Kehabisan Daya 

Senin, 30 Januari 2023

Baca: Yesaya 40:28-31 

40:28 Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya.

40:29 Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.

40:30 Orang-orang muda menjadi lelah dan lesu dan teruna-teruna jatuh tersandung,

40:31 tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.

Mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. [ ] —Yesaya 40:31

“Rasanya aku tak mampu lagi,” kata teman saya sambil berlinang air mata. Ia menceritakan perasaan tidak berdaya yang dihadapinya sebagai perawat di tengah krisis kesehatan yang melanda dunia. Ia mengaku, “Aku tahu Allah memanggilku untuk menjadi perawat, tetapi aku benar-benar kewalahan dan emosiku terkuras habis.” Melihat rasa penat yang menggayutinya, saya berkata, “Aku tahu kamu sedang merasa tidak berdaya, tetapi mintalah agar Allah memimpinmu ke arah yang kamu rindukan dan memberimu kekuatan untuk bertahan.” Saat itu, ia memutuskan untuk tekun mencari Allah melalui doa. Tak lama kemudian, kawan saya itu kembali disegarkan dengan tujuan yang baru. Ia bukan saja bersemangat melanjutkan pekerjaannya sebagai perawat, tetapi Allah juga memberinya kekuatan untuk melayani lebih banyak orang dengan berkeliling ke banyak rumah sakit di seluruh negeri.

Sebagai orang percaya, kita dapat selalu mencari Allah untuk memohon pertolongan dan penguatan di saat kita merasa beban kita terlalu berat karena “Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu” (Yes. 40:28). Nabi Yesaya menyatakan bahwa Bapa kita di surga “memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya” (ay.29). Meski kekuatan Allah bersifat kekal, Dia tahu kita pasti akan mengalami masa-masa ketika jiwa raga kita terkuras (ay.30). Namun, ketika kita berpaling kepada Allah untuk meminta kekuatan, dan tidak mencoba menghadapi tantangan hidup ini seorang diri, Dia akan memulihkan dan memperbarui kita, serta memberi kita tekad untuk melangkah maju dalam iman. —Kimya Loder

WAWASAN
Allah telah memperingatkan Yehuda yang tidak mau bertobat bahwa Dia akan memakai dua negara adikuasa penyembah berhala, Asyur dan Babel, untuk menghukum ketidaksetiaan mereka (Yesaya 1–39). Lalu Nabi Yesaya menghibur Yehuda dengan janji bahwa Allah akan memulihkan dan memberkati mereka, setelah penghukuman itu berakhir (pasal 40–66). Dalam pasal 40, Yesaya berbicara dengan lembut mengenai pemeliharaan Allah yang penuh kasih bagi mereka, “Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (ay.11). Yesaya juga memuji kedaulatan, otoritas, dan kemahakuasaan Allah (ay.1-26). Menyikapi pengabaian yang dirasakan bangsanya (ay.27), sang nabi meyakinkan mereka bahwa Allah bukan hanya bertekad memberkati mereka, tetapi berkuasa penuh untuk melakukannya (ay.28). Sebagai Pencipta yang Mahakuasa dan abadi, Dialah sumber kekuatan mereka (ay.29). Yesaya berseru kepada umat Yahudi yang putus asa itu agar mempercayai Allah untuk memenuhi janji-Nya (ay.30-31). —K.T. Sim

Kehabisan Daya 

Pernahkah kamu mencoba menangani sendiri kesulitan kamu? Bagaimana cara kamu meminta pertolongan Allah?

Ya Allah, terima kasih, karena Engkau siap menolongku ketika tantangan hidup terasa tidak sanggup lagi kuhadapi.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 23-24; Matius 20:1-16

Teror Tujuh Menit

Minggu, 29 Januari 2023

Baca: Yohanes 11:38-43

11:38 Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.

11:39 Kata Yesus: “Angkat batu itu!” Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: “Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati.”

11:40 Jawab Yesus: “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?”

11:41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.

11:42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”

11:43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!”

Marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya. [ ]  —Ibrani 4:16

Ketika Perseverance, kendaraan penjelajah Mars, mendarat di planet merah itu pada tanggal 18 Februari 2021, para petugas yang memonitor pendaratannya sempat mengalami “teror tujuh menit”. Setelah menempuh perjalanan sepanjang 470 juta kilometer, kendaraan tersebut harus melewati prosedur pendaratan yang rumit tanpa bantuan dari pihak luar. Sinyal dari Mars membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai ke Bumi, jadi NASA tidak dapat mendengar apa-apa dari Perseverance selama proses pendaratan tersebut. Bagi tim yang telah mengerahkan begitu banyak upaya dan sumber daya dalam misi tersebut, putus kontak itu terasa sangat menakutkan.

Terkadang kita mungkin ketakutan ketika merasa tidak mendengar apa-apa dari Allah. Kita berdoa, tetapi tidak mendapat jawaban. Dalam Kitab Suci, kita menemukan orang-orang yang doanya langsung dijawab (lihat Dan. 9:20-23), dan mereka yang lama tidak mendapat jawaban, seperti Hana dalam 1 Samuel 1:10-20. Mungkin contoh paling memilukan dari jawaban yang tertunda, pengalaman yang pasti membuat hati Maria dan Marta gentar, adalah ketika mereka meminta Yesus untuk menolong Lazarus, saudara mereka yang sedang sakit (Yoh. 11:3). Yesus menunda, dan saudara mereka pun meninggal (ay.6-7,14-15). Namun, empat hari kemudian, Kristus menjawab dengan membangkitkan Lazarus (ay.43-44). 

Menantikan jawaban atas doa-doa kita memang terkadang sulit. Namun, Allah sanggup menghibur dan menolong ketika kita “dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia [Allah], supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibr. 4:16). —Dave Branon

WAWASAN
Dalam Injil Yohanes, Yesus memulai pelayanan-Nya dengan tanda ajaib—mengubah air menjadi anggur. Di sepanjang kitab itu, Yesus terus mengesahkan pesan-Nya dengan mukjizat-mukjizat, dan yang terakhir dengan membangkitkan Lazarus dari kematian.

Sepanjang Injil Yohanes, penulisnya menunjukkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan kepada hidup (lihat 1:4; 14:6). Dan di sini, Yesus membuktikan dengan mengembalikan sahabat-Nya ke dunia orang hidup (11:38-44). Ironisnya, perbuatan Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian merupakan awal dari serangkaian peristiwa yang berakhir dengan kematian Kristus sendiri. Namun, justru kematian itu dan kebangkitan-Nya kelak yang akan menjamin kehidupan, bukan hanya bagi Lazarus, melainkan bagi semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Inilah yang dinyatakan Yohanes, “supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya” (20:31). —Jed Ostoich

Teror Tujuh Menit

Apa yang sedang kamu doakan, tetapi jawabannya seolah tidak kunjung datang? Bagaimana Allah dapat menumbuhkan iman kamu sembari kamu menantikan-Nya?

Allah Mahakasih, Engkau mengetahui isi hatiku. Tolonglah aku untuk tetap mempercayai-Mu saat menantikan jawaban-Mu. 

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 21-22; Matius 19

Mantel Merah Muda

Sabtu, 28 Januari 2023

Baca: 2 Korintus 9:6-9

9:6 Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.

9:7 Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

9:8 Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.

9:9 Seperti ada tertulis: “Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya.”

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya . . . sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. [ ] —2 Korintus 9:7

Saat berjalan menuju pintu keluar mal, mata Brenda terpikat oleh sesuatu berwarna merah muda di etalase. Ia berbalik lalu berdiri terkesima menatap “mantel berwarna gulali”. Wah, Holly pasti suka mantel itu! Koleganya itu, seorang ibu tunggal, sedang bergumul dengan kesulitan finansial. Brenda tahu bahwa Holly membutuhkan baju hangat, tetapi ia yakin Holly tidak akan mengeluarkan uang sebesar itu untuk membeli mantel. Setelah berpikir sebentar, Brenda tersenyum, mengambil dompet, dan mengatur supaya mantel itu dikirimkan ke rumah Holly. Ia menambahkan kartu tanpa nama, “Seseorang mengasihimu”. Langkah-langkah Brenda terasa ringan, karena hatinya sangat senang.

Sukacita merupakan hasil dari tindakan memberi yang digerakkan Allah. Paulus menasihati jemaat di Korintus tentang sikap bermurah hati, “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2Kor. 9:7). Ia juga menyatakan, “Orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga” (ay.6).

Mungkin kita dapat memasukkan uang lebih ke dalam kantong persembahan. Pada kesempatan lain kita dapat mentransfer persembahan kasih untuk mendukung kegiatan suatu lembaga pelayanan. Allah juga dapat menggerakkan kita untuk menjawab kebutuhan seorang kawan dengan tindakan nyata sebagai ungkapan kasih-Nya. Kita bisa membelikan sekantong bahan makanan, setangki bensin . . . atau bahkan hadiah mantel merah muda yang indah. —Elisa Morgan

WAWASAN
Segmen kecil dari surat Paulus kepada jemaat di Korintus ini (2 Korintus 9:6-9) muncul di tengah bagian yang lebih besar tentang memberi. Sang rasul telah memperkenalkan tema itu di pasal 8, ketika ia mengangkat jemaat Makedonia yang jauh lebih miskin, tetapi sangat murah hati sebagai panutan (ay.1-5). Sepanjang imbauannya ia meminta jemaat Korintus agar menepati komitmen awal mereka untuk memberi (ay.10-12), dan melakukannya dengan rela dan sukacita (9:5,7). Sebagaimana sering dilakukan Paulus, ia mengacu kepada bagian Kitab Suci yang lain untuk meyakinkan mereka. Di sini ia mengutip Mazmur 112, yang menguraikan tentang karakteristik orang benar (“orang yang takut akan TUHAN,” ay.1). Pemazmur mencatat bahwa mereka “pengasih dan penyayang” (ay.4), dan “mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman” (ay.5). Memberi dengan murah hati tidak menjadikan orang benar, melainkan orang benar akan memberi dengan murah hati. —Tim Gustafson

Mantel Merah Muda

Kepada siapa kamu dapat menunjukkan kasih Allah hari ini? Bagaimana kemurahan hati yang kamu tunjukkan dapat kembali kepada kamu dalam wujud perasaan sukacita?

Bapa yang Mahakasih, Engkau telah memberikan Putra-Mu kepadaku, karena itu aku juga rindu memberi kepada orang lain. Tolonglah aku menanggapi dorongan lembut dari-Mu untuk menjawab kebutuhan seseorang hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 19-20; Matius 18:21-35

Belas Kasihan untuk Kita

Jumat, 27 Januari 2023

Baca: Mazmur 103:8-12

103:8 TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia.

103:9 Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam.

103:10 Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita,

103:11 tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia;

103:12 sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.

Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. [ ] —Mazmur 103:9

Salah satu konsekuensi dari pandemi COVID-19 adalah berlabuhnya kapal pesiar dan karantina terhadap para penumpangnya. Sebuah artikel dalam The Wall Street Journal memuat wawancara dengan beberapa turis di kapal pesiar. Banyak dari mereka menganggap masa karantina memberi lebih banyak kesempatan untuk bercakap-cakap. Seorang penumpang dengan bergurau menceritakan bagaimana pasangannya—yang memiliki ingatan tajam—mampu menyebutkan kembali setiap kesalahan yang pernah ia lakukan, bahkan ia punya firasat bahwa istrinya belum mengatakan semuanya!

Kisah-kisah seperti itu mungkin membuat kita tersenyum, karena mengingatkan akan sisi manusiawi kita, sekaligus memperingatkan apabila kita cenderung memegang terlalu erat hal-hal yang seharusnya kita lepaskan. Namun, bagaimana kita dapat ditolong untuk memperlakukan dengan baik mereka yang pernah menyakiti kita? Dengan memandang Allah kita yang agung, sebagaimana Dia digambarkan dalam perikop seperti Mazmur 103:8-12.

Secara khusus, kita perlu memperhatikan ayat 8-10: “Tuhan adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.” Meminta pertolongan Allah di saat kita sungguh-sungguh berdoa dan membaca Kitab Suci dapat menolong kita berpikir ulang tentang niat kita untuk membalas atau menghukum orang-orang yang menyakiti kita. Sebaliknya, mungkin kita justru tergerak untuk berdoa bagi diri kita sendiri dan bagi orang-orang yang tadinya ingin kita lukai dengan sikap kita yang menolak untuk mengasihi dan mengampuni mereka. —ARTHUR JACKSON

WAWASAN
Mazmur 103:8 mengenang bagaimana Allah mengungkapkan diri-Nya kepada Musa dalam perjalanan keluar dari Mesir. Setelah Musa memohon kepada Allah untuk memperlihatkan “kemuliaan-Mu kepadaku” (Keluaran 33:18), Allah berjanji melewatkan segenap kemuliaan-Nya dari depan Musa. Dalam Keluaran 34, kita diberi tahu bahwa Allah “lewat dari depannya dan berseru: ‘TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa’” (ay.6-7). 

Mazmur 103 menjelaskan lebih lanjut tentang belas kasihan, pengampunan, dan kasih karunia Allah yang tidak berkesudahan sebagai satu-satunya harapan bagi umat-Nya yang berdosa. Dia Allah yang Maha Pengampun, yang tidak melakukan “kepada kita setimpal dengan dosa kita” (ay.10) tetapi menghapus dosa kita “sejauh timur dari barat” (ay.12). Kerelaan Allah untuk mengampuni berakar pada kasih-Nya yang mendalam bagi anak-anak-Nya dan belas kasihan-Nya atas pergumulan mereka (ay.11,13). —Monica La Rose

Belas Kasihan untuk Kita

Terhadap siapakah kamu ingin membalas dendam karena telah menyakiti kamu? Siapakah yang dapat kamu minta untuk mendoakan kamu?

Allah sumber kasih, kebaikan, dan pengampunan, tolonglah aku untuk meneruskan rahmat dan belas kasihan kepada mereka yang pernah menyakitiku.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 16-18; Matius 18:1-20

Kasih yang Mengampuni

Kamis, 26 Januari 2023

Baca: Kolose 3:12-14

3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.

3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.

3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain. [ ]  —Kolose 3:13

Delapan puluh tahun usia pernikahan! Pete dan Ruth, paman dan bibi buyut suami saya, merayakan pencapaian luar biasa tersebut pada tanggal 31 Mei 2021. Mereka bertemu pada tahun 1941 ketika Ruth masih di SMA. Pasangan muda itu begitu bersemangat untuk menikah sehingga mereka memutuskan langsung menikah sehari setelah Ruth lulus. Pete dan Ruth percaya bahwa Allah telah menyatukan dan membimbing mereka selama ini.

Berkaca pada delapan dekade pernikahan mereka, Pete dan Ruth sama-sama setuju bahwa salah satu kunci untuk mempertahankan hubungan mereka adalah keputusan untuk siap memaafkan. Siapa pun yang menjalin hubungan yang sehat mengerti bahwa kita semua terus-menerus membutuhkan pengampunan atas tindakan kita yang menyakiti satu sama lain, baik berupa ucapan yang kasar, janji yang diingkari, atau tugas yang terlupakan.

Dalam salah satu bagian Kitab Suci yang ditulis untuk membantu orang percaya hidup bersama dalam kesatuan, Paulus menyebutkan tentang peranan penting pengampunan. Setelah mengimbau para pembacanya untuk mengenakan “belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran” (Kol. 3:12), Paulus menambahkan dorongan agar kita “[mengampuni] seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain” (ay.13). Lalu, yang paling penting, semua interaksi yang terjadi antara satu sama lain perlu digerakkan oleh kasih (ay.14).

Hubungan yang mencerminkan ciri-ciri yang dijabarkan oleh Paulus tersebut akan sungguh menjadi berkat. Kiranya Allah menolong kita semua untuk memupuk hubungan yang sehat, yang ditandai dengan kasih dan pengampunan. —LISA M. SAMRA

WAWASAN
Belas kasihan adalah perbuatan baik bagi mereka yang membutuhkan. Lebih dari sekadar mengasihani, belas kasihan mendorong kita untuk rela meringankan penderitaan seseorang. Dalam perumpamaan Orang Samaria yang Murah Hati, “tergeraklah hati [seorang Samaria] oleh belas kasihan” kepada orang yang dirampok (Lukas 10:33), dan itu mendorongnya untuk menolong si korban. 

Orang Yunani dan Romawi menghargai keberanian, kekuatan, kebijaksanaan, kekuasaan, dan balas dendam. Bagi mereka, belas kasihan adalah kelemahan, bukan kebajikan. Namun, bagi orang percaya, justru belas kasihan menjadi ciri kita sebagai anak-anak Allah. Yesus memerintahkan kita untuk mengikut teladan Bapa kita di surga: “Hendaklah kalian berbelaskasihan seperti Bapamu juga berbelaskasihan!" (6:36 BIS). Belas kasihan adalah kepribadian Allah sendiri. Dalam salah satu pengungkapan diri teragung dalam Alkitab, Allah menggambarkan diri-Nya sebagai “Allah yang penuh kemurahan hati dan belas kasihan” (Keluaran 34:6 BIS). Kita paling menyerupai Bapa kita saat kita berbelas kasihan, berbuat baik, dan murah hati kepada sesama. —K.T. Sim

Kasih yang Mengampuni

Bagaimana kamu pernah mengalami pemulihan dengan memberi atau menerima pengampunan? Bagaimana hubungan antarmanusia dapat dikuatkan lewat pengampunan dan pertanggungjawaban? 

Tuhan Yesus, tolonglah aku mengampuni orang lain sama seperti Engkau telah mengampuniku.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15; Matius 17

Menolak Hal-Hal yang “Berkilauan”

Rabu, 25 Januari 2023

Baca: Amsal 22:1-6

22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

22:2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.

22:3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.

22:4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.

22:5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu.

22:6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.

Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang  dari pada jalan itu. [ ] —Amsal 22:6

Suatu kali, dalam The Andy Griffith Show, acara TV dari era 1960-an, seorang pria memberi tahu Andy bahwa ia harus membiarkan putranya, Opie, memutuskan sendiri bagaimana ia ingin menjalani hidupnya. Andy tidak setuju. “Anda tidak dapat membiarkan anak muda mengambil keputusan sendiri. Ia akan menyambar benda berkilauan pertama yang dibungkus dengan pita mengilap di hadapannya. Lalu, ketika ia menyadari jebakan di balik benda itu, semuanya sudah terlambat. Gagasan-gagasan yang sesat selalu dikemas dengan sangat memikat sehingga sulit untuk meyakinkan mereka bahwa ada banyak hal yang mungkin lebih baik untuk jangka panjang.” Ia menyimpulkan bahwa penting bagi orangtua untuk memberi contoh perilaku yang benar dan membantu anak untuk “menampik godaan”.

Ucapan Andy terkait dengan hikmat yang ditemukan dalam Amsal: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (22:6). Banyak orang mungkin membaca kata-kata tersebut sebagai janji, tetapi sesungguhnya ayat tadi adalah sebuah panduan. Kita semua dipanggil untuk mengambil keputusan pribadi untuk percaya kepada Yesus. Namun, kita dapat membantu meletakkan dasar yang sesuai dengan firman Tuhan melalui kasih kita kepada Allah dan kecintaan pada Kitab Suci. Kita pun dapat berdoa agar ketika anak-anak kita tumbuh dewasa, mereka memilih untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat dan berjalan di jalan-Nya dan bukan “di jalan orang yang serong hatinya” (ay.5).

Kemenangan kita sendiri atas hal-hal yang “berkilauan” berkat pertolongan Roh Kudus juga menjadi kesaksian yang kuat. Roh Allah menolong kita untuk menolak godaan dan membentuk hidup kita menjadi teladan yang patut ditiru. —Alyson Kieda

WAWASAN
Kitab Amsal sering menekankan pentingnya orang dewasa memberi bimbingan dan disiplin yang bijaksana kepada anak-anak. Dalam Amsal 29, orangtua diperingatkan bahwa “anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya” (ay.15), tetapi apabila anak-anak diberi didikan, mereka ”akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (ay.17). 

Namun, prinsip umum tentang hikmat dan pentingnya orangtua membimbing anak-anak tidak berarti bahwa orangtua mengemban seluruh tanggung jawab atas pilihan yang dibuat anak-anak mereka. Bagian lain dari Amsal menggambarkan hal ini. Amsal ditujukan kepada orang muda (1:4-7), menekankan pentingnya setiap orang memilih untuk mendengarkan suara hikmat dengan rendah hati (ay.20; 2:2-5) dan untuk bergantung kepada Allah untuk menerima hikmat yang hanya ada di dalam Dia (2:5-6). Ironisnya, orang yang menulis kata-kata itu, Salomo, kelak tersesat dari jalan hikmat saat ia dewasa (1 Raja-Raja 11:9-11). —Monica La Rose

Menolak Hal-Hal yang “Berkilauan”

Mengapa baik untuk kita mengingat bahwa Amsal 22:6 bukanlah janji, melainkan prinsip yang bijaksana? Siapa yang Tuhan percayakan untuk kamu didik dalam jalan-Nya?

Bapa terkasih, tolong aku untuk menanamkan nilai-nilai-Mu ke dalam hati anak-anak yang telah Engkau tempatkan dalam hidupku.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16

Buah yang Bertahan Selamanya

Selasa, 24 Januari 2023

Baca: Matius 13:44-46

13:44 “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.

13:45 Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.

13:46 Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu.”

Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang. [ ] —Matius 13:44

Teman saya Ruel menghadiri reuni SMA yang diadakan di rumah teman sekelasnya dahulu. Rumah temannya yang terletak di tepi laut dekat Teluk Manila itu tampak megah dan dapat menampung dua ratus orang, tetapi membuat Ruel merasa kecil.

“Sudah bertahun-tahun saya bahagia menggembalakan gereja-gereja di pedesaan terpencil,” Ruel bercerita, “dan meskipun seharusnya saya tidak berpikir seperti ini, tetapi saya sempat iri dengan kekayaan teman saya itu. Saya membayangkan betapa berbedanya hidup ini seandainya saya menggunakan gelar saya untuk menjadi pengusaha saja.”

“Tetapi kemudian saya diingatkan bahwa tidak ada yang perlu membuat saya iri,” Ruel melanjutkan sambil tersenyum. “Saya sudah menginvestasikan hidup saya dengan melayani Allah, dan hasilnya akan bertahan selamanya.” Saya akan selalu ingat ekspresi wajah Ruel yang penuh kedamaian saat ia mengucapkan kata-kata itu.

Ruel memperoleh kedamaian dari perumpamaan Yesus dalam Matius 13:44-46. Ia tahu bahwa Kerajaan Allah adalah harta yang paling berharga. Mencari kerajaan itu dan hidup bagi-Nya dapat mengambil bentuk yang berbeda-beda. Bagi sebagian orang, itu berupa pelayanan purnawaktu, sementara bagi yang lain itu mungkin berupa kesaksian hidup di tengah tempat kerja yang sekuler. Bagaimanapun cara yang dipilih Allah untuk memakai hidup kita, kita dapat terus mempercayai dan menaati pimpinan-Nya, karena seperti orang dalam perumpamaan Yesus, kita mengetahui nilai mulia dari harta yang tidak dapat binasa, yang telah diberikan kepada kita. Segala sesuatu di dalam dunia ini memiliki nilai yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan semua yang kita peroleh dengan mengikut Allah (1Ptr. 1:4-5).

Hidup kita, yang telah diserahkan ke dalam tangan-Nya, sanggup menghasilkan buah yang kekal. —KAREN HUANG

WAWASAN
Dua perumpamaan singkat dalam Matius 13:44-46 muncul di tengah kisah tujuh perumpamaan tentang Kerajaan Surga (ay.1-52). Setelah Yesus menceritakan perumpamaan pertama (petani yang menabur benih, ay.3-9), para murid bertanya mengapa Yesus selalu berkata-kata dalam perumpamaan (ay.10). Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak” (ay.11). Dia berkata kepada murid-murid-Nya, “Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar” (ay.16). Kemudian Dia menjelaskan perumpamaan itu (ay.18-23). Para murid ingin mengetahui arti sebenarnya dari perkataan Yesus, dan keinginan mereka terpenuhi. Mereka telah meninggalkan semuanya untuk mengikut Dia. Intinya, mereka menghidupi secara nyata perumpamaan tentang harta terpendam dan mutiara (ay.44-46) karena mereka memahami pesan Injil. Mereka telah menemukan harta terpendam itu. —Tim Gustafson

Buah yang Bertahan Selamanya

Apa yang harus kamu tinggalkan demi mengikut Allah? Bagaimana Matius 13:44-46 telah menguatkan kamu?

Bapa, jadikan setiap hari dalam hidupku sebagai perayaan karena aku telah menemukan harta yang sangat berharga di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 9-11; Matius 15:21-29

Hilang, Ditemukan, Bersukacita 

Senin, 23 Januari 2023

Baca: Lukas 15:1-10

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.

15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”

15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

15:4 “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,

15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

15:8 “Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.

15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. [ ] —Lukas 15:6

“Mereka menjuluki saya ‘si penemu cincin’. Tahun ini saja saya sudah menemukan 167 buah cincin yang hilang.”

Saat berjalan-jalan di pantai bersama istri saya, kami mengobrol dengan seorang pria tua yang menggunakan detektor logam untuk memindai area itu. “Kadang-kadang ada nama yang terukir pada cincin-cincin tersebut,” ia menjelaskan, “dan saya senang melihat ekspresi para pemiliknya saat saya mengembalikan cincin mereka. Saya mengumumkannya secara daring dan mengecek apakah ada orang yang menghubungi bagian Kehilangan. Ada cincin yang bahkan sudah hilang bertahun-tahun.” Ketika kami berkata bahwa kami juga senang mencari-cari dengan menggunakan detektor logam tetapi jarang melakukannya, ia berujar, “Kalian tidak akan tahu jika tidak dilakukan!”

Aksi “mencari dan menyelamatkan” juga kita temukan dalam Lukas 15. Yesus dikecam karena mempedulikan orang-orang yang jauh dari Allah (ay.1-2). Dia menjawab dengan menceritakan tiga kisah tentang sesuatu yang hilang lalu ditemukan—seekor domba, sekeping dirham, dan seorang anak. Orang yang menemukan domba yang hilang “meletakkannya di atas bahunya dengan gembira, dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku” (ay.5-6). Maksud semua kisah itu adalah tentang menemukan orang yang terhilang bagi Kristus, dan sukacita yang dialami ketika mereka ditemukan.

Yesus datang “untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (19:10), dan Dia memanggil kita untuk mengikut Dia dalam mengasihi dan membawa orang lain kembali kepada Allah (lihat Mat. 28:19). Sukacita dari melihat seseorang berpaling kepada-Nya menanti kita. Kita takkan pernah tahu jika kita tidak pergi dan melakukannya. —JAMES BANKS

WAWASAN
Pemungut cukai dianggap mengkhianati bangsa mereka sendiri karena bekerja sama dengan pemerintah Romawi. Banyak pemungut cukai menyalahgunakan peranan mereka dengan mengutip uang cukai lebih banyak daripada seharusnya dan menyimpan kelebihannya untuk diri mereka sendiri (Lukas 3:12-13). Para ahli Alkitab tidak yakin alasan khusus apa yang membuat orang dicap “berdosa” (15:1), tetapi orang-orang itu pun dikucilkan dari kehidupan beragama.

Lukas menggambarkan orang-orang yang dikucilkan dari agama dan kehidupan sosial itu dengan simpatik. Para pemungut cukai menghampiri Yohanes Pembaptis dengan kerinduan untuk mengetahui bagaimana caranya bertobat (3:12). Yesus memanggil pemungut cukai bernama Lewi untuk mengikut-Nya, dan Lewi segera melakukannya, lalu mengadakan perjamuan besar untuk Yesus (5:27-30). Seorang perempuan yang digambarkan orang Farisi sebagai seorang berdosa (7:39) dipuji oleh Kristus karena imannya (ay.50). Lukas berpendapat bahwa mereka yang menyadari keberdosaan mereka merupakan kalangan yang paling siap mendengarkan dan mengikut Yesus (5:31-32; 15:1). —Monica La Rose

Hilang, Ditemukan, Bersukacita 

Sukacita apa yang kamu alami ketika seseorang kembali kepada Allah? Bagaimana kamu dapat memperkenalkan orang lain kepada kasih Yesus hari ini?

Tuhan Yesus, terima kasih, Engkau telah menemukan dan mengasihiku! Dalam sukacita-Mu, utuslah aku kepada seseorang yang membutuhkan-Mu hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 7-8; Matius 15:1-20

Menjangkau Saya

Minggu, 22 Januari 2023

Baca: Mazmur 18:17-20

18:17 (18-18) Ia melepaskan aku dari musuhku yang gagah dan dari orang-orang yang membenci aku, karena mereka terlalu kuat bagiku.

18:18 (18-19) Mereka menghadang aku pada hari sialku, tetapi TUHAN menjadi sandaran bagiku;

18:19 (18-20) Ia membawa aku ke luar ke tempat lapang, Ia menyelamatkan aku, karena Ia berkenan kepadaku.

18:20 (18-21) TUHAN memperlakukan aku sesuai dengan kebenaranku, Ia membalas kepadaku sesuai dengan kesucian tanganku,

Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir. [ ] —Mazmur 18:17

Dalam postingannya baru-baru ini, blogger Bonnie Gray bercerita saat kesedihan yang luar biasa mulai merasuk ke dalam hatinya. Katanya, “Tiba-tiba saja, saat saya sedang bahagia-bahagianya . . . saya mulai mengalami serangan panik dan depresi.” Ia mencoba menempuh berbagai cara untuk mengatasi masalahnya, tetapi segera menyadari bahwa ia tidak cukup kuat untuk menanganinya sendiri. “Saya tidak ingin orang mempertanyakan iman saya, jadi saya merahasiakannya dan berdoa agar depresi saya lenyap. Namun, Allah ingin menyembuhkan kita, bukan mempermalukan atau membuat kita bersembunyi dari rasa sakit kita.” Gray menemukan kesembuhan melalui kehadiran Allah yang menghiburkan dirinya; Dia sajalah jangkar yang dapat diandalkan di tengah ombak yang mengancam untuk menelannya.

Saat kita berada dalam kesulitan dan merasa putus asa, Allah hadir dan akan menopang kita. Dalam Mazmur 18, Daud memuji Allah yang telah membebaskannya dari jerat masalah setelah ia nyaris dikalahkan oleh musuh-musuhnya. Ia menyatakan, “[Allah] menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir” (ay.17). Bahkan saat keputusasaan terasa menyelimuti kita bagaikan terjangan ombak di lautan, Allah begitu mengasihi kita, sehingga Dia akan menjangkau dan menolong kita, lalu membawa kita ke “tempat lapang” yang damai dan aman (ay.20). Marilah kita berharap kepada-Nya sebagai perlindungan kita di saat masalah-masalah kehidupan membuat kita kewalahan. —KIMYA LODER

WAWASAN
Kesuksesan dan kepopuleran Daud (1 Samuel 17; 18:15-16) membuat Raja Saul cemburu dan bermaksud membunuhnya (18:10-11). Dalam pelarian Daud mencari perlindungan di gunung-gunung dan gua-gua (22:1; 23:26; 24:3). Namun, Daud ingat bahwa Allah sendiri yang menyelamatkan, melindungi, dan menjaga dirinya. Dari pengalamannya sebagai pelarian, Daud menulis Mazmur 18 sebagai nyanyian ucapan syukur, seperti yang tertulis dalam keterangan di ayat pertama: “Dari hamba TUHAN, yakni Daud yang menyampaikan perkataan nyanyian ini kepada TUHAN, pada waktu TUHAN telah melepaskan dia dari cengkeraman semua musuhnya dan dari tangan Saul.” Nyanyian ini juga ditemukan dalam 2 Samuel 22. Daud menggunakan berbagai metafora untuk menggambarkan siapa Allah baginya: bukit batu, kubu pertahanan, penyelamat, tempat berlindung, perisai, tanduk keselamatan, kota benteng, dan juruselamat (Mazmur 18:3-4); semua itu menggambarkan perlindungan, rasa aman, kelepasan, serta keselamatan. —K.T. Sim

Menjangkau Saya

Pernahkah kamu merasa kewalahan menghadapi beragam tantangan kehidupan? Bagaimana Allah menopang kamu saat itu?

Bapa Surgawi, adakalanya bebanku terlalu berat untuk kupikul. Terima kasih karena Engkau tak pernah berhenti menjangkauku, menopangku, dan memberiku kedamaian, kekuatan, dan hikmat.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 4-6; Matius 14:22-36