihan kepada seorang wanita lansia, yang terkadang harus berdiri cukup lama dalam upacara kenegaraan. Karena ukuran sepatu mereka sama, Kelly dapat membantu menghindarkan sang ratu dari perasaan tidak nyaman.

Perhatian khusus yang ditunjukkan Kelly bagi Ratu Elizabeth membuat saya terpikir tentang dorongan lembut yang dinyatakan Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose (kini terletak di wilayah Turki): “Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12). Ketika hidup kita “dibangun di atas” Kristus (2:7), kita menjadi “orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya” (3:12). Dia menolong kita untuk “menanggalkan manusia lama” kita dan “mengenakan manusia baru” (Kol. 3:9-10). Demikianlah kita menghidupi identitas sebagai orang-orang yang mengasihi dan mengampuni sesama karena Allah terlebih dahulu mengasihi dan mengampuni kita (ay.13-14).

Di sekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan kita untuk “berjalan dengan sepatu mereka” dan berbelas kasihan terhadap mereka yang menghadapi tantangan hidup sehari-hari. Saat kita melakukannya, kita sedang berjalan mengenakan sepatu (atau mungkin sandal) dari Sang Raja, Yesus Kristus, yang senantiasa berbelas kasihan kepada kita. —James Banks

WAWASAN
Surat-surat Paulus bersifat doktrinal sekaligus praktis. Kolose 1–2 memberi tahu kita siapa Yesus. Pasal 3–4 mengajar kita untuk menjadi pribadi yang dikehendaki Allah. Dalam Kolose 3:1-17, sang rasul memberi tahu kita seperti apa hidup yang “layak di hadapan [Tuhan]” (1:10). Dengan menggunakan gambaran pakaian (3:12), ia meminta kita untuk menanggalkan diri lama kita yang berdosa dan mengenakan diri kita yang baru. Di samping menyebutkan sifat-sifat buruk yang harus disingkirkan oleh orang percaya—antara lain percabulan, hawa nafsu, keserakahan, kemarahan, kejahatan, dan dusta (ay.5-9)—Paulus juga memerintahkan kita agar mengenakan kebajikan yang serupa dengan sifat-sifat Kristus—belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran, dan hati yang pengampun—yang dilingkupi dan dimotivasi oleh kasih (ay.12-14). Di bagian lain, Paulu menyebut semua hal tadi sebagai buah Roh (Galatia 5:22-23). —K.T. Sim

Mengenakan Sepatu Yesus

Bagaimana selama ini Allah berbelas kasihan kepada kamu? Kepada siapa kamu dapat menunjukkan kasih-Nya hari ini?

Tuhan Yesus, terima kasih atas pengampunan dan kasih-Mu. Tolonglah aku untuk menerima dan membagikan kasih itu kepada sesama.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 4-6; Markus 4:1-20

Pintu yang Dibuka Allah

Rabu, 21 Februari 2024

Baca: Wahyu 3:7-11

3:7 "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia: Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud; apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.

3:8 Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.

3:9 Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan Kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya Aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa Aku mengasihi engkau.

3:10 Karena engkau menuruti firman-Ku, untuk tekun menantikan Aku, maka Akupun akan melindungi engkau dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia untuk mencobai mereka yang diam di bumi.

3:11 Aku datang segera. Peganglah apa yang ada padamu, supaya tidak seorangpun mengambil mahkotamu.

Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu. —Wahyu 3:8

Ketika saya tiba di sekolah yang baru, sang guru pembimbing hanya melihat saya sekilas lalu menempatkan saya di kelas penulisan dengan level yang paling rendah. Padahal, di sekolah sebelumnya, saya meraih nilai ujian terbaik, prestasi cemerlang, bahkan penghargaan dari kepala sekolah untuk karya tulis saya. Namun, di sekolah baru ini, pintu masuk ke kelas penulisan “terbaik” telah tertutup bagi saya, karena sang guru melihat saya belum siap.

Jemaat di kota kuno Filadelfia pasti memahami pukulan yang sewenang-wenang seperti itu. Mereka adalah jemaat kecil yang sederhana, dan kota tempat mereka bermukim baru saja rusak parah akibat gempa bumi. Bukan itu saja, mereka juga mengalami perlawanan dari Iblis (Why. 3:9). Gereja yang terabaikan itu “kekuatan[nya] tidak seberapa,” kata Yesus yang telah bangkit, “namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku” (ay.8). Karena itu, bagi mereka, Allah telah “membuka pintu . . . yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun” (ay.8). Sesungguhnya, “apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (ay.7).

Hal ini juga berlaku dalam pelayanan kita. Adakalanya beberapa pintu memang tidak terbuka. Namun, saya bersyukur, Allah telah membuka pintu bagi saya untuk melayani melalui tulisan dan memakainya untuk menjangkau banyak pembaca di seluruh dunia, terlepas dari penolakan seorang guru pembimbing di masa lalu. Pintu-pintu yang tertutup juga tidak akan merintangi kamu. “Akulah pintu,” kata Yesus (Yoh. 10:9). Marilah kita memasuki pintu-pintu yang dibuka-Nya dan mengikut Dia. —Patricia Raybon

WAWASAN
Dalam Wahyu pasal 2 dan 3, Kristus berbicara lewat tujuh surat kepada gereja-gereja di Asia Kecil (Turki masa kini). Surat kepada jemaat di Filadelfia adalah surat keenam, dan surat kedua yang menyebut tentang “jemaah Iblis” (3:9). Sebutan itu pertama kali muncul dalam surat kepada jemaat di Smirna (Izmir masa kini) (2:9). Kedua pemakaian mendefinisikan “jemaah” tersebut sebagai mereka “yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian” (ay.9). Apa maksudnya? Mereka adalah orang-orang Yahudi yang menentang jemaat Tuhan di abad pertama dan yang mengklaim bahwa Kerajaan Allah adalah milik bangsa Israel secara eksklusif. Namun, Rasul Paulus menulis, “Allah tidak memandang bulu [antara Yahudi dan non-Yahudi]” (Roma 2:11). Ia menjelaskan, “Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi [yang menaati hukum Taurat]. . . . Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya; . . . [yang dibarui] di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah” (ay.28-29). —Tim Gustafson

Pintu yang Dibuka Allah

Pintu apa saja yang telah Allah bukakan bagi kamu? Bagaimana pelayanan dan kehidupan kamu bertumbuh sembari kamu menanti Allah membukakan pintu-pintu bagi kamu?

Ya Allah, saat pintu-pintu tertutup bagiku, biarlah aku berpaling kepada-Mu, Sang Pintu yang Kudus, lalu melangkah ke arah dan cara yang Engkau kehendaki.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 1-3; Markus 3