Bergerak Seirama

Selasa, 27 Desember 2022

Baca: Kejadian 1 : 1 , 27 – 31

Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. [ ] —Kejadian 1:1

Cerita telah memikat manusia sejak awal penciptaan. Cerita menjadi cara untuk mewariskan pengetahuan jauh sebelum ada bahasa tulisan. Kita semua tahu nikmatnya mendengar atau membaca sebuah cerita dan langsung tertarik dengan kalimat pembukanya, seperti: “Pada suatu hari . . .”. Kekuatan sebuah cerita tampaknya lebih dari kesenangan belaka: ketika kita mendengarkan sebuah cerita bersama-sama, jantung kita seolah berdetak dengan serentak! Meski detak jantung setiap orang berbeda-beda, dan kalaupun bisa serentak itu biasanya hanya kebetulan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa jantung kita dapat berdetak seirama ketika kita mendengarkan cerita yang sama pada waktu yang bersamaan.

Allah mulai menceritakan kisah-Nya dengan kata-kata, “Pada mulanya” (Kej. 1:1). Sejak Adam dan Hawa pertama kali menghela napas (ay.27), Allah telah menggunakan kisah yang dirancang-Nya itu bukan hanya untuk membentuk kehidupan kita masing-masing, melainkan juga—dan mungkin yang lebih penting—kehidupan kita bersama sebagai anak-anak-Nya. Melalui Alkitab, kisah nonfiksi paling luar biasa yang pernah ditulis, hati kita sebagai orang percaya disatukan sebagai umat yang dikhususkan untuk menggenapi tujuan-tujuan yang dikehendaki-Nya (1Ptr. 2:9).

Sebagai tanggapan, kiranya hati kita bergerak seirama, karena bersukacita melihat karya kreatif Sang Penulis. Kiranya kita juga senang membagikan kisah-Nya kepada orang lain, dengan menceritakan “kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa” (Mzm. 96:3), supaya mereka juga rindu mengambil bagian di dalam kisah tersebut. —Kirsten Holmberg

WAWASAN
Kejadian 1:27-31 menggambarkan puncak karya kreatif Allah dalam penciptaan makhluk yang mempunyai imago Dei (gambar Allah), makhluk hidup yang akan mampu memerintah dan memelihara alam ciptaan-Nya yang luar biasa indah. “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya” (ay.27). Kata manusia diterjemahkan dari kata Ibrani ’adam, mewakili umat manusia yang mencakup laki-laki dan perempuan. Kata “laki-laki” dalam bahasa Ibrani adalah zakhar (untuk manusia dan binatang) dan untuk “perempuan” adalah neqevah (juga untuk manusia dan binatang). Baik laki-laki maupun perempuan memiliki keserupaan dengan Allah; sama-sama setara di dalam kemanusian mereka, tetapi unik dalam keberadaan mereka masing-masing. Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk memenuhi mandat penciptaan-Nya untuk beranak cucu dan bertambah banyak (ay.28). —Arthur Jackson

Bergerak Seirama

Bagian mana dari kisah Alkitab yang paling memikat kamu? Kepada siapa kamu dapat membagikannya?

Terima kasih, ya Bapa, karena Engkau menunjukkan kepadaku siapa diri-Mu melalui Alkitab dan menjadikanku sebagai milik-Mu sendiri.

Bacaan Alkitab Setahun: Zakharia 1 – 4; Wahyu 18

Ketika Kita Takut

Senin, 26 Desember 2022

Baca: Hakim-hakim 7 : 8 – 15

7:8 Dari rakyat itu mereka mengambil bekal dan sangkakala; demikianlah seluruh orang Israel disuruhnya pergi, masing-masing ke kemahnya, tetapi ketiga ratus orang itu ditahannya. Adapun perkemahan orang Midian ada di bawahnya, di lembah.

7:9 Pada malam itu berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Bangunlah, turunlah menyerbu perkemahan itu, sebab telah Kuserahkan itu ke dalam tanganmu.

7:10 Tetapi jika engkau takut untuk turun menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu;

7:11 maka kaudengarlah apa yang mereka katakan; kemudian engkau akan mendapat keberanian untuk turun menyerbu perkemahan itu.” Lalu turunlah ia bersama dengan Pura, bujangnya itu, sampai kepada penjagaan terdepan laskar di perkemahan itu.

7:12 Adapun orang Midian dan orang Amalek dan semua orang dari sebelah timur itu bergelimpangan di lembah itu, seperti belalang banyaknya, dan unta mereka tidak terhitung, seperti pasir di tepi laut banyaknya.

7:13 Ketika Gideon sampai ke situ, kebetulan ada seorang menceritakan mimpinya kepada temannya, katanya: “Aku bermimpi: tampak sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan orang Midian; setelah sampai ke kemah ini, dilanggarnyalah kemah ini, sehingga roboh, dan dibongkar-bangkirkannya, demikianlah kemah ini habis runtuh.”

7:14 Lalu temannya menjawab: “Ini tidak lain dari pedang Gideon bin Yoas, orang Israel itu; Allah telah menyerahkan orang Midian dan seluruh perkemahan ini ke dalam tangannya.”

7:15 Segera sesudah Gideon mendengar mimpi itu diceritakan dengan maknanya, sujudlah ia menyembah. Kemudian pulanglah ia ke perkemahan orang Israel, lalu berkata: “Bangunlah, sebab TUHAN telah menyerahkan perkemahan orang Midian ke dalam tanganmu.”

Malaikat Tuhan menampakkan diri kepada [Gideon] dan berfirman kepadanya, demikian: “Tuhan menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani.” [ ] —Hakim-hakim 6:12

Saya harus menjalani pemeriksaan kesehatan yang sudah dijadwalkan, dan meskipun tidak ada keluhan baru-baru ini, saya tetap takut melakukannya. Saya dihantui ingatan tentang diagnosis tidak terduga yang pernah saya terima di masa lalu. Walaupun tahu Allah menyertai dan saya hanya perlu mempercayai-Nya, masih saja saya merasa takut.

Sebenarnya saya kecewa dengan ketakutan dan kurangnya iman saya. Jika Allah selalu menyertai, mengapa saya merasa begitu cemas? Lalu suatu pagi saya percaya Dia menuntun saya untuk membaca kisah Gideon.

Meski disebut sebagai “pahlawan yang gagah berani” (Hak. 6:12), Gideon merasa sangat takut dengan tugasnya untuk menyerang orang Midian. Kendati Allah telah berjanji untuk menyertai dan memberinya kemenangan, Gideon masih berusaha meminta kepastian berulang kali (ay.16-23,36-40).

Akan tetapi, Allah tidak mengecam Gideon karena rasa takutnya. Allah mengerti. Pada malam penyerangan, Dia kembali meyakinkan Gideon bahwa ia akan menang, bahkan memberinya cara untuk meredakan ketakutannya (7:10-11).

Allah juga memahami ketakutan saya. Jaminan yang diberikan-Nya membuat saya berani mempercayai-Nya. Saya merasakan kedamaian-Nya, karena tahu bahwa Dia selalu menyertai saya apa pun hasilnya. Pada akhirnya, pemeriksaan saya berjalan lancar.

Kita memiliki Allah yang memahami ketakutan kita, dan yang meyakinkan kita melalui Kitab Suci dan Roh-Nya (Mzm. 23:4; Yoh. 14:16-17). Mari menyembah Dia dengan penuh syukur, seperti yang dilakukan Gideon (Hak. 7:15).  —Karen Huang

WAWASAN
Pada masa terjadinya peristiwa-peristiwa dalam Hakim-Hakim 7, Gideon masih seseorang yang tidak dikenal. Bala tentara Midian sama sekali belum pernah mendengar tentang kehebatan Gideon, karena memang ia belum mencapai apa-apa. Perkataan malaikat yang terjadi jauh sebelumnya di pasal 6 adalah kunci keberhasilannya: "TUHAN menyertai engkau” (ay.12). Mimpi yang dialami tentara musuh dan penafsiran mimpi itu juga menjadi bukti nyata campur tangan Allah secara langsung dalam kehidupan bangsa Israel, umat-Nya (7:13-14). Namun, dalam setiap langkah perjalanannya, Gideon bergumul untuk mempercayai hal itu. Akhirnya, setelah mendengar namanya diucapkan oleh tentara musuh, ia memperoleh keyakinan penuh (ay.15). —Tim Gustafson

Ketika Kita Takut

Ketakutan atau tantangan apa yang sedang kamu hadapi? Bagaimana semua itu membawa kamu mengetahui bahwa Allah menyertai dan ingin menolong kamu?

Ya Allah, terima kasih karena Engkau tidak mengecam ketakutanku, tetapi selalu meyakinkanku akan kehadiran-Mu. Tolong aku untuk berpaling kepada-Mu ketika aku takut dan belajar untuk mempercayai-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Hagai 1 – 2; Wahyu 17

Kartu Natal yang Sempurna

Minggu, 25 Desember 2022

Baca: Yohanes 7 : 1 – 9

7:1 Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya.

7:2 Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.

7:3 Maka kata saudara-saudara Yesus kepada-Nya: “Berangkatlah dari sini dan pergi ke Yudea, supaya murid-murid-Mu juga melihat perbuatan-perbuatan yang Engkau lakukan.

7:4 Sebab tidak seorangpun berbuat sesuatu di tempat tersembunyi, jika ia mau diakui di muka umum. Jikalau Engkau berbuat hal-hal yang demikian, tampakkanlah diri-Mu kepada dunia.”

7:5 Sebab saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya.

7:6 Maka jawab Yesus kepada mereka: “Waktu-Ku belum tiba, tetapi bagi kamu selalu ada waktu.

7:7 Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat.

7:8 Pergilah kamu ke pesta itu. Aku belum pergi ke situ, karena waktu-Ku belum genap.”

7:9 Demikianlah kata-Nya kepada mereka, dan Iapun tinggal di Galilea.

Saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya. [ ] —Yohanes 7:5

Video ucapan Natal milik keluarga Barker dibuat dengan sangat sempurna. Tiga gembala berjubah (diperankan anak-anak laki-laki yang masih kecil) duduk mengelilingi api unggun di lapangan berumput. Tiba-tiba seorang malaikat turun dari puncak bukit—kakak perempuan mereka, yang tampak anggun, meski memakai sepatu kets merah jambu. Di tengah alunan lagu pengiring yang semakin keras, para gembala itu menengadah ke langit dengan takjub. Sebuah jalan setapak membawa mereka kepada seorang bayi sungguhan—adik laki-laki mereka yang masih bayi—di dalam sebuah lumbung modern. Kakak perempuan mereka tadi sekarang berperan sebagai Maria.

Namun, ternyata ada “fitur bonus”: sang ayah mengizinkan kami mengintip proses pembuatan videonya. Anak-anak kecil itu sempat mengeluh, “Aku kedinginan.” “Aku mau ke toilet sekarang!” “Pulang yukkk?” “Anak-anak, perhatikan!” seru ibu mereka, lebih dari satu kali. Memang, kenyataan yang ada sering jauh berbeda dari kartu Natal yang terlihat sempurna.

Mungkin kita cenderung membayangkan kisah Natal pertama seperti menyaksikan film yang sudah diedit dengan rapi. Sesungguhnya, kehidupan Yesus sama sekali tidak mulus. Herodes yang iri mencoba membunuh-Nya waktu Dia masih bayi (Mat. 2:13). Maria dan Yusuf sempat salah memahami Dia (Luk. 2:41-50). Dunia membenci Dia (Yoh. 7:7). Selama beberapa waktu, “saudara-saudara-Nya sendiripun tidak percaya kepada-Nya” (7:5). Misi yang Dia kerjakan mengantar-Nya kepada kematian yang mengerikan. Dia melakukan semua itu untuk menghormati Bapa-Nya dan juga menyelamatkan kita.

Video keluarga Barker tadi ditutup dengan ucapan Yesus: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Itulah kenyataan yang dapat kita pegang, sampai selama-lamanya. —Tim Gustafson

WAWASAN
“Hari raya Pondok Daun” (Yohanes 7:2), juga disebut Sukkot atau Hari Raya Panen/Tabernakel, adalah salah satu hari raya umat Israel di musim gugur. Tujuannya adalah untuk mengingatkan mereka pada masa nenek moyang mereka berdiam dalam pondok atau kemah selama empat puluh tahun pengembaraan di padang gurun, setelah mereka keluar dari Mesir. Sukkot adalah salah satu dari tiga perayaan (selain Paskah dan Hari Raya Tujuh Minggu) yang ditetapkan sebagai “hari raya ziarah”, ketika orang-orang Yahudi bepergian ke suatu perayaan bersama sebagai satu bangsa. Dalam Keluaran 23:14-17, Allah mencantumkan ketiga perayaan tersebut sebagai waktu-waktu bagi umat Israel datang dan menghadap hadirat-Nya, yang berarti melakukan perjalanan ke Bait Allah yang telah selesai didirikan di Yerusalem. Secara keseluruhan, umat Israel melakukan tujuh perayaan setiap tahun, yaitu empat di musim semi dan tiga di musim gugur, tetapi hanya tiga di antaranya yang terdapat dalam Keluaran 23 yang menuntut dilakukannya ziarah (lihat Ulangan 16:16; 2 Tawarikh 8:13). —Bill Crowder

Kartu Natal yang Sempurna

Apakah selama ini kamu berusaha terlihat sempurna? Apakah kamu mengakui kebutuhan kamu akan kuasa Yesus yang sempurna?

Ya Bapa, terima kasih, Engkau telah mengutus Putra-Mu untuk menyediakan jalan bagiku berdamai dengan-Mu selamanya.

Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1 – 3; Wahyu 16

Kekuatan Firman Tuhan

Sabtu, 24 Desember 2022

Baca: Yesaya 55 : 6 – 13

55:6 Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!

55:7 Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.

55:8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN.

55:9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

55:10 Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,

55:11 demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.

55:12 Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak-sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.

55:13 Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.

[Firman-Ku] tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki. [ ] —Yesaya 55:11

Pada malam Natal tahun 1968, antariksawan Apollo 8—Frank Borman, Jim Lovell, dan Bill Anders—menjadi manusia pertama yang memasuki orbit bulan. Sambil mengitari bulan sepuluh kali, mereka membagikan gambar-gambar bulan dan bumi. Dalam suatu siaran langsung, mereka bergantian membacakan Kejadian 1. Pada perayaan untuk memperingati empat puluh tahun peristiwa itu, Borman berkata, “Saat itu kami diberi tahu bahwa jumlah pendengar pada malam Natal itu akan menjadi yang terbanyak yang pernah ada. Dan satu-satunya instruksi dari NASA adalah agar kami melakukan sesuatu yang pantas bagi momen tersebut.” Hingga kini, ayat-ayat Alkitab yang dibacakan para antariksawan dari Apollo 8 itu masih menanamkan benih-benih kebenaran dalam hati orang-orang yang mendengar rekaman bersejarah tersebut.

Melalui Nabi Yesaya, Allah berkata, “Sendengkanlah telingamu dan datanglah kepada-Ku; dengarkanlah, maka kamu akan hidup!” (Yes. 55:3). Dengan menawarkan keselamatan yang cuma-cuma, Dia mengundang kita untuk berbalik dari dosa dan menerima belas kasihan serta pengampunan-Nya (ay.6-7). Dia menyatakan otoritas ilahi dari pikiran dan perbuatan-Nya, yang terlalu luas untuk sungguh-sungguh kita pahami (ay.8-9). Allah masih memberikan kesempatan kepada kita untuk membagikan firman-Nya yang mengubahkan hidup, yang menunjuk kepada Yesus Kristus, dan menegaskan bahwa Dialah yang bertanggung jawab atas pertumbuhan rohani umat-Nya (ay.10-13).

Roh Kudus akan menolong kita membagikan kabar baik, seiring dengan karya Bapa yang menggenapi semua janji-Nya menurut waktu dan rencana-Nya yang sempurna. —Xochitl Dixon

WAWASAN
Dalam Yesaya 55, Allah mengundang umat-Nya untuk membuka diri dan menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya. Di ayat 6-7, Allah memanggil orang-orang fasik untuk mencari-Nya, dan berfirman bahwa kepada mereka yang bertobat akan diberi pengampunan dengan limpahnya. Bagian itu terhubung dengan bagian berikutnya (ay.8-13) dengan satu kata sebab (ay.8) yang menandai hubungan antara keduanya; bagian kedua menerangkan bagian pertama. Umat dapat berpegang pada janji penyelamatan dan pengampunan itu karena rancangan Allah lebih tinggi daripada rancangan mereka. Allah mengingatkan mereka bahwa bahkan seandainya mereka tidak dapat memahami bagaimana cara kerja-Nya, mereka tetap dapat mempercayai-Nya untuk memberikan keselamatan bagi mereka yang bertobat. —J.R. Hudberg

Kekuatan Firman Tuhan

Kepada siapa kamu dapat membagikan ayat-ayat Alkitab hari ini? Siapa orang pertama yang dahulu membagikan firman Tuhan kepada kamu?

Ya Allah, Pencipta yang agung dan Pemelihara alam semesta, berilah kami kesempatan hari lepas hari untuk membagikan hikmat-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Habakuk 1 – 3; Wahyu 15

Nenek Paus

Jumat, 23 Desember 2022

Baca: Mazmur 71 : 15 – 24

71:15 mulutku akan menceritakan keadilan-Mu dan keselamatan yang dari pada-Mu sepanjang hari, sebab aku tidak dapat menghitungnya.

71:16 Aku datang dengan keperkasaan-keperkasaan Tuhan ALLAH, hendak memasyhurkan hanya keadilan-Mu saja!

71:17 Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib;

71:18 juga sampai masa tuaku dan putih rambutku, ya Allah, janganlah meninggalkan aku, supaya aku memberitakan kuasa-Mu kepada angkatan ini, keperkasaan-Mu kepada semua orang yang akan datang.

71:19 Keadilan-Mu, ya Allah, sampai ke langit. Engkau yang telah melakukan hal-hal yang besar, ya Allah, siapakah seperti Engkau?

71:20 Engkau yang telah membuat aku mengalami banyak kesusahan dan malapetaka, Engkau akan menghidupkan aku kembali, dan dari samudera raya bumi Engkau akan menaikkan aku kembali.

71:21 Engkau akan menambah kebesaranku dan akan berpaling menghibur aku.

71:22 Akupun mau menyanyikan syukur bagi-Mu dengan gambus atas kesetiaan-Mu, ya Allahku, menyanyikan mazmur bagi-Mu dengan kecapi, ya Yang Kudus Israel.

71:23 Bibirku bersorak-sorai sementara menyanyikan mazmur bagi-Mu, juga jiwaku yang telah Kaubebaskan.

71:24 Lidahku juga menyebut-nyebut keadilan-Mu sepanjang hari, sebab akan mendapat malu dan tersipu-sipu orang-orang yang mengikhtiarkan celakaku.

Sepanjang hari akan kukisahkan perbuatan-perbuatan-Mu yang adil. [ ] —Mazmur 71:15 BIS

Seekor paus orca, yang disebut “Nenek” oleh para ilmuwan, tampaknya paham betapa penting peranannya dalam hidup seekor “cucu paus” yang baru lahir. Paus muda ini baru saja kehilangan induknya, dan belum cukup dewasa untuk dapat bertahan hidup tanpa perlindungan dan dukungan dari pihak luar. “Nenek”, dalam usia delapan puluh tahun (atau mungkin lebih), mengajarkan si cucu semua yang perlu diketahuinya untuk dapat bertahan hidup. Sang nenek mengumpulkan beberapa ikan untuk si cucu, supaya paus muda itu tidak hanya memiliki makanan, tetapi juga mengetahui apa saja yang dapat dimakannya dan ke mana ia bisa mencari salmon yang dibutuhkannya untuk bertahan hidup.

Kita juga memperoleh kehormatan dan sukacita yang istimewa untuk mewariskan hal-hal yang kita ketahui, yakni meneruskan kisah tentang karya dan karakter Allah yang ajaib kepada generasi mendatang. Pemazmur yang sudah tua meminta Allah untuk mengizinkan dirinya “mewartakan kuasa dan keperkasaan-[Nya] kepada semua keturunan yang akan datang” (Mzm. 71:18 bis). Ia sungguh rindu membagikan apa yang diketahuinya tentang Allah kepada orang lain, yaitu “perbuatan-perbuatan-[Nya] yang adil, dan keselamatan” dari Allah (ay.15 bis), yang kita perlukan untuk bertumbuh dalam iman.

Seandainya pun rambut kita belum memutih karena usia lanjut (ay.18), menceritakan kasih dan kesetiaan Allah yang sudah kita alami sejauh ini dapat menjadi berkat bagi perjalanan hidup seseorang bersama-Nya. Bisa jadi, kerelaan untuk membagikan hikmat dari pengalaman kita itu justru dibutuhkan orang tersebut untuk hidup dan bertahan dalam Kristus di tengah kesulitan hidup yang menderanya (ay.20). —Kirsten Holmberg

WAWASAN
Mazmur 71, suatu nyanyian tentang usia lanjut dan pengalaman hidup, adalah salah satu mazmur yang tidak diketahui penulisnya. Agaknya mazmur itu ditulis oleh seseorang yang sudah hidup cukup lama, karena penulisnya menyebutkan soal pengalaman masa mudanya (ay.5-6,17) dan sedang menantikan masanya ia menjadi “tua dan beruban” (ay.18 BIS). Selanjutnya, di ayat 19, penulis agaknya mengemukakan apa yang ingin diteruskannya kepada generasi yang akan datang, yaitu suatu hubungan yang benar dengan Allah yang telah melakukan hal-hal yang begitu besar dan unik, jika dibandingkan apa pun di dalam alam semesta. Tidaklah mengherankan pemazmur pun menutup mazmurnya dengan ungkapan syukur yang meluap-luap (ay.22-24)! —Bill Crowder

Nenek Paus

Siapa yang telah menolong kamu membangun hubungan dengan Allah? Siapa yang mungkin membutuhkan hikmat kamu hari ini?

Ya Bapa, terima kasih, Engkau telah meneruskan hikmat melalui mereka yang berusia lebih lanjut dariku. Kiranya aku juga melakukan hal yang sama bagi orang lain dengan kasih dan kuasa-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Nahum 1 – 3; Wahyu 14

Membungkuk Dalam-Dalam

Kamis, 22 Desember 2022

Baca: 2 Korintus 1 : 3 – 11

1:3 Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan,

1:4 yang menghibur kami dalam segala penderitaan kami, sehingga kami sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kami terima sendiri dari Allah.

1:5 Sebab sama seperti kami mendapat bagian berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus, demikian pula oleh Kristus kami menerima penghiburan berlimpah-limpah.

1:6 Jika kami menderita, hal itu menjadi penghiburan dan keselamatan kamu; jika kami dihibur, maka hal itu adalah untuk penghiburan kamu, sehingga kamu beroleh kekuatan untuk dengan sabar menderita kesengsaraan yang sama seperti yang kami derita juga.

1:7 Dan pengharapan kami akan kamu adalah teguh, karena kami tahu, bahwa sama seperti kamu turut mengambil bagian dalam kesengsaraan kami, kamu juga turut mengambil bagian dalam penghiburan kami.

1:8 Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami.

1:9 Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati.

1:10 Dari kematian yang begitu ngeri Ia telah dan akan menyelamatkan kami: kepada-Nya kami menaruh pengharapan kami, bahwa Ia akan menyelamatkan kami lagi,

1:11 karena kamu juga turut membantu mendoakan kami, supaya banyak orang mengucap syukur atas karunia yang kami peroleh berkat banyaknya doa mereka untuk kami.

Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan . . . menghibur kami dalam segala penderitaan kami. [ ] —2 Korintus 1:3-4

Seorang ibu muda mengikuti putrinya dari belakang, sementara sang putri mengayuh sepeda kecilnya secepat yang bisa dilakukan kaki-kaki mungilnya. Akan tetapi, ketika sepedanya melaju terlalu kencang, gadis kecil itu jatuh dari sepeda lalu mengadu lututnya sakit. Sang ibu dengan tenang berlutut, membungkuk dalam-dalam, dan mengecup lutut putrinya “untuk mengusir rasa sakitnya”. Berhasil! Si gadis kecil bangkit, naik lagi ke sepedanya, lalu kembali mengayuh. Tidakkah kita semua berharap penderitaan kita bisa pergi semudah itu?

Rasul Paulus menerima penghiburan dari Allah dalam berbagai pergumulan yang tidak henti-henti dialaminya, dan itulah yang membuatnya terus melangkah. Ia menyebutkan sebagian pergumulannya dalam 2 Korintus 11:23-29: ia didera, dipukuli, dirajam, kurang tidur, kelaparan, dan prihatin memikirkan semua jemaat Allah. Paulus sungguh-sungguh mengalami bagaimana Allah adalah “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (1:3) atau dalam versi terjemahan lain: “Ia Bapa yang sangat baik hati” (BIS). Seperti seorang ibu menenangkan anaknya, Allah membungkuk dalam-dalam untuk menghibur kita yang tengah menderita dengan penuh kelembutan.

Banyak sekali cara yang digunakan Allah untuk menenangkan kita. Dia mungkin memberikan sepenggal ayat Alkitab untuk menguatkan kita agar terus maju, menggerakkan seseorang untuk mengirimkan pesan yang khusus bagi kita, atau menyentuh hati seorang teman untuk menelepon dan menyemangati kita. Mungkin saja penderitaan kita tidak langsung sirna, tetapi karena Allah membungkuk dalam-dalam untuk menolong kita, kita sanggup bangkit kembali dan terus melangkah. —Anne Cetas

WAWASAN
Dalam 2 Korintus 1:3-7, kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani yang digunakan (paraklesis dan parakaleo), yang berarti “penghiburan” atau “penguatan”, muncul sepuluh kali hanya dalam lima ayat! Dengan menekankan bahwa Allah adalah “Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan” (ay.3), Paulus mengundang orang-orang percaya untuk mengambil bagian dalam penderitaan yang dialami oleh mereka yang menyebarkan Injil (ay.5-6) serta dalam penghiburan dan penguatan yang “berlimpah-limpah” melalui Kristus (ay.5). Paulus mengakui bahwa penderitaan berat itu telah mengajarkan dirinya dan rekan-rekan sekerjanya untuk “[tidak] menaruh kepercayaan pada diri [mereka] sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati” (ay.9). —Monica La Rose

Membungkuk Dalam-Dalam

Bagaimana Allah pernah menghibur kamu? Bagaimana hal itu dapat mendorong kamu untuk menghibur orang lain juga?

Bapa yang penuh belas kasihan, mendekatlah padaku, dekaplah aku, agar aku dapat menemukan kelegaan dan kekuatan dalam tangan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 6 – 7; Wahyu 13

Doa yang Berharga

Rabu, 21 Desember 2022

Baca: Wahyu 5 : 6 – 10

5:6 Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

5:7 Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu.

5:8 Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.

5:9 Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

5:10 Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.”

Hendaklah perkataan yang telah kupohonkan . . . dekat pada Tuhan, Allah kita, siang dan malam. [ ] —1 Raja-raja 8:59

Clark’s Nutcracker adalah jenis burung yang menakjubkan. Setiap tahun burung ini bersiap menghadapi musim dingin dengan cara menyembunyikan kumpulan-kumpulan biji pinus whitebark hingga bisa mencapai lima ratus biji per jam. Berbulan-bulan kemudian, burung itu akan kembali untuk mengeluarkan biji-biji tersebut, bahkan di tengah hujan salju yang lebat. Seekor Clark’s Nutcracker mampu mengingat hingga sepuluh ribu lokasi tempat biji-bijinya disembunyikan. Sungguh kemampuan yang luar biasa (terutama jika dibandingkan dengan manusia, yang bisa kesulitan mengingat di mana kita meletakkan kunci mobil atau kacamata). 

Namun, ingatan burung yang menakjubkan tadi tidak terbandingkan dengan kemampuan Allah untuk mengingat doa-doa kita. Dia mampu merekam setiap doa yang tulus, mengingat dan menanggapi doa-doa tersebut bahkan hingga bertahun-tahun kemudian. Dalam Kitab Wahyu, Rasul Yohanes menggambarkan “keempat makhluk” dan “kedua puluh empat tua-tua” menyembah Allah di surga. Setiap dari mereka “memegang . . . satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus” (5:8).

Sama seperti kemenyan itu berharga pada zaman dahulu, doa-doa kita juga begitu berharga bagi Allah, hingga Dia menyimpannya dalam cawan emas di hadapan-Nya! Doa-doa kita berarti bagi Allah karena kita berarti bagi-Nya, dan melalui kebaikan-Nya yang tidak layak kita terima dalam Yesus, Dia membuka bagi kita akses yang tak terhalangi untuk datang kepada-Nya (Ibr. 4:14-16). Karena itu, berdoalah dengan berani! Ketahuilah bahwa tidak sepatah kata pun akan dilupakan atau disalah mengerti oleh Allah, karena Dia sangat mengasihi kita. —James Banks

WAWASAN
Mungkin mengherankan bagi kita bahwa Kitab Wahyu hanya tiga kali menyebut tentang doa secara eksplisit, tetapi apa yang dikatakan mengenai doa orang-orang kudus sangatlah menguatkan. Kata doa disebutkan dalam Wahyu 5:8; 8:3, dan 8:4, yang selalu disertai dengan kata kemenyan. “Kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus. . . . Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah” (8:3-4). Dalam Perjanjian Lama, ukupan yang wangi biasanya menyertai korban yang dipersembahkan kepada Allah. Persembahan berupa kemenyan yang wangi mengawali persembahan korban pertama hari itu dan juga dilakukan setelah persembahan terakhir (lihat Keluaran 30:7-8). Daud sangat menyadari sifat doanya yang seperti persembahan korban: “Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang” (Mazmur 141:2). —Arthur Jackson

Doa yang Berharga

Bagaimana kamu dikuatkan saat menyadari bahwa Allah tidak pernah melupakan doa-doa kamu? Siapa yang perlu kamu doakan hari ini?

Bapa Surgawi, berilah aku ketekunan untuk setia berdoa, dan iman untuk menantikan jawaban yang hanya mungkin datang dari-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 4 – 5; Wahyu 12

Bukan Kutukan

Selasa, 20 Desember 2022

Baca: Bilangan 24 : 15 – 19

24:15 Lalu diucapkannyalah sanjaknya, katanya: “Tutur kata Bileam bin Beor, tutur kata orang yang terbuka matanya;

24:16 tutur kata orang yang mendengar firman Allah, dan yang beroleh pengenalan akan Yang Mahatinggi, yang melihat penglihatan dari Yang Mahakuasa, sambil rebah, namun dengan mata tersingkap.

24:17 Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat; bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set.

24:18 Maka Edom akan menjadi tanah pendudukan dan Seir akan menjadi tanah pendudukan–musuh-musuhnya itu. Tetapi Israel akan melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa,

24:19 dan dari Yakub akan timbul seorang penguasa, yang akan membinasakan orang-orang yang melarikan diri dari kota.”

Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel. [ ]  —Bilangan 24:17

Cak Lontong adalah pelawak yang dikenal luas karena guyonan khasnya yang tidak hanya dianggap kocak tetapi juga cerdas. Dengan pembawaan yang santai, pernyataan-pernyataan dari pelawak asal Jawa Timur itu sering membuat orang berpikir, tergelitik, atau bahkan tersindir secara halus. Contohnya, “Bila kamu jelek, jangan takut mencintai, karena yang seharusnya takut adalah yang kamu cintai.” Yang lain lagi, “Salah kalau banyak yang bilang hidup itu cuma satu kali. Yang benar, hidup itu setiap hari, dan mati hanya sekali.”

Ucapan-ucapan ringan Cak Lontong tadi mungkin sekadar lucu-lucuan. Namun, pada zaman dahulu, seorang raja dari Moab mencoba membayar seorang nabi asing bukan hanya untuk menyindir, tetapi juga mengutuk bangsa Israel secara terang-terangan. “Datanglah dan kutuk bangsa itu,” Raja Balak berkata kepada Bileam (Bil. 22:6). Namun, Bileam membuat sang raja marah karena ia justru berkali-kali memberkati bangsa Ibrani (24:10). Salah satu berkatnya berisi nubuat berikut: “Aku melihat dia, tetapi bukan sekarang; aku memandang dia, tetapi bukan dari dekat” (24:17). Jelas pribadi yang dilihatnya belum muncul saat itu, tetapi siapakah yang dimaksud oleh Bileam? Kalimat berikutnya mengandung petunjuk. “Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel” (ay.17). “Bintang” itu kelak akan menuntun orang-orang majus kepada Sang Anak yang telah dijanjikan (Mat. 2:1-2).

Seorang nabi dari Mesopotamia kuno yang tidak tahu apa-apa tentang Mesias telah mengarahkan dunia kepada sebuah tanda masa depan yang menyerukan kedatangan-Nya. Yang keluar dari sumber yang tak terduga itu bukanlah kutukan, melainkan berkat. —Tim Gustafson

WAWASAN
Alkitab bahasa Indonesia mengikut Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani) menamai kitab ini “Bilangan” karena penekanan kitab itu pada pembilangan suku-suku dan tentara Israel. Judul dari kitab-kitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani pada umumnya mengikuti kata-kata pembuka kitab tersebut. Judul Kitab Bilangan dalam bahasa Ibrani terambil dari kata Ibrani yang kelima dari kalimat pertama, yang berarti “di padang gurun.” Secara universal, Musa dianggap sebagai penulis kitab ini dan juga kelima kitab pembuka Alkitab. The Bible Knowledge Commentary berpendapat bahwa Kitab Bilangan ditulis pada akhir masa pengembaraan umat Israel di padang gurun dan sebelum pengulangan hukum Sinai yang terdapat dalam Kitab Ulangan, berdasarkan ayat terakhir dari Bilangan: “Itulah perintah dan peraturan yang diperintahkan TUHAN kepada orang Israel dengan perantaraan Musa di dataran Moab di tepi sungai Yordan dekat Yerikho” (36:13). —Bill Crowder

Bukan Kutukan

Bagaimana firman Tuhan dalam Bilangan 24 menolong kamu memandang kisah Natal dengan sudut pandang yang berbeda? Bagaimana hal itu mengubah sikap kamu dalam menghadapi orang-orang yang menentang pekerjaan Allah?

Ya Allah, berikanlah aku mata untuk melihat karya tangan-Mu dalam segala sesuatu. 

Bacaan Alkitab Setahun: Mikha 1 – 3; Wahyu 11

Berdiri Teguh dalam Iman

Senin, 19 Desember 2022

Baca: Yesaya 7 : 1 – 9

7:1 Dalam zaman Ahas bin Yotam bin Uzia, raja Yehuda, maka Rezin, raja Aram, dengan Pekah bin Remalya, raja Israel, maju ke Yerusalem untuk berperang melawan kota itu, namun mereka tidak dapat mengalahkannya.

7:2 Lalu diberitahukanlah kepada keluarga Daud: “Aram telah berkemah di wilayah Efraim,” maka hati Ahas dan hati rakyatnya gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin.

7:3 Berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: “Baiklah engkau keluar menemui Ahas, engkau dan Syear Yasyub, anakmu laki-laki, ke ujung saluran kolam atas, ke jalan raya pada Padang Tukang Penatu,

7:4 dan katakanlah kepadanya: Teguhkanlah hatimu dan tinggallah tenang, janganlah takut dan janganlah hatimu kecut karena kedua puntung kayu api yang berasap ini, yaitu kepanasan amarah Rezin dengan Aram dan anak Remalya.

7:5 Oleh karena Aram dan Efraim dengan anak Remalya telah merancang yang jahat atasmu, dengan berkata:

7:6 Marilah kita maju menyerang Yehuda dan menakut-nakutinya serta merebutnya, kemudian mengangkat anak Tabeel sebagai raja di tengah-tengahnya,

7:7 maka beginilah firman Tuhan ALLAH: Tidak akan sampai hal itu, dan tidak akan terjadi,

7:8 sebab Damsyik ialah ibu kota Aram, dan Rezin ialah kepala Damsyik. Dalam enam puluh lima tahun Efraim akan pecah, tidak menjadi bangsa lagi.

7:9 Dan Samaria ialah ibu kota Efraim, dan anak Remalya ialah kepala Samaria. Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya.”

Kalau kamu tidak sungguh-sungguh percaya kepada-Ku, pasti kamu tak dapat bertahan. [ ] —Yesaya 7:9 BIS

Nokia menjadi perusahaan ponsel dengan penjualan terlaris di dunia pada tahun 1998 dan keuntungannya naik sampai hampir empat miliar dolar pada tahun 1999. Namun, pada tahun 2011, penjualan merosot tajam dan merek ponsel yang semakin turun pamornya itu diakuisisi oleh Microsoft. Salah satu faktor kegagalan divisi ponsel Nokia adalah budaya kerja yang didasari oleh rasa takut yang berakibat pada dihasilkannya keputusan-keputusan yang membawa petaka. Karena takut dipecat, para manajer enggan berbicara jujur tentang sistem operasi ponsel Nokia yang kalah bersaing dan berbagai masalah lain seputar desain.

Raja Ahas dari Yehuda dan rakyatnya juga ketakutan—“gemetar ketakutan seperti pohon-pohon hutan bergoyang ditiup angin” (Yes. 7:2). Mereka tahu bahwa raja-raja Israel dan Aram (Siria) telah bersekutu, dan gabungan tentara mereka sedang bergerak menuju Yehuda untuk merebutnya (ay.5-6). Meski Allah sudah memakai Nabi Yesaya untuk menguatkan Ahas dengan memberitahunya bahwa rencana-rencana jahat para musuhnya “tidak akan terjadi” (ay.7), tetapi karena gentar, sang raja bertindak bodoh—memilih untuk bersekutu dengan Asyur dan tunduk pada pemimpin kerajaan adidaya itu (2Raj. 16:7-8). Ia tidak percaya kepada Allah, yang menyatakan, “Kalau kamu tidak sungguh-sungguh percaya kepada-Ku, pasti kamu tak dapat bertahan” (Yes. 7:9 bis). 

Penulis Kitab Ibrani menolong kita untuk memikirkan apa bentuk dari keteguhan dalam iman sekarang ini: “Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia” (Ibr. 10:23). Marilah kita melangkah maju dan tidak “mengundurkan diri” (ay.39) dengan kekuatan yang diberikan Roh Kudus untuk terus percaya kepada Yesus. —Tom Felten

WAWASAN
Yesaya 7–39 mengangkat tema tentang pentingnya umat Israel lebih mempercayai Allah daripada bangsa-bangsa lain. Yesaya menekankan bahwa Allah “murka atas segala bangsa” (34:2); mempercayai bangsa-bangsa itu sudah pasti akan berakhir dengan kehancuran. Sebaliknya, Yesaya 35 menggambarkan janji indah bagi mereka yang percaya kepada Allah, dengan berjalan di “Jalan Kudus” (ay.8). Yesaya mengundang para pendengarnya: “Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: ‘Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang . . . menyelamatkan kamu!’” (ay.3-4). —Monica La Rose

Berdiri Teguh dalam Iman

Pernahkah kamu menghadapi tantangan iman? Pada saat itu terjadi, bagaimana Allah menguatkan kamu untuk berdiri teguh?

Bapa, tolonglah aku untuk berdiri teguh dan anugerahkanlah iman yang kuperlukan untuk tetap bertahan. 

Bacaan Alkitab Setahun: Yunus 1 – 4; Wahyu 10