Mendorong Kesatuan

Minggu, 23 Maret 2014

Mendorong Kesatuan

Baca: Amsal 6:16-19

6:16 Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya:

6:17 mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah,

6:18 hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan,

6:19 seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara.

Yang dibenci TUHAN . . . seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara. —Amsal 6:16,19

Mendorong Kesatuan

Nada ucapan yang digunakan dalam Amsal 6:16-19 sungguh tegas. Termasuk dalam daftar tujuh hal yang dibenci Tuhan adalah seseorang yang “menimbulkan pertengkaran saudara”. Alasan hal tersebut dicantumkan adalah karena dosa itu merusak kesatuan yang dikehendaki Kristus dari para pengikut-Nya (Yoh. 17:21-22).

Mereka yang menimbulkan pertengkaran mungkin pada awalnya tidak bermaksud untuk menciptakan perpecahan. Perhatian mereka mungkin tersita untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau kepentingan kelompok mereka sendiri (Yak. 4:1-10). Contohnya ketika para gembala Lot berselisih dengan para gembala Abraham (Kej. 13:1-18); para murid Kristus berselisih mengenai siapa yang terbesar di antara mereka (Luk. 9:46); dan golongan-golongan dalam jemaat Korintus yang menonjolkan diri mereka masing-masing di atas kesatuan dalam Roh (1Kor. 3:1-7).

Jadi apakah cara yang terbaik untuk mendorong kesatuan? Semua itu harus dimulai dengan perubahan hati. Ketika kita memiliki pikiran Kristus, kita akan mengembangkan sikap rendah hati dan mengutamakan kepentingan sesama (Flp. 2:5-11). Hanya dalam Dia, kita akan dimampukan untuk tidak “hanya memperhatikan kepentingan [kita] sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga” (ay.4). Barulah kemudian kebutuhan dan harapan orang lain menjadi lebih penting daripada kebutuhan dan harapan kita sendiri.

Seiring bertambah eratnya ikatan kasih, kita akan mengalami bagaimana pertengkaran tergantikan oleh sukacita dan kesatuan (lihat Mzm. 133:1). —HDF

Bagai laskar jaya G’reja maju t’rus
Di jejak teladan saksi yang kudus.
Kita satu tubuh yang kudus dan am;
Satu pengharapan, satu pun iman. —Baring-Gould
(Kidung Jemaat, No. 339)

Bersama kita bisa mencapai lebih daripada kita sendirian.

Akan Datang Segera!

Sabtu, 22 Maret 2014

Akan Datang Segera!

Baca: Wahyu 22:7-21

22:7 “Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuat kitab ini!”

22:8 Dan aku, Yohanes, akulah yang telah mendengar dan melihat semuanya itu. Dan setelah aku mendengar dan melihatnya, aku tersungkur di depan kaki malaikat, yang telah menunjukkan semuanya itu kepadaku, untuk menyembahnya.

22:9 Tetapi ia berkata kepadaku: “Jangan berbuat demikian! Aku adalah hamba, sama seperti engkau dan saudara-saudaramu, para nabi dan semua mereka yang menuruti segala perkataan kitab ini. Sembahlah Allah!”

22:10 Lalu ia berkata kepadaku: “Jangan memeteraikan perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini, sebab waktunya sudah dekat.

22:11 Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!”

22:12 “Sesungguhnya Aku datang segera dan Aku membawa upah-Ku untuk membalaskan kepada setiap orang menurut perbuatannya.

22:13 Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terkemudian, Yang Awal dan Yang Akhir.”

22:14 Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.

22:15 Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar.

22:16 “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang.”

22:17 Roh dan pengantin perempuan itu berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: “Marilah!” Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!

22:18 Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.

22:19 Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.”

22:20 Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: “Ya, Aku datang segera!” Amin, datanglah, Tuhan Yesus!

22:21 Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian! Amin.

“Ya, Aku datang segera.” —Wahyu 22:20

Akan Datang Segera!

Pengumuman yang mencantumkan kata-kata “AKAN DATANG SEGERA!” sering mendahului peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dalam bidang hiburan dan olahraga, atau menjelang peluncuran suatu perangkat teknologi terbaru. Tujuan dari pengumuman itu adalah agar orang menanti-nantikan hal yang akan terjadi dengan penuh semangat, sekalipun mungkin berbulan-bulan kemudian hal itu baru menjadi kenyataan.

Ketika membaca kitab Wahyu, saya mendapatkan kesan betapa kuatnya perasaan “akan datang segera” yang meresapi seluruh kitab ini. Yang tertulis bukanlah, “Suatu hari nanti, di masa depan yang masih jauh, Yesus Kristus akan datang kembali,” melainkan kalimat-kalimat yang dipenuhi dengan ungkapan seperti “apa yang harus segera terjadi” (1:1) dan “waktunya sudah dekat” (ay.3). Sebanyak tiga kali di pasal terakhir, Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku datang segera” (Why. 22:7,12,20). Terjemahan lain menuliskan ungkapan ini demikian, “Tidak lama lagi Aku akan datang”.

Bagaimana mungkin ini benar? Bukankah 2000 tahun telah berlalu sejak perkataan tersebut dituliskan? Kata “segera” sepertinya tidak tepat jika dilihat dari pemahaman kita mengenai waktu.

Daripada memikirkan tentang tanggal kedatangan-Nya kembali, Tuhan mendorong kita untuk memegang teguh janji yang akan digenapi-Nya. Kita dipanggil untuk menjalani hidup bagi-Nya di zaman ini “dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan pernyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus” (Tit. 2:13). —DCM

Kabar yang indah benar,
Kidung besar menggegar,
Sabda Rajamu dengar!
Yesus ‘kan datang seg’ra. —Peterson
(Pujian Bagi Sang Raja, No. 1398)

Hiduplah seolah-olah Kristus akan datang hari ini.

Masih Giat Bekerja

Jumat, 21 Maret 2014

Masih Giat Bekerja

Baca: Matius 25:14-21

25:14 “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.

25:15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat.

25:16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta.

25:17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta.

25:18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya.

25:19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka.

25:20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta.

25:21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.

“Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” —Matius 25:23

Masih Giat Bekerja

Vivian dan Don kini sama-sama berusia 90-an tahun dan mereka telah menikah selama lebih dari 70 tahun. Baru-baru ini kesehatan Vivian memburuk ketika ia jatuh dan tulang panggulnya patah. Keadaan itu semakin menyulitkan mereka, karena selama beberapa tahun belakangan, Don dan Vivian merasa sedih saat menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak lagi cukup kuat untuk tetap aktif dalam beragam kegiatan dan pelayanan di gereja mereka.

Meski diperhadapkan pada keadaan yang sulit, Vivian dan Don masih giat bekerja bagi Tuhan. Mereka kini menjadi pendoa syafaat yang tekun. Meski mereka tidak selalu hadir secara fisik dan ikut aktif dalam berbagai kegiatan gereja, mereka tetap setia “di balik layar” dalam pelayanan mereka bagi-Nya.

Perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25 mengingatkan kita bahwa kita harus menggunakan “talenta” yang Allah berikan kepada kita dengan bijaksana. Kita semua memiliki berbagai tingkat keahlian dan kemampuan yang telah diberikan oleh Allah—dan kita tidak boleh mengubur dan menelantarkan pemberian Allah kepada kita.

Allah akan memakai kita bukan hanya pada masa-masa ketika kita masih kuat. Baik saat kita masih remaja atau sudah menua, bahkan ketika kita sedang sakit maupun lemah, Dia akan memakai kita. Vivian dan Don terus melayani Allah melalui doa-doa mereka. Dan seperti mereka, kita pun menghormati Sang Juruselamat dengan memakai kemampuan kita—“masing-masing menurut kesanggupannya” (ay.15) untuk melayani Dia yang memang layak menerimanya. —JDB

Tuhan, Engkau telah berbuat begitu banyak bagiku. Tunjukkanlah
padaku apa yang bisa kulakukan untuk melayani dan menghormati-Mu
lewat kemampuan yang Kau beri. Kuserahkan hidupku menjadi
persembahan dalam rupa kasih dan tindakan yang memuliakan-Mu.

Berapa pun usiamu, Allah bisa memakaimu— asal kamu bersedia dipakai oleh-Nya.

Kasih Yang Salah Sasaran

Kamis, 20 Maret 2014

Kasih Yang Salah Sasaran

Baca: Mazmur 115

115:1 Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu!

115:2 Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: “Di mana Allah mereka?”

115:3 Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!

115:4 Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia,

115:5 mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat,

115:6 mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium,

115:7 mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.

115:8 Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.

115:9 Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! –Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

115:10 Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! –Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

115:11 Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! –Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

115:12 TUHAN telah mengingat kita; Ia akan memberkati, memberkati kaum Israel, memberkati kaum Harun,

115:13 memberkati orang-orang yang takut akan TUHAN, baik yang kecil maupun yang besar.

115:14 Kiranya TUHAN memberi pertambahan kepada kamu, kepada kamu dan kepada anak-anakmu.

115:15 Diberkatilah kamu oleh TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

115:16 Langit itu langit kepunyaan TUHAN, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia.

115:17 Bukan orang-orang mati akan memuji-muji TUHAN, dan bukan semua orang yang turun ke tempat sunyi,

115:18 tetapi kita, kita akan memuji TUHAN, sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Haleluya!

Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia. —Mazmur 115:4

Kasih Yang Salah Sasaran

Martin Lindstrom, seorang penulis dan pembicara, beranggapan bahwa telepon seluler (ponsel) tampaknya telah menjadi seperti sahabat baik bagi para pemiliknya. Lindstrom menjelaskan pernyataannya itu lewat penelitian yang diterapkannya dengan menggunakan teknik MRI (Pencitraan Resonansi Magnetik). Ketika subjek penelitian melihat atau mendengar ponselnya berdering, otak mereka memancarkan sel-sel saraf di area yang berkaitan dengan rasa cinta dan belas kasih. Lindstrom berkata, “Seolah-olah mereka sedang berada bersama seorang kekasih atau anggota keluarga mereka.”

Banyak hal yang bersaing untuk merebut rasa sayang, waktu, dan perhatian kita, dan tampaknya kita harus selalu meninjau ulang hal-hal yang telah menjadi pusat perhatian dalam hidup kita. Yosua memerintahkan bangsa Israel untuk senantiasa takut akan Tuhan dan beribadah hanya kepada-Nya (Yos. 24:14). Ini sangat berlawanan dengan berhala-berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekeliling mereka. Segala berhala itu terbuat dari logam dan hanyalah buatan tangan manusia (Mzm. 115:4). Berhala-berhala itu sama sekali tak berdaya jika dibandingkan dengan Tuhan. Oleh karena itu, umat Allah dinasihati untuk menerima keselamatan dalam Allah dan bukan dalam berhala mana pun (Hak. 10:13-16). Yesus menekankan kembali hal itu dalam pembahasan-Nya mengenai hukum yang terutama: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” (Mat. 22:37).

Hanya Tuhanlah penolong dan perisai kita (Mzm. 115:9). Kiranya kita beribadah hanya kepada-Nya. —MLW

UNTUK DIRENUNGKAN
Lewat tindakan-tindakan kita beberapa bulan terakhir ini, apa atau
siapa yang menerima ungkapan kasih kita? Adakah tanda-tanda
bahwa kita telah menempatkan seseorang atau sesuatu di atas Allah?
Hanya Allah yang paling layak menerima ungkapan kasih kita.

Hanya Allah yang paling layak menerima ungkapan kasih kita.

Surga Bersukacita!

Rabu, 19 Maret 2014

Baca: Lukas 15:1-10

15:1 Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia.

15:2 Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, katanya: “Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka.”

15:3 Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka:

15:4 “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?

15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,

15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.

15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

15:8 “Atau perempuan manakah yang mempunyai sepuluh dirham, dan jika ia kehilangan satu di antaranya, tidak menyalakan pelita dan menyapu rumah serta mencarinya dengan cermat sampai ia menemukannya?

15:9 Dan kalau ia telah menemukannya, ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dirhamku yang hilang itu telah kutemukan.

15:10 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat.”

Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat. —Lukas 15:10

Surga Bersukacita!

Joann dibesarkan dalam suatu keluarga Kristen. Namun ketika kuliah, ia mulai mempertanyakan keyakinannya dan akhirnya menjauh dari Allah. Setelah lulus kuliah, ia bepergian ke sejumlah negara dengan niat untuk mencari kebahagiaan, tetapi ternyata kepuasan tidak juga ia temukan. Lewat kesulitan demi kesulitan yang dialaminya, ia menyadari bahwa Allah sedang mengejar dirinya dan ia memang membutuhkan Allah.

Dari Jerman, Joann menelepon orangtuanya di Amerika Serikat dan berkata, “Aku telah menyerahkan hidupku kepada Kristus, dan Dia sedang mengubah hidupku! Maafkan aku kalau selama ini aku membuat kalian khawatir.” Orangtua Joann begitu gembira sehingga mereka mengundang anak-anak yang lain beserta pasangan mereka untuk berkumpul dengan segera agar berita tersebut dapat disampaikan langsung kepada mereka. “Saudara kalian telah menerima Kristus!” ucap mereka, sambil menitikkan airmata tanda sukacita.

Dalam Lukas 15, seorang wanita yang menemukan kembali dirham miliknya memanggil para sahabat dan tetangganya untuk bersukacita bersamanya (ay.9). Yesus menceritakan kisah itu, dan kisah-kisah mengenai seekor domba yang hilang dan seorang anak yang hilang, kepada para pemuka agama di masa-Nya untuk menunjukkan bagaimana Dia datang ke dunia untuk mencari manusia berdosa yang terhilang. Ketika kita menerima anugerah keselamatan dari Allah, ada sukacita di bumi dan di surga. Yesus berkata, “Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat” (ay.10). Betapa indahnya ketika Yesus menjangkau kita dan surga bersukacita ketika kita menanggapinya! —AMC

Ku terhilang, Yesus temukanku—
Temukanku domba yang tersesat,
Dekapku dengan tangan kasih-Nya,
Bawaku kembali ke jalan-Nya. —Rowley

Para malaikat bersukacita ketika kita bertobat.

Memandang Dari Awan-Awan

Senin, 17 Maret 2014

Memandang Dari Awan-Awan

Baca: Ayub 3:3-5; 42:5-6

3:3 “Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku dan malam yang mengatakan: Seorang anak laki-laki telah ada dalam kandungan.

3:4 Biarlah hari itu menjadi kegelapan, janganlah kiranya Allah yang di atas menghiraukannya, dan janganlah cahaya terang menyinarinya.

3:5 Biarlah kegelapan dan kekelaman menuntut hari itu, awan-gemawan menudunginya, dan gerhana matahari mengejutkannya.

42:5 Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

42:6 Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu.”

Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. —Ayub 42:5

Memandang Dari Awan-Awan

Pada tahun 1927, film bisu Wings (Sayap), yang mengisahkan dua penerbang asal Amerika dalam Perang Dunia I, memenangi Academy Award yang pertama dalam kategori Film Terbaik. Proses pembuatan film itu sempat terhenti beberapa hari. Para produser yang frustrasi menanyakan alasan penghentian itu kepada sang sutradara. Jawabnya: “Yang kita lihat sekarang hanyalah hamparan langit biru. Perang di udara tidak akan terlihat jelas tanpa adanya awan. Awan akan memberikan sudut pandang yang jelas.” Sang sutradara benar. Ketika adegan pertempuran udara itu dilatarbelakangi oleh awan-awan, barulah penonton bisa menyaksikan apa yang sesungguhnya terjadi.

Mungkin kita lebih sering mengharapkan langit biru daripada awan badai. Padahal langit berawan dapat mengungkapkan kasih setia Allah. Saat kita melihat awan-awan itu, kita dapat melihat dengan jelas kesetiaan Allah kepada kita di tengah beragam pencobaan yang kita hadapi.

Di awal penderitaannya yang besar, Ayub meratap: “Biarlah hilang lenyap hari kelahiranku . . . . awan-gemawan menudunginya” (Ayb. 3:3-5). Keputusasaannya terus berlanjut untuk suatu masa yang panjang, hingga kemudian Allah berbicara. Saat itulah Ayub berseru, “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (42:5). Ayub telah berjumpa dengan Sang Pencipta yang Mahakuasa, dan perjumpaan itu mengubah pandangannya terhadap maksud-maksud Allah.

Apakah awan kesulitan sedang menghiasi langit hidupmu hari ini? Bisa jadi Allah akan memakai awan-awan itu untuk menolongmu melihat kasih setia-Nya dengan jelas. —HDF

Allah, beri kami sayap untuk terbang tinggi
Mengatasi awan ujian yang menghalangi mentari,
Melayang tinggi di angkasa kelabu
Dan melihat kasih dan kebaikan Putra-Mu. —Sper

Sering kali di balik awan dukacita tersingkap sinar wajah Allah yang cemerlang. —Jasper

Makanan Bagi Jiwa

Minggu, 16 Maret 2014

Makanan Bagi Jiwa

Baca: Yeremia 15:15-21

15:15 Engkau mengetahuinya; ya TUHAN, ingatlah aku dan perhatikanlah aku, lakukanlah pembalasan untukku terhadap orang-orang yang mengejar aku. Janganlah membiarkan aku diambil, karena panjang sabar-Mu, ketahuilah bagaimana aku menanggung celaan oleh karena Engkau!

15:16 Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku, sebab nama-Mu telah diserukan atasku, ya TUHAN, Allah semesta alam.

15:17 Tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau; karena tekanan tangan-Mu aku duduk sendirian, sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.

15:18 Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.

15:19 Karena itu beginilah jawab TUHAN: “Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku, dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina, maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku. Biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka.

15:20 Terhadap bangsa ini Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari tembaga; mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan engkau, sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.

15:21 Aku akan melepaskan engkau dari tangan orang-orang jahat dan membebaskan engkau dari genggaman orang-orang lalim.”

Apabila aku bertemu perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya. —Yeremia 15:16

Makanan Bagi Jiwa

Saya menyukai makanan! Saya suka melihat makanan yang disajikan dengan menarik, dan saya suka mencicipi rasanya. Jika saya diberi kebebasan, bisa jadi saya akan makan terus-terusan—sayangnya, hal itu akan membuat lingkar pinggang saya semakin melebar! Jadi, untunglah istri saya, Martie, tahu betul kapan harus mengingatkan saya dengan penuh kasih untuk menyantap makanan sehat dalam kadar yang tepat.

Membaca pemikiran Yeremia yang menarik–yaitu pada saat ia bertemu dengan perkataan-perkataan Allah (bahkan firman yang berisi penghakiman-Nya) dan ia “menikmatinya” (Yer. 15:16)–membuat saya bertanya-tanya apakah saya telah menyantap firman Allah dengan sedemikian lahap, sedemikian sering, dan bersemangat.

Tentu saja, Yeremia tidak benar-benar menyantap firman Allah. Itu adalah caranya untuk menyatakan bahwa ia membaca sekaligus menghayati firman Allah di lubuk hatinya yang terdalam. Memang di situlah seharusnya firman Allah diterima. Firman Allah merupakan makanan bagi jiwa! Ketika kita menyantapnya, Roh Kudus memberikan kuasa untuk menolong kita bertumbuh menjadi semakin serupa dengan Yesus. Firman-Nya mengubah cara kita berpikir mengenai Allah, uang, musuh, karier, dan keluarga. Dengan kata lain, firman Allah itu sungguh baik bagi kita.

Jadi “nikmatilah” firman Allah sepuas hatimu! Pastilah kamu akan sepakat dengan Yeremia yang berkata: “Firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku” (15:16). —JMS

Tuhan, bangkitkan rasa laparku akan firman-Mu. Terima kasih atas
Alkitab yang menjadi makanan bagi jiwaku. Pimpin aku untuk
membacanya, menikmatinya, menyantapnya, dan menyadari kuasa
yang bisa diberikan firman-Mu bagi hatiku yang kurang percaya.

Semakin banyak kamu menyantap firman Allah, semakin sehat jiwamu.

Jabatan Pekerjaan

Sabtu, 15 Maret 2014

Jabatan Pekerjaan

Baca: Efesus 4:11-16

4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,

4:12 untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,

4:13 sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

4:14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

4:15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

4:16 Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, –yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota–menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.

Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman. —Efesus 4:12-13

Jabatan Pekerjaan

Ketika British Broadcasting Corporation meminta contoh-contoh dari jabatan pekerjaan yang terdengar penting, tetapi asing, bahkan aneh di telinga, seseorang menyebutkan nama jabatan yang disandangnya: Teknisi Benda Keramik di Bawah Air. Sebenarnya pekerjaan yang dilakukannya adalah menjadi seorang tukang cuci piring di sebuah rumah makan. Terkadang jabatan diberikan dalam suatu pekerjaan untuk membuat pekerjaan itu terdengar lebih penting daripada kenyataan yang sebenarnya.

Ketika Paulus membuat daftar yang berisi sejumlah karunia yang Allah berikan bagi gereja dalam Efesus 4:11, ia tidak bermaksud membuat semua itu menjadi jabatan-jabatan yang terdengar hebat. Seluruh bagian yang ada dibutuhkan agar tubuh Kristus dapat berfungsi dengan baik. Tidak ada satu bagian yang lebih baik daripada bagian lainnya.

Yang terpenting di sini adalah tujuan dari karunia-karunia itu. Semua karunia itu diberikan “untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai . . . tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (ay.12-13).

Jabatan yang kita sandang tidaklah terlalu penting. Yang penting adalah kita menguatkan iman umat Allah. Saat mengukur keberhasilan kita berdasarkan standar yang diberikan Alkitab kepada kita, maka bukanlah masalah ketika kita pindah posisi atau tidak lagi menduduki jabatan tertentu. Didorong oleh kasih kepada Allah, kita melayani saudara-saudara seiman untuk meneguhkan iman mereka, dan membiarkan Allah yang memberikan pujian-Nya kelak di surga sesuai dengan penilaian-Nya sendiri (Mat. 25:21). —CPH

Aku memohon, ya Tuhan, pakailah aku sebagai alat-Mu
untuk menyentuh hidup orang lain. Tolonglah aku untuk
tidak mementingkan jabatan yang kududuki, tetapi biarlah
hidupku bisa memancarkan anugerah-Mu kepada sesama.

Karunia yang Allah berikan kepada kita bukanlah demi kepentingan kita, melainkan demi kepentingan sesama.

Dipikat Pencobaan

Jumat, 14 Maret 2014

Dipikat Pencobaan

Baca: Mazmur 119:9-16

119:9 Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.

119:10 Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu.

119:11 Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau.

119:12 Terpujilah Engkau, ya TUHAN; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

119:13 Dengan bibirku aku menceritakan segala hukum yang Kauucapkan.

119:14 Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.

119:15 Aku hendak merenungkan titah-titah-Mu dan mengamat-amati jalan-jalan-Mu.

119:16 Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan.

Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu. —Mazmur 119:10

Dipikat Pencobaan

Salah satu lagu himne favorit saya adalah Come, Thou Fount of Every Blessing (Datanglah, Ya Sumber Rahmat), yang ditulis tahun 1757 oleh Robert Robinson ketika masih berusia 22 tahun. Dalam lirik himne tersebut, ada satu baris yang selalu menyita perhatian saya dan mendesak saya untuk melakukan evaluasi diri. Baris itu berbunyi, “‘Ku dipikat pencobaan, meninggalkan kasih- Mu.” Terkadang saya merasa demikian juga. Terlampau sering saya mendapati diri terpikat dan menyimpang, padahal hati dan pikiran saya seharusnya terpusat kepada Sang Juruselamat yang mengasihi dan telah memberikan nyawa-Nya untuk saya. Tentu bukan hanya saya dan Robert Robinson yang merasakan hal seperti itu.

Dalam masa-masa kita tersesat, dari lubuk hati yang terdalam, kita sebenarnya tidak ingin menyimpang dari Allah—tetapi, seperti halnya Rasul Paulus, kita sering melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak kita kehendaki (Rm. 7:19). Pada saat-saat itulah, kita benar-benar harus kembali kepada Gembala jiwa yang dapat menarik kita kepada-Nya. Dalam Mazmur 119, nyanyian akbar Daud tentang Kitab Suci, ia menuliskan pergumulannya, “Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu” (ay.10).

Adakalanya, bahkan saat hati kita rindu untuk mencari Allah, kita terpikat oleh hal-hal dalam hidup ini yang menarik kita menjauh dari Dia dan firman-Nya. Betapa bersyukurnya kita untuk Bapa Surgawi yang begitu sabar dan penuh belas kasihan. Kasih karunia-Nya selalu cukup bagi kita–bahkan saat kita dipikat pencobaan! —WEC

‘Ku dipikat pencobaan,
Meninggalkan kasih-Mu;
Inilah hatiku, Tuhan,
Meteraikan bagi-Mu! —Robinson
(Kidung Jemaat, No. 240)

Kecenderungan kita untuk dipikat pencobaan sebanding dengan kerelaan Allah untuk menarik kita kembali.