Kasihilah Sesama

Senin, 3 Juli 2023

Baca: Imamat 19:9-18

19:9 Pada waktu kamu menuai hasil tanahmu, janganlah kausabit ladangmu habis-habis sampai ke tepinya, dan janganlah kaupungut apa yang ketinggalan dari penuaianmu.

19:10 Juga sisa-sisa buah anggurmu janganlah kaupetik untuk kedua kalinya dan buah yang berjatuhan di kebun anggurmu janganlah kaupungut, tetapi semuanya itu harus kautinggalkan bagi orang miskin dan bagi orang asing; Akulah TUHAN, Allahmu.

19:11 Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya.

19:12 Janganlah kamu bersumpah dusta demi nama-Ku, supaya engkau jangan melanggar kekudusan nama Allahmu; Akulah TUHAN.

19:13 Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.

19:14 Janganlah kaukutuki orang tuli dan di depan orang buta janganlah kautaruh batu sandungan, tetapi engkau harus takut akan Allahmu; Akulah TUHAN.

19:15 Janganlah kamu berbuat curang dalam peradilan; janganlah engkau membela orang kecil dengan tidak sewajarnya dan janganlah engkau terpengaruh oleh orang-orang besar, tetapi engkau harus mengadili orang sesamamu dengan kebenaran.

19:16 Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN.

19:17 Janganlah engkau membenci saudaramu di dalam hatimu, tetapi engkau harus berterus terang menegor orang sesamamu dan janganlah engkau mendatangkan dosa kepada dirimu karena dia.

19:18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. —Imamat 19:18

Ini hanyalah permainan yang seru di persekutuan kaum muda. Namun, permainan tersebut memberikan sebuah pelajaran bagi kami: daripada menukar tetangga kamu, lebih baik berusaha menyayangi mereka. Cara permainannya: semua orang duduk melingkar, sementara satu orang berdiri di tengah-tengah lingkaran besar itu. Orang di tengah itu akan bertanya kepada salah satu orang yang duduk melingkar, “Apakah kamu mengasihi tetangga Anda?” Orang yang ditanya itu boleh menjawab ya atau tidak. Dengan kata lain, ia harus memutuskan apakah ia ingin menukar tetangganya dengan orang lain.

Bukankah terkadang kita juga berharap dapat memilih “tetangga” kita di kehidupan nyata? Apalagi kalau itu rekan kerja yang tidak cocok dengan kita, atau tetangga sebelah rumah yang kurang bersahabat. Meski demikian, sering kali kita harus berusaha hidup bersama sesama kita yang sulit.

Ketika bangsa Israel akan tinggal di tanah perjanjian, Allah memberikan sejumlah petunjuk penting tentang bagaimana mereka harus hidup sebagai umat kepunyaan-Nya. Mereka diperintahkan Allah: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Im. 19:18), dan itu termasuk tidak menyebarkan gosip atau menggunjingkan kabar burung, tidak memanfaatkan orang lain, dan terus terang menegur orang yang bersalah kepada kita (ay.9-18).

Meskipun tidak mudah untuk mengasihi semua orang, kita tetap dapat memperlakukan sesama dengan penuh kasih, karena Yesus bekerja di dalam dan melalui diri kita. Allah akan memberikan hikmat dan kemampuan yang kita butuhkan untuk melakukannya dalam upaya kita menghidupi identitas kita sebagai umat-Nya. —Poh Fang Chia

WAWASAN
Imamat 19 adalah satu-satunya tempat di Perjanjian Lama yang memuat perkataan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (ay.18), sebuah ajaran mendasar dalam Alkitab. Di Perjanjian Baru, ketika seorang ahli Taurat bertanya, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" (Matius 22:36), Yesus menjawab: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.” Dia melanjutkan, “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi" (ay.37-40). Paulus berkata bahwa perintah-perintah itu “sudah tersimpul dalam firman ini” (Roma 13:9) dan “seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini" (Galatia 5:14). Kasih kita kepada Allah dibuktikan lewat perilaku kita yang penuh kasih kepada sesama. —Alyson Kieda

Kasihilah Sesama

Siapakah “tetangga” yang sulit dan tidak cocok dengan kamu? Bagaimana kamu dapat mengasihi mereka dengan lebih sungguh?

Ya Bapa, tolonglah aku untuk mencerminkan kasih-Mu kepada sesama di sekitarku, bahkan kepada orang-orang yang sulit sekalipun.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 25-27; Kisah Para Rasul 12

Tempat Perlindungan Kita

Minggu, 2 Juli 2023

Baca: Mazmur 62:6-9

62:6 (62-7) Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah.

62:7 (62-8) Pada Allah ada keselamatanku dan kemuliaanku; gunung batu kekuatanku, tempat perlindunganku ialah Allah.

62:8 (62-9) Percayalah kepada-Nya setiap waktu, hai umat, curahkanlah isi hatimu di hadapan-Nya; Allah ialah tempat perlindungan kita. Sela

62:9 (62-10) Hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia. Pada neraca mereka naik ke atas, mereka sekalian lebih ringan dari pada angin.

Allah ialah tempat perlindungan kita. —Mazmur 62:9

Awalnya lahan itu menjadi tempat bison berkeliaran di Amerika Utara. Lalu datanglah suku-suku Indian Plains ke tempat itu, diikuti oleh para pemukim yang membawa ternak dan palawija. Di kemudian hari, lahan itu dijadikan tempat pembuatan bahan kimia setelah peristiwa pengeboman Pearl Harbor pada masa Perang Dunia II, bahkan berlanjut menjadi tempat demiliterisasi senjata pada masa Perang Dingin. Namun, pada suatu hari di sana ditemukan sebuah sarang elang botak, dan tak lama kemudian didirikanlah Suaka Margasatwa Nasional Rocky Mountain Arsenal—suatu padang rumput, lahan basah, dan area hutan seluas lima belas ribu hektar di tepi kota Denver, Colorado. Sekarang tempat itu adalah salah satu suaka margasatwa perkotaan terbesar di Amerika Serikat—tempat yang aman dan terlindung bagi lebih dari tiga ratus spesies hewan, mulai dari musang berkaki hitam, burung hantu penggali, hingga elang botak, dan satu lagi: bison yang hidup bebas.

Pemazmur menyatakan bahwa “Allah ialah tempat perlindungan kita” (62:9). Jauh lebih hebat daripada tempat perlindungan duniawi mana pun, Allah adalah tempat perlindungan kita yang sejati, “kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis. 17:28) di dalamnya, aman dan terlindung. Dialah tempat perlindungan kita, yang dapat kita percayai “setiap waktu” (Mzm. 62:9). Dia juga suaka perlindungan kita, karena kepada-Nya kita dapat dengan berani memanjatkan doa-doa dan mencurahkan isi hati kita.

Allah adalah tempat perlindungan kita, sejak dahulu hingga sekarang, bahkan sampai selama-lamanya. —JOHN BLASE

WAWASAN
Banyak mazmur Daud ditulisnya pada masa pelariannya. Daud memang sudah diurapi Nabi Samuel sebagai raja atas Israel (1 Samuel 16:13), tetapi baru bertahun-tahun kemudian Daud mengalami manfaatnya. Di kemudian hari, ia sempat melarikan diri dari Absalom, anaknya sendiri (2 Samuel 15). 

Keyakinan Daud kepada Allah, sebagai gunung batu, keselamatan, dan kota bentengnya bukan hal yang dialaminya baru pada saat itu. Ia mengerti bahwa dalam kemenangan awalnya melawan Goliat, pejuang Filistin, Yahwe adalah Allah Sang Pejuang itu sendiri. Namun, pada saat itu, Daud tetap dapat melakukan sesuatu, yakni melawan Goliat di medan pertempuran.

Namun, Mazmur 62 menggambarkan bagaimana Daud harus percaya kepada Allah saat ia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengatasi masalahnya. Mazmur tersebut memberi kita pandangan sekilas ke dalam pemikiran Daud yang semakin menyadari bahwa, sekalipun ia tidak berdaya, Allah tetap berdaya. —Jed Ostoich

Tempat Perlindungan Kita

Apa arti ungkapan “Allah ialah tempat perlindungan” bagi kamu? Adakah sesuatu dalam hati kamu yang ingin kamu curahkan kepada-Nya saat ini?

Allah Mahakasih, terima kasih, karena Engkau telah menjadi tempat yang aman dan terlindung bagiku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 22-24; Kisah Para Rasul 11

Terhubung dengan Sumber Kekuatan

Sabtu, 1 Juli 2023

Baca: 1 Tesalonika 1:4-5; 5:19

1:4 Dan kami tahu, hai saudara-saudara yang dikasihi Allah, bahwa Ia telah memilih kamu.

1:5 Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.

1:5 Sebab Injil yang kami beritakan bukan disampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh karena kamu.

1:6 Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

1:7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.

1:8 Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu.

1:9 Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar,

1:10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.

Janganlah padamkan Roh. —1 Tesalonika 5:19

Meski tahu listrik di rumah kami sedang padam setelah badai besar (kejadian kurang menyenangkan yang sering terjadi di lingkungan kami), secara instingtif saya tetap menekan saklar lampu ketika memasuki ruangan. Tentu saja, tidak ada yang berubah. Ruangan tetap gelap.

Pengalaman mengharapkan lampu menyala sekalipun tahu hubungan dengan sumbernya telah terputus seperti itu mengingatkan saya pada sebuah kebenaran rohani. Terlalu sering kita berharap memiliki kekuatan di saat kita gagal mengandalkan Roh Kudus.

Dalam 1 Tesalonika, Paulus menuliskan bagaimana Allah membuat pesan Injil disampaikan “bukan . . . dengan kata-kata saja, tetapi juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang kokoh” (1:5). Ketika sebagai orang percaya kita menerima pengampunan dari Allah, kita juga terhubung langsung dengan kuasa Roh-Nya dalam hidup kita. Kuasa itu menumbuhkan karakter-karakter di dalam diri kita seperti kasih, sukacita, damai sejahtera, dan kesabaran (Gal. 5:22-23). Kuasa Roh juga memperlengkapi kita dengan karunia-karunia untuk melayani umat Tuhan, seperti mengajar, menolong, dan membimbing mereka (1Kor. 12:28).

Paulus mengingatkan para pembacanya bahwa mungkin saja seseorang “[memadamkan] Roh” (1Tes. 5:19). Bisa jadi kita membatasi kuasa Roh dengan mengabaikan kehadiran Allah atau menolak teguran-Nya (Yoh. 16:8). Namun, kita tidak perlu hidup terputus dari hubungan dengan-Nya. Kuasa Allah selalu tersedia bagi anak-anak-Nya. —Lisa M. Samra

WAWASAN
Pada zaman Paulus, Tesalonika adalah ibukota distrik kedua Romawi di Makedonia. Kota itu merupakan pusat perdagangan besar dan tempat Rasul Paulus tinggal setelah ia ditangkap dan didera di Filipi (Kisah Para Rasul 16). Bersama rekan sekerjanya, Silas dan Timotius, mereka mendirikan jemaat di sana setelah Injil dikhotbahkan di rumah ibadat selama tiga hari Sabat berturut-turut (17:1-9). Meski orang-orang Yahudi di sana menentang Paulus dan rekan-rekannya, sejumlah besar “orang Yunani yang takut kepada Allah” (orang bukan Yahudi yang memeluk agama Yahudi, ay.4) menerima Injil, sehingga mereka menjadi inti jemaat baru yang terbentuk di sana.

Kebanyakan ahli Alkitab meyakini bahwa 1 Tesalonika ditulis oleh Paulus di Korintus sekitar awal dekade 50 M. Paulus dengan hangat memuji orang-orang percaya atas kesetiaan dan komitmen mereka kepada Kristus (1:4-10). Pujian itu membuat sebagian orang menyebut Tesalonika sebagai “jemaat abad pertama yang ideal”. —Bill Crowder

Terhubung dengan Sumber Kekuatan

Pernahkah kamu merasa membatasi kuasa Roh? Kuasa Roh Allah seperti apa yang pernah kamu alami?

Allah yang Mahakuasa, tolonglah aku untuk mengalami kuasa Roh-Mu dalam hidupku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 20-21; Kisah Para Rasul 10:24-48

Kata-Kata Perpisahan

Jumat, 30 Juni 2023

Baca: 1 Samuel 12:1,19-24

12:1 Berkatalah Samuel kepada seluruh orang Israel: “Telah kudengarkan segala permintaanmu yang kamu sampaikan kepadaku, dan seorang raja telah kuangkat atasmu.

12:19 Berkatalah seluruh bangsa itu kepada Samuel: “Berdoalah untuk hamba-hambamu ini kepada TUHAN, Allahmu, supaya jangan kami mati, sebab dengan meminta raja bagi kami, kami menambah dosa kami dengan kejahatan ini.”

12:20 Dan berkatalah Samuel kepada bangsa itu: “Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti TUHAN, melainkan beribadahlah kepada TUHAN dengan segenap hatimu.

12:21 Janganlah menyimpang untuk mengejar dewa kesia-siaan yang tidak berguna dan tidak dapat menolong karena semuanya itu adalah kesia-siaan belaka.

12:22 Sebab TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, sebab nama-Nya yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk membuat kamu menjadi umat-Nya?

12:23 Mengenai aku, jauhlah dari padaku untuk berdosa kepada TUHAN dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus.

12:24 Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada-Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukan-Nya di antara kamu.

12:25 Tetapi jika kamu terus berbuat jahat, maka kamu akan dilenyapkan, baik kamu maupun rajamu itu.”

Tuhan tidak lalai . . . Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa. —2 Petrus 3:9

Menjelang akhir hidupnya, John M. Perkins menitipkan satu pesan untuk orang-orang yang akan ia tinggalkan. Perkins, yang terkenal karena seruannya tentang rekonsiliasi rasial, berkata, “Pertobatan adalah satu-satunya jalan untuk kembali kepada Allah. Jika tidak bertobat, kalian semua akan binasa.”

Ucapan tersebut mirip yang dikatakan oleh Yesus dan banyak tokoh lain dalam Alkitab. Kristus berkata, “Jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa” (Luk. 13:3). Rasul Petrus berkata, “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kis. 3:19).

Jauh sebelumnya dalam Alkitab, kita membaca juga perkataan seseorang yang merindukan bangsanya kembali kepada Allah. Dalam kata-kata perpisahannya “kepada seluruh orang Israel” (1Sam. 12:1), nabi, imam, dan hakim bernama Samuel berkata, “Jangan takut; memang kamu telah melakukan segala kejahatan ini, tetapi janganlah berhenti mengikuti Tuhan, melainkan beribadahlah kepada Tuhan dengan segenap hatimu” (ay.20). Itulah pesannya mengenai pertobatan—agar bangsa itu berbalik dari kejahatan dan mengikuti Allah dengan sepenuh hati.

Kita semua telah berdosa dan gagal memenuhi standar Allah. Karena itu, kita perlu bertobat, yang berarti berpaling dari dosa dan berbalik kepada Yesus, yang mengampuni dan memampukan kita untuk mengikut Dia. Mari dengarkan kata-kata dari dua pria tadi, John Perkins dan Samuel, yang menyadari bahwa Allah sanggup menggunakan kuasa pertobatan untuk mengubah kita menjadi pribadi-pribadi yang akan Dia pakai demi kemuliaan-Nya. —Dave Branon

WAWASAN
Ketika Allah membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir untuk menjadikan mereka “kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Keluaran 19:6), Dia secara khusus memerintahkan mereka untuk tidak mengikuti cara hidup para tetangga mereka yang menyembah berhala atau memuja ilah-ilah mereka (23:32; Ulangan 7:1-6). Israel adalah kerajaan teokratis, yang berarti bahwa Allah adalah Hakim dan Raja mereka (Yesaya 33:22; 43:15), dan mereka harus hidup menurut ketetapan-ketetapan-Nya (Ulangan 26:16-19). Allah telah mengantisipasi hari ketika bangsa Israel akan meminta seorang raja (17:14-19), supaya mereka menjadi sama “seperti segala bangsa-bangsa lain” (1 Samuel 8:5,20). Dengan menolak menjadi “bangsa yang kudus” (Keluaran 19:6), bangsa Israel menolak jalan Allah dan kekuasaan-Nya atas mereka, demi mengikuti jalan bangsa-bangsa penyembah berhala dan allah-allah lain (1 Samuel 8:7-8). Allah memperingatkan bangsa Israel mengenai konsekuensi dari meminta raja yang mereka kehendaki (ay.10-21). —K.T. Sim

Kata-Kata Perpisahan

Mengapa sangat penting bagi kita untuk berpaling dari dosa dan memohon Kristus mengampuni kita? Apa artinya bagi kamu untuk mengikut Allah sepenuh hati?

Ya Allah, bimbinglah aku kepada pertobatan sejati. Tolonglah aku menyadari dosaku dan percaya sepenuhnya pada Tuhan Yesus yang sanggup menyelamatkanku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 17-19; Kisah Para Rasul 10:1-23

Injil di Tempat-Tempat Tak Terduga

Kamis, 29 Juni 2023

Baca: Markus 2:13-17

2:13 Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka.

2:14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia.

2:15 Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.

2:16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: “Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?”

2:17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.”

Banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia. —Markus 2:15

Belum lama ini, saya berada di tempat yang sering saya lihat di film dan televisi: Hollywood, California. Di sana, di kaki bukit Los Angeles, dari jendela kamar hotel, saya melihat tulisan besar berwarna putih itu berjajar dengan megah di lereng bukit.

Lalu saya melihat sesuatu yang lain: di kiri bawahnya ada sebuah salib. Saya belum pernah melihat itu di film mana pun. Kemudian, ketika saya meninggalkan kamar hotel, beberapa pelajar dari sebuah gereja lokal mulai membagikan kesaksian tentang Yesus kepada saya.

Kita mungkin sering menganggap Hollywood sebagai pusat keduniawian, suatu tempat yang sepenuhnya bertolak belakang dengan Kerajaan Allah. Namun, jelaslah Kristus berkarya di sana, mengejutkan saya dengan kehadiran-Nya.

Orang Farisi terus-menerus terkejut dengan kehadiran Yesus di tempat-tempat yang tidak mereka duga. Dia tidak bergaul dengan orang-orang yang pantas di mata mereka. Sebaliknya, Markus 2:13-17 berkata bahwa Dia meluangkan waktu bersama “pemungut cukai dan orang berdosa” (ay.15), orang-orang yang hidupnya dianggap najis. Meski demikian, di sanalah Yesus berada, di antara orang-orang yang paling membutuhkan-Nya (ay.16-17).

Lebih dari dua ribu tahun kemudian, Yesus masih terus menabur pesan pengharapan dan keselamatan dari-Nya di tempat-tempat tak terduga, di antara orang-orang yang paling tak disangka-sangka. Dia pun memanggil dan memperlengkapi kita untuk mengambil bagian dalam misi tersebut. —Adam R. Holz

WAWASAN
Orang Farisi menuduh Yesus bergaul dengan dua kelompok orang yang tidak disukai masyarakat, yaitu para pemungut cukai dan orang berdosa (Markus 2:16). Pemungut cukai dipandang rendah dan dibenci oleh orang Yahudi karena mereka dianggap sebagai pemungut bayaran yang tamak dan pengkhianat yang bekerja bagi penjajah Romawi. Mereka juga memungut uang lebih daripada yang telah ditentukan oleh perpajakan Romawi, mengantongi kelebihannya dan memperkaya diri dengan mengorbankan bangsa mereka sendiri (Lukas 3:12-13). Yang dimaksud dengan “orang berdosa” dalam bahasa Yahudi adalah orang-orang yang terkenal jahat; orang-orang keji yang menolak hukum Allah. Orang Farisi juga menggunakan istilah “orang berdosa” untuk orang yang tidak menjaga kesucian ibadah dengan cermat atau mengikuti standar aturan Farisi yang sangat kaku. Pemungut cukai dengan sengaja dikelompokkan bersama orang berdosa untuk menyatakan betapa hina dan jahatnya mereka. Yesus diundang untuk makan bersama segala macam orang, bahkan bersama orang Farisi (7:36; 11:37). Begitu seringnya Dia makan bersama orang buangan dan sampah masyarakat, sampai-sampai Dia dikenal sebagai “sahabat pemungkut cukai dan orang berdosa” (7:34). —K.T. Sim

Injil di Tempat-Tempat Tak Terduga

Kapan kamu pernah menyadari bahwa Allah berkarya di tempat yang tidak terduga? Perubahan apa saja yang mungkin perlu kamu buat agar kamu lebih terbuka terhadap gerakan Roh Kudus yang memimpin kamu ke tempat-tempat tak terduga?

Bapa Surgawi, terima kasih, karena Engkau hadir bahkan di tempat-tempat yang sempat kuanggap tidak mungkin Engkau ada di sana. Terima kasih, Engkau memanggilku mengambil bagian dalam misi-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 14-16; Kisah Para Rasul 9:22-43

Saat Anda Kesepian

Rabu, 28 Juni 2023

Baca: Mazmur 23

23:1 Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.

23:2 Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;

23:3 Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.

23:4 Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

23:5 Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah.

23:6 Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa.

Engkau besertaku. —Mazmur 23:4

Pada pukul 7 malam, Hui-Liang berada di dapur, menyantap nasi dan sisa bakso ikan. Keluarga Chua, tetangganya di apartemen sebelah, juga sedang makan malam, dan suara tawa serta percakapan mereka memecah kesunyian apartemen Hui-Liang, tempat ia tinggal seorang diri sejak istrinya meninggal dunia. Hui-Liang telah belajar hidup berdamai dengan perasaan sepi. Setelah beberapa tahun, kepedihan yang dirasakannya sudah terasa biasa saja. Namun, malam itu, melihat sebuah mangkuk dan sepasang sumpit di atas mejanya membuat hatinya kembali pedih.

Sebelum tidur malam itu, Hui-Liang membaca Mazmur 23, mazmur favoritnya. Kata-kata yang paling berarti baginya adalah bagian yang terdiri atas dua kata: “Engkau besertaku” (ay.4). Lebih dari sekadar menjaga domba, kehadiran sang gembala yang setia dan perhatiannya yang penuh kasih terhadap setiap detail kehidupan domba-dombanya (ay.2-5) telah memberi Hui-Liang kedamaian.

Mengetahui bahwa ada yang hadir bagi kita, mendampingi kita, dapat mendatangkan penghiburan yang besar di saat kita merasa begitu kesepian. Allah berjanji kepada anak-anak-Nya bahwa kasih-Nya senantiasa bersama kita (Mzm. 103:17), dan Dia tidak akan pernah meninggalkan kita (Ibr. 13:5). Saat kita merasa kesepian dan tidak diperhatikan—baik di dapur yang sepi, di dalam bus sepulang kerja, atau bahkan di pasar swalayan yang ramai—kita dapat yakin bahwa Sang Gembala selalu memperhatikan kita. Kita dapat berkata, “Engkau besertaku.” —Karen Huang

WAWASAN
Metafora penting di dalam mazmur yang sangat digemari ini adalah “gada” dan “tongkat” Allah (23:4). Dalam bahasa Ibrani, kata untuk “tongkat” adalah shevet, dan di sini mengacu kepada tongkat gembala. Namun, itu juga dapat berarti tongkat kekuasaan seorang pemimpin atau senjata militer. Dengan demikian, shevet mengandung makna disiplin, teguran, dan pimpinan Allah. Kita mungkin menganggap gambaran seperti itu bersifat negatif, sehingga harus dihindari, tetapi Daud memandangnya sebagai sumber penghiburan. “Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya,” kata penulis Kitab Ibrani (12:6). Hajaran Allah merupakan tanda bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Daud sering dikejar oleh musuh-musuhnya, tetapi dalam mazmur ini ia menyatakan bagaimana ia dapat makan dalam keadaan selamat “di hadapan lawanku” (Mazmur 23:5). Alih-alih dikejar musuh, “kebajikan dan kemurahan” Allah saja yang mengikutinya (ay.6). —Tim Gustafson

Saat Anda Kesepian

Kapan kamu biasanya merasa kesepian? Bagaimana Mazmur 23 menguatkan kamu?

Allah Mahakasih, terima kasih, karena Engkau selalu besertaku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 11-13; Kisah Para Rasul 9:1-21

Bara Api di Atas Kepala Musuh

Selasa, 27 Juni 2023

Baca: Amsal 25:18-23

25:18 Orang yang bersaksi dusta terhadap sesamanya adalah seperti gada, atau pedang, atau panah yang tajam.

25:19 Kepercayaan kepada pengkhianat di masa kesesakan adalah seperti gigi yang rapuh dan kaki yang goyah.

25:20 Orang yang menyanyikan nyanyian untuk hati yang sedih adalah seperti orang yang menanggalkan baju di musim dingin, dan seperti cuka pada luka.

25:21 Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air.

25:22 Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan TUHAN akan membalas itu kepadamu.

25:23 Angin utara membawa hujan, bicara secara rahasia muka marah.

Berilah [seterumu] makan roti . . . Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya. —Amsal 25:21-22

Setiap hari Dan dipukuli oleh sipir penjara yang sama. Namun, Dan merasa Tuhan Yesus mendorongnya untuk mengasihi sipir itu. Jadi, suatu pagi, sebelum dipukuli lagi, Dan berkata, “Pak, kalau saya akan bertemu Bapak setiap hari seumur hidup saya, saya harap kita bisa berteman.” Sipir itu berkata, “Tidak. Kita tidak akan pernah menjadi teman.” Akan tetapi, Dan bersikeras dan mengulurkan tangannya.

Sipir itu membeku. Tubuhnya gemetar, lalu ia menggenggam tangan Dan dan tidak melepaskannya. Air mata mengaliri wajahnya. Ia berkata, “Dan, namaku Rosoc. Aku senang menjadi temanmu.” Hari itu sang sipir tidak memukuli Dan, bahkan tidak pernah melakukannya lagi.

Kitab Suci memberi tahu kita, “Jikalau seterumu lapar, berilah dia makan roti, dan jikalau ia dahaga, berilah dia minum air. Karena engkau akan menimbun bara api di atas kepalanya, dan Tuhan akan membalas itu kepadamu” (Ams. 25:21-22). Gambaran “bara api” tersebut mungkin mencerminkan ritual bangsa Mesir yang mengharuskan seorang yang bersalah menunjukkan penyesalannya dengan membawa semangkuk bara api panas di atas kepalanya. Demikian pula kebaikan kita akan membuat wajah musuh kita merah padam karena malu, sehingga mungkin saja mereka dibawa kepada pertobatan.

Siapa yang kamu anggap sebagai musuh? Adakah seseorang yang tidak kamu sukai? Dan mendapati bahwa kebaikan Kristus berkuasa mengubah hati siapa pun—hati musuh dan hatinya sendiri. Kita juga bisa mengalaminya. —Mike Wittmer

WAWASAN
Ayat pertama dari Amsal 25 memberi tahu kita bahwa amsal di pasal 25–29 adalah “amsal-amsal Salomo yang dikumpulkan pegawai-pegawai Hizkia, raja Yehuda.” Anda mungkin ingat bahwa Hizkia adalah raja baik yang berperang melawan penyembahan berhala dan bangsa Asyur serta memimpin rakyatnya untuk mengikut Allah (2 Raja-Raja 18:1-8). 

Berbagai bagian dari Kitab Amsal (termasuk bacaan hari ini) biasanya tidak mempunyai tema yang jelas. Amsal-amsal tersebut hanya berupa “kumpulan” kata-kata hikmat yang menuntun hidup kita. Jadi, menarik untuk dicatat bahwa dari lima perkataan bijak dalam 25:18-23, empat di antaranya memperingatkan akibat buruk dari perilaku yang tidak bijaksana (ay.18,19,20,23). Perbuatan-perbuatan jahat seperti itu kemungkinan besar akan menciptakan permusuhan. Kata-kata bijak di ayat 21-22 sangat kontras dengan peringatan terhadap tindakan yang tidak bijak (atau jahat). —Tim Gustafson

Bara Api di Atas Kepala Musuh

Tindakan murah hati apa yang dapat kamu lakukan hari ini untuk “menimbun bara api” di atas kepala musuh kamu? Bagaimana kamu akan berdoa secara khusus bagi mereka?

Tuhan Yesus, aku memuji Engkau sebab kebaikan-Mu membawaku kepada pertobatan dan mengilhamiku untuk rajin berbuat baik kepada musuh-musuhku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 8-10; Kisah Para Rasul 8:26-40

Uang Cepat

Senin, 26 Juni 2023

Baca: 2 Raja-Raja 5:20-27

5:20 berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: “Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya.”

5:21 Lalu Gehazi mengejar Naaman dari belakang. Ketika Naaman melihat ada orang berlari-lari mengejarnya, turunlah ia dengan segera dari atas kereta untuk mendapatkan dia dan berkata: “Selamat!”

5:22 Jawabnya: “Selamat! Tuanku Elisa menyuruh aku mengatakan: Baru saja datang kepadaku dua orang muda dari pegunungan Efraim dari antara rombongan nabi. Baiklah berikan kepada mereka setalenta perak dan dua potong pakaian.”

5:23 Naaman berkata: “Silakan, ambillah dua talenta.” Naaman mendesak dia, dan membungkus dua talenta perak dalam dua pundi-pundi dan dua potong pakaian, lalu memberikannya kepada dua bujangnya; mereka ini mengangkut semuanya di depan Gehazi.

5:24 Setelah mereka sampai ke bukit, disambutnyalah dari tangan mereka, disimpannya di rumah, dan disuruhnya kedua orang itu pergi, maka pergilah mereka.

5:25 Baru saja Gehazi masuk dan tampil ke depan tuannya, berkatalah Elisa kepadanya: “Dari mana, Gehazi?” Jawabnya: “Hambamu ini tidak pergi ke mana-mana!”

5:26 Tetapi kata Elisa kepadanya: “Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya mendapatkan engkau? Maka sekarang, engkau telah menerima perak dan dengan itu dapat memperoleh kebun-kebun, kebun zaitun, kebun anggur, kambing domba, lembu sapi, budak laki-laki dan budak perempuan,

5:27 tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya.” Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju.

Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. —Matius 6:21

Pada akhir tahun 1700-an, seorang pemuda menemukan sebuah depresi (bagian tanah yang mengalami kemerosotan) yang misterius di Pulau Oak, Nova Scotia. Ia menduga bahwa para bajak laut—mungkin saja Kapten Kidd yang legendaris—telah mengubur harta karun mereka di sana, jadi ia dan beberapa rekannya memulai penggalian. Mereka tidak pernah menemukan harta karun apa pun di sana, tetapi kabar angin sudah telanjur menyebar. Selama berabad-abad, orang-orang menghabiskan banyak waktu dan biaya untuk menggali tempat itu. Akibatnya, kini lubang tersebut memiliki kedalaman lebih dari tiga puluh meter.

Obsesi seperti itu menyingkapkan kekosongan yang terdapat dalam hati manusia. Sebuah kisah Alkitab juga menunjukkan bagaimana perilaku seseorang mengungkapkan kehampaan serupa dalam hatinya. Gehazi telah lama menjadi pelayan andalan nabi besar Elisa. Namun, ketika Elisa menolak pemberian mewah seorang panglima yang disembuhkan Allah dari kusta, Gehazi mengarang cerita untuk mendapatkan sedikit jarahan (2Raj. 5:22). Saat Gehazi pulang, ia membohongi sang nabi (ay.25). Namun, Elisa tahu. Ia bertanya kepada Gehazi, “Bukankah hatiku ikut pergi, ketika orang itu turun dari atas keretanya mendapatkan engkau?” (ay.26). Akhirnya, Gehazi mendapatkan yang ia inginkan, tetapi kehilangan apa yang penting (ay.27).

Yesus mengajar kita untuk tidak mengejar harta dunia dan sebaliknya “kumpulkanlah . . . harta di sorga” (Mat. 6:20).

Waspadalah terhadap jalan pintas apa pun untuk menjawab keinginan hati kamu. Mengikut Yesus adalah jalan yang sejati untuk memenuhi kekosongan hati kamu. —Tim Gustafson

WAWASAN
Raja Aram menawarkan hadiah bagi siapa saja yang dapat menyembuhkan Naaman dari kustanya (2 Raja-Raja 5:5-6). Setelah Allah memakai Elisa untuk menyembuhkan Naaman, Elisa menolak menerima hadiah apa pun. Namun, Gehazi, hamba Elisa, sangat tamak dan menyalahgunakan kedudukan yang dipercayakan kepadanya. Ia menipu dengan meminta 3.000 uang perak dan dua setel pakaian yang bagus dari Naaman (ay.22-24 BIS). Atas ketamakan dan penipuannya, Gehazi dihukum berat (ay.27).

Kitab Suci jelas-jelas menyatakan bahwa sifat tamak tidaklah pantas bagi mereka yang percaya kepada Yesus (Efesus 5:3; Kolose 3:5), terutama bagi mereka yang menyebut diri sebagai hamba Allah (1 Timotiius 3:3,8; Titus 1:7). —K.T. Sim

Uang Cepat

Apa yang paling kamu dambakan saat ini? Ambisi dan obsesi apa yang membuat kamu merasa hampa?

Ya Allah, kuserahkan hasrat hatiku kepada-Mu. Tolonglah aku untuk mendambakan harta yang Engkau pandang berarti.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 5-7; Kisah Para Rasul 8:1-25

Mengingat Pengorbanan-Nya

Minggu, 25 Juni 2023

Baca: 1 Korintus 11:23-28

11:23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti

11:24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”

11:25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”

11:26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

11:27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

11:28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.

Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. —1 Korintus 11:26

Setelah mengikuti ibadah gereja di Minggu pagi, tuan rumah saya di Moskow mengajak saya makan siang di restoran di luar kompleks Istana Kremlin. Setiba di sana, kami melihat barisan pasangan pengantin baru berbusana lengkap menghampiri Makam Pahlawan Tak Dikenal di luar tembok Kremlin. Di hari pernikahan mereka, mereka mengambil waktu khusus untuk mengenang pengorbanan orang-orang yang telah memungkinkan mereka merayakan hari bahagia itu. Sungguh pemandangan yang mengharukan saat melihat pasangan-pasangan itu berfoto di depan tugu peringatan tersebut dan meletakkan bunga pengantin di kaki tugu.

Kita semua memiliki alasan untuk bersyukur atas orang-orang yang telah berkorban demi membawa kebahagiaan tertentu dalam hidup kita. Setiap pengorbanan itu penting, tetapi tak satu pun dari pengorbanan-pengorbanan itu adalah yang terpenting. Hanya di kaki salib Kristus kita menyaksikan pengorbanan yang Yesus perbuat bagi kita dan mulai mengerti betapa kita berutang seluruh hidup kita kepada Sang Juruselamat.

Saat menghampiri meja Tuhan untuk mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, kita diingatkan akan pengorbanan Yesus, yang dilambangkan dengan roti dan anggur. Paulus menulis, “Setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor. 11:26). Kiranya waktu-waktu kita menikmati Perjamuan Kudus mengingatkan kita untuk hidup setiap hari dengan ingatan dan ucapan syukur atas segala sesuatu yang telah Tuhan Yesus lakukan di dalam dan bagi diri kita. —Bill Crowder

WAWASAN
Dalam bahasa Yunani, kata epaineo berarti “memuji, memberi penghargaan, sanjungan, pujian”. Kata itu muncul enam kali dalam Perjanjian Baru; yaitu empat kali dalam 1 Korintus 11, tempat kata itu diterjemahkan menjadi “memuji” (ay.2,17,22 [2x]). Paulus “memuji” jemaat di Korintus karena mereka tetap mengingatnya dan berpegang teguh pada ajarannya (ay.2-16), tetapi ia tidak memuji cara mereka melakukan Perjamuan Tuhan (ay.17-34). Pemuasan diri yang egois di antara mereka menunjukkan ketidakpedulian dan membahayakan kesatuan jemaat (ay.18-22). Seharusnya mereka memperingati pengorbanan diri yang telah Yesus lakukan, tetapi mereka malah melupakan hal itu. Ironi dan ketidakkonsistenan seperti itu mendorong Paulus untuk menulis, “Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan” (ay.20). Yang diperingatkan oleh Paulus, baik bagi jemaat Korintus maupun bagi kita, adalah bahwa mereka yang turut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus tanpa mengingat Kristus dan sesama, telah melakukannya dengan cara yang tidak layak. —Arthur Jackson

Mengingat Pengorbanan-Nya

Saat mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus, bagaimana kamu memandang makna yang terkandung di dalamnya? Bagaimana kamu dapat menjadikannya sebagai kesempatan untuk mengucap syukur atas pengorbanan Kristus bagi kamu?

Allah Mahakasih, tak ada yang dapat membalas kasih tak ternilai yang dinyatakan lewat pengorbanan Putra-Mu, Yesus, di kayu salib. Tolonglah aku menunjukkan rasa syukurku atas karya-Nya bagiku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ayub 3-4; Kisah Para Rasul 7:44-60