Jalan Keluar

Sabtu, 10 Mei 2014

Jalan Keluar

Baca: 1 Korintus 10:1-13

10:1 Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.

10:2 Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.

10:3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama

10:4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.

10:5 Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.

10:6 Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,

10:7 dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: “Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.”

10:8 Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.

10:9 Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.

10:10 Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.

10:11 Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.

10:12 Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!

10:13 Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar. —1 Korintus 10:13

Jalan Keluar

Ketika berada di London baru-baru ini, saya memutuskan untuk naik kereta bawah tanah menuju ke tempat tujuan saya. Lalu saya membayar ongkos tiket dan turun ke bagian bawah kota London untuk mengejar kereta saya. Namun perjalanan keluar dari stasiun kereta itu bisa menjadi pengalaman yang menakutkan bagi seseorang yang tidak terlalu mengenal sistem perjalanan yang ada. Apabila seseorang tidak menemukan jalan keluarnya, ia pun bisa tersesat di dalam terowongan itu.

Berada sendirian di dalam terowongan bawah tanah yang sepi sungguh membuat perasaan tidak tenang, sehingga tidak ada seorang pun yang ingin tersesat di sana. Bukan main leganya ketika saya menemukan sebuah tanda bertuliskan, “JALAN KELUAR” dan mengikuti arah yang ditunjukkannya hingga saya berhasil keluar.

Paulus mengingatkan kita bahwa ketika kita merasa lemah dan rentan untuk jatuh ke dalam dosa, “Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar” (1Kor. 10:13). Mudah sekali kita menganggap Allah tidak menyertai kita pada saat kita tergoda untuk berbuat dosa. Namun ayat ini meyakinkan kita bahwa Allah selalu hadir dan tidak hanya berdiam diri. Bukan sekadar hadir, Dia pun secara aktif memberikan jalan keluar sehingga kita dapat menanggungnya.

Jadi, ketika lain kali kamu merasa tergoda untuk berbuat dosa, ingatlah bahwa kamu bukannya tidak berdaya. Ada “jalan keluar” yang disediakan Allah! Carilah tandanya, dan ikutilah petunjuknya agar kamu selamat. —JMS

Tuhan, ingatkan kami bahwa kehadiran-Mu yang mendampingi kami
di tengah masa-masa pencobaan berarti kami tidak harus jatuh
kembali. Beri kami kerinduan untuk mencari jalan keluar dari-Mu
agar kami bersukacita menjalani hidup yang menyenangkan-Mu.

Allah terus bekerja untuk menjaga kita agar tidak tersesat dalam dosa.

Doa Seorang Ibu

Aku ingat suatu malam memergoki mama berlutut di kamar sambil menangis. Malam itu aku baru saja bertengkar dengan adik dan kami berdua dihukum papa untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa banyak air mata yang ia curahkan dan berapa banyak doa yang ia panjatkan untuk kami. Tapi bertahun-tahun kemudian, aku mendengar mama bersaksi, betapa ia bersyukur Tuhan telah menjawab doanya. Ia tak bisa selalu bisa melindungi dan mendampingi anak-anaknya, terutama ketika kami kemudian melanjutkan studi ke luar kota. Namun, ia tahu bahwa ia selalu dapat memercayakan kami ke dalam tangan Tuhan, karena Dialah Pemilik hidup kami.

Kupikir, keyakinan yang sama telah membawa Keith & Kristyn Getty menggubah lagu yang diberi judul “Doa Seorang Ibu” [A Mother’s Prayer] ini untuk anaknya, Eliza. Liriknya sangat menyentuh, karena tidak sekadar berisi harapan agar si anak tumbuh sehat, pintar, dan berhasil dalam hidup sebagaimana harapan para orangtua pada umumnya. Di atas semua harapan yang ada, mereka berdoa agar si anak memiliki iman yang teguh dan mencari Tuhan dengan segenap hatinya. Sungguh sebuah doa yang didasari keyakinan kuat bahwa Tuhan jauh lebih berharga daripada semua pencapaian di dunia ini, dan keyakinan itulah yang ingin mereka wariskan kepada si anak.

Sebagian dari kita mungkin juga memiliki ibu yang setia mendoakan kita, dan lagu ini membawa kita untuk mengingat kasih ibu kita dengan penuh ucapan syukur. Sebagian dari kita mungkin tidak memiliki teladan yang demikian, dan lagu ini dapat menjadi pemberi inspirasi bagi kita ketika kelak akan menjadi orangtua.

Berikut terjemahan bebas dari lirik lagu ini. Enjoy … ^_^

Sebelum kau terlelap sayang,
ada janji yang ingin kutepati
sembari memelukmu
ku berdoa agar kau tumbuh kuat
dan imanmu berakar sejak belia
ini doaku untukmu

Pegang tanganku
kan ku ajarkan Jalan ‘tuk kau tempuh
lewati suka duka
perjalanan hidupmu
biarlah kau b’lajar percaya
percaya kepada Tuhan saja

Dunia ini t’lah jatuh dalam dosa
Tapi Jurus’lamat membuka mata kita
akan apa yang indah dan benar
Biarlah kau dituntun terang-Nya
dan hatimu dimahkotai hikmat-Nya
ini doaku untukmu

Pegang tanganku
kan ku ajarkan Jalan ‘tuk kau tempuh
lewati suka duka
perjalanan hidupmu
Tuhan menyertai kita
Dia setia selamanya

Kelak kau ‘kan pergi dari sisiku
Hidup ‘kan membawa langkahmu
menyusuri jalanmu sendiri
s’moga kelemahanku tak menghalangimu
dan anugerah-Nya t’rus menuntunmu
ini doaku untukmu

Pegang tangan-Nya
Ikut ke mana pun Dia memanggilmu
Dalam s’gala hal, carilah Dia
d’ngan segenap hatimu
ini doaku untukmu

Lihat lirik asli

Janji Yang Terjamin

Jumat, 9 Mei 2014

Janji Yang Terjamin

Baca: Kejadian 15:5-21

15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”

15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.

15:7 Lagi firman TUHAN kepadanya: “Akulah TUHAN, yang membawa engkau keluar dari Ur-Kasdim untuk memberikan negeri ini kepadamu menjadi milikmu.”

15:8 Kata Abram: “Ya Tuhan ALLAH, dari manakah aku tahu, bahwa aku akan memilikinya?”

15:9 Firman TUHAN kepadanya: “Ambillah bagi-Ku seekor lembu betina berumur tiga tahun, seekor kambing betina berumur tiga tahun, seekor domba jantan berumur tiga tahun, seekor burung tekukur dan seekor anak burung merpati.”

15:10 Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua.

15:11 Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.

15:12 Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.

15:13 Firman TUHAN kepada Abram: “Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.

15:14 Tetapi bangsa yang akan memperbudak mereka, akan Kuhukum, dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak.

15:15 Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu.

15:16 Tetapi keturunan yang keempat akan kembali ke sini, sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap.”

15:17 Ketika matahari telah terbenam, dan hari menjadi gelap, maka kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu.

15:18 Pada hari itulah TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram serta berfirman: “Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat:

15:19 yakni tanah orang Keni, orang Kenas, orang Kadmon,

15:20 orang Het, orang Feris, orang Refaim,

15:21 orang Amori, orang Kanaan, orang Girgasi dan orang Yebus itu.”

Ketika matahari telah terbenam . . . kelihatanlah perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu. —Kejadian 15:17

Janji Yang Terjamin

Pada zaman kuno di dunia Timur Dekat, suatu perjanjian antara pihak yang lebih tinggi (penguasa atau raja) dengan pihak yang lebih rendah (rakyat jelata) disebut perjanjian suzerain. Upacara pengesahannya mewajibkan adanya binatang yang dikorbankan dan kemudian dipotong menjadi 2 bagian. Kedua belah potongan binatang tersebut disusun menjadi dua baris di atas tanah dan membentuk sebuah jalur di tengah-tengahnya. Dengan berjalan di antara potongan-potongan tersebut, sang penguasa sedang menyatakan di depan umum bahwa ia akan menjamin kelangsungan perjanjian tersebut dan akan bernasib seperti binatang yang dipotong itu apabila ia gagal memenuhi janjinya.

Ketika Abram bertanya kepada Allah bagaimana ia dapat yakin bahwa Dia akan memenuhi janji-Nya, Allah menggunakan simbol budaya yang penting berupa perjanjian suzerain untuk meneguhkan janji-Nya (Kej. 15). Ketika suluh yang berapi itu melewati potongan daging, Abram mengerti Allah sedang menyatakan bahwa diri-Nya sendiri yang bertanggung jawab menjamin kelangsungan perjanjian tersebut.

Perjanjian Allah dengan Abram dan jaminan-Nya atas pemenuhan janji tersebut juga mencakup para pengikut Kristus. Itulah sebabnya dalam berbagai suratnya di Perjanjian Baru, Paulus berulang kali menyebut orang percaya sebagai keturunan Abraham (Rm. 4:11-18; Gal. 3:29). Begitu kita menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, Allah menjadi pemelihara perjanjian iman kita (lih. Yoh. 10:28-29).

Karena Allah memelihara keselamatan kita, maka kita dapat mempercayakan kehidupan kita kepada-Nya dengan keyakinan yang diteguhkan di dalam Dia. —RKK

Dia takkan kecewakan kita, Dia takkan meninggalkan;
Perjanjian kekal-Nya takkan pernah dibatalkan-Nya.
Sebab itu majulah, dan jangan takut, anak-anak terang;
Karena firman-Nya kekal, takkan pernah berlalu. –Havergal

Keselamatan kita itu pasti karena Allah yang menjamin.

Berbicara Tentang Yesus

Kamis, 8 Mei 2014

Berbicara Tentang Yesus

Baca: 2 Korintus 4:1-6

4:1 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.

4:2 Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

4:3 Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga, maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,

4:4 yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.

4:5 Sebab bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan, dan diri kami sebagai hambamu karena kehendak Yesus.

4:6 Sebab Allah yang telah berfirman: “Dari dalam gelap akan terbit terang!”, Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.

Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. —1 Korintus 2:2

Berbicara Tentang Yesus

Tony Graffanino, seorang mantan pemain di liga utama bisbol, menceritakan tentang pelayanan yang berlangsung di sebuah negara di Eropa. Setiap tahun, lembaga pelayanannya mengadakan pelatihan bisbol selama seminggu penuh. Sepanjang minggu tersebut, mereka juga mengadakan kelas pendalaman Alkitab harian. Pada tahun-tahun sebelumnya, para pengajar berusaha mencari cara-cara yang masuk akal untuk meyakinkan para peserta tentang keberadaan Allah agar mereka mau beriman kepada-Nya. Setelah 13 tahun, hanya 3 peserta saja yang memutuskan untuk percaya dan mengikut Yesus.

Lalu para pengajar itu mengubah pendekatan mereka, kata Graffanino. Alihalih “berusaha menyajikan fakta atau memenangi argumen dalam suatu perdebatan”, mereka hanya membahas tentang “kehidupan dan pengajaran Yesus yang luar biasa”. Hasilnya, lebih banyak peserta yang datang untuk mendengarkan, dan lebih banyak peserta yang bersedia untuk mengikut Yesus.

Rasul Paulus berkata bahwa ketika kita membagikan Injil Yesus Kristus kepada orang lain, kita harus “menyatakan kebenaran . . . [sebab] bukan diri kami yang kami beritakan, tetapi Yesus Kristus sebagai Tuhan” (2Kor. 4:2,5). Itulah prinsip Paulus dalam pekabaran Injil: “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1Kor. 2:2).

Kita harus memiliki pengetahuan tentang Alkitab dan alasan-alasan mengapa kita percaya, dan terkadang kita perlu menjelaskan alasan-alasan tersebut. Namun kesaksian kita yang paling memikat dan efektif adalah kesaksian yang menempatkan Kristus sebagai pusatnya. —JDB

Allah Bapa, pakailah aku untuk mempengaruhi hidup orang lain.
Ingatkan aku untuk menceritakan tentang siapa Yesus serta
kehidupan-Nya dan pengajaran-Nya. Biarlah aku tak terseret dalam
perdebatan, melainkan membagikan kehidupan Yesus yang luar biasa.

Kristus yang bangkit adalah pusat kesaksian kita.

Masalah Hati

Selasa, 6 Mei 2014

Baca: Amsal 4:20-27

4:20 Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku;

4:21 janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu.

4:22 Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka.

4:23 Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

4:24 Buanglah mulut serong dari padamu dan jauhkanlah bibir yang dolak-dalik dari padamu.

4:25 Biarlah matamu memandang terus ke depan dan tatapan matamu tetap ke muka.

4:26 Tempuhlah jalan yang rata dan hendaklah tetap segala jalanmu.

4:27 Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. —Amsal 4:23

Masalah Hati

Jantung kita berdenyut sebanyak 70-75 detak per menit. Meskipun rata-rata beratnya hanya 300 gram, setiap hari sebuah jantung yang sehat memompa 7.500 liter darah lewat pembuluh darah sepanjang kurang lebih 96,5 km. Setiap harinya, jantung menghasilkan energi yang besar, cukup untuk mengemudikan sebuah truk sejauh 32 km. Jika hal itu berlangsung sepanjang hidup kita, jaraknya sama dengan perjalanan pulangpergi ke bulan. Sebuah jantung yang sehat dapat melakukan hal-hal yang luar biasa. Sebaliknya, jika jantung kita gagal berfungsi, seluruh tubuh kita akan mati.

Demikian juga “hati rohani” kita (dalam bahasa Indonesia, kata heart secara harfiah berarti jantung, tetapi dalam konteks Alkitab berarti hati. -red). Dalam Alkitab, kata hati mewakili pusat emosi, pikiran, dan nalar kita. Hati adalah “pusat komando” dari hidup kita.

Ketika kita membaca, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan” (Ams. 4:23), hal itu memang masuk akal, akan tetapi sangat sulit dilakukan. Beragam tuntutan hidup selalu menyita waktu dan energi kita, dengan desakan agar kita segera memperhatikannya. Di sisi lain, kita mungkin tidak merasa didesak untuk menyediakan waktu dalam mendengar dan melakukan firman Allah. Kita mungkin tidak segera menyadari akibat dari sikap kita yang mengabaikan firman-Nya, tetapi lambat laun, hal tersebut dapat membuat kita rentan untuk mengalami kejatuhan iman.

Saya bersyukur kepada Allah karena Dia telah memberikan firman- Nya kepada kita. Kita membutuhkan pertolongan Allah agar kita tidak mengabaikan firman-Nya, melainkan menggunakannya untuk menyelaraskan hati kita dengan hati-Nya dari hari ke hari. —PFC

Ya Yesus, kuasailah hati dan tanganku,
Dan kabulkanlah doaku ini:
Agar melalui indahnya kasih-Mu aku bertumbuh
Menjadi serupa Engkau hari lepas hari. –Garrison

Untuk menjaga imanmu tetap fit, periksakanlah kepada Sang Tabib Agung.

Siapa Yang Seharusnya Dipuji?

Senin, 5 Mei 2014

Siapa Yang Seharusnya Dipuji?

Baca: Yeremia 9:23-26

9:23 Beginilah firman TUHAN: “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,

9:24 tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN.”

9:25 “Lihat, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku menghukum orang-orang yang telah bersunat kulit khatannya:

9:26 orang Mesir, orang Yehuda, orang Edom, bani Amon, orang Moab dan semua orang yang berpotong tepi rambutnya berkeliling, orang-orang yang diam di padang gurun, sebab segala bangsa tidak bersunat dan segenap kaum Israel tidak bersunat hatinya.”

Siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku. —Yeremia 9:24

Siapa Yang Seharusnya Dipuji?

Nilai IQ Chris Langan lebih tinggi dari IQ Albert Einstein. Lingkar bisep Moustafa Ismail berukuran sekitar 79 cm dan ia dapat mengangkat beban seberat 272 kg. Bill Gates diperkirakan memiliki kekayaan milyaran dolar. Orang-orang yang berkemampuan luar biasa atau kaya-raya mungkin tergoda untuk memandang diri mereka lebih tinggi daripada yang sepantasnya. Namun tanpa perlu menjadi seseorang yang sangat pintar, kuat, atau kaya, kita bisa saja memuji diri sendiri atas semua prestasi yang kita raih. Setiap pencapaian mengandung pertanyaan: Siapa yang seharusnya dipuji?

Pada masa bangsa Israel dihukum, Allah berfirman kepada mereka melalui Nabi Yeremia. Dia berkata, “Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya” (Yer. 9:23). Sebaliknya, “Siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku” (ay.24). Allah menghendaki umat-Nya untuk meninggikan Dia dan kemuliaan-Nya di atas apa pun.

Jika kita membiarkan pujian manusia itu untuk memegahkan diri sendiri, kita melupakan bahwa “setiap pemberian yang baik . . . diturunkan dari Bapa segala terang” (Yak. 1:17). Lebih baik kita memberikan pujian dan kemuliaan kepada Allah, tidak hanya untuk menjaga hati kita dari kesombongan, tetapi juga karena memang Dia layak menerima pujian itu. Dialah Allah, Pribadi yang “melakukan perbuatan-perbuatan yang besar . . . keajaiban-keajaiban yang tak terbilang banyaknya” (Ayb. 5:9). —JBS

Bukanlah ‘ku, tetapi hanya Kristus
Layak benar dipuji, disembah.
Bukanlah ‘ku, tetapi hanya Kristus
Patut tetap dimuliakanlah. —Whiddington
(Nyanyikanlah Kidung Baru, No. 28)

Kita diciptakan untuk memberikan kemuliaan kepada Allah.

Air Mata Syukur

Minggu, 4 Mei 2014

Air Mata Syukur

Baca: 1 Korintus 11:23-32

11:23 Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti

11:24 dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: “Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!”

11:25 Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!”

11:26 Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.

11:27 Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.

11:28 Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu.

11:29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.

11:30 Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal.

11:31 Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.

11:32 Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.

Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. —1 Korintus 11:26

Air Mata Syukur

Dalam ibadah perjamuan kudus yang saya hadiri bersama istri, anggota jemaat diundang maju ke depan untuk menerima roti dan anggur dari salah seorang pendeta atau penatua. Mereka memberikan ucapan kepada satu demi satu anggota jemaat yang maju tentang arti pengorbanan Yesus bagi masing-masing dari mereka. Pengalaman tersebut sangat menyentuh sehingga meninggalkan kesan yang berbeda dari suatu kegiatan yang sudah dilakukan secara rutin. Setelah kami kembali ke bangku, saya menyaksikan jemaat berjalan kembali dengan perlahan dan hening. Mengharukan sekali melihat banyak jemaat yang matanya berkaca-kaca. Bagi saya, dan orang lain yang berbicara dengan saya kemudian, air mata itu adalah air mata syukur.

Alasan dari air mata syukur yang menetes itu dapat dilihat dari alasan berlangsungnya perjamuan kudus itu sendiri. Setelah mengajar jemaat di Korintus tentang makna perjamuan yang bersifat peringatan itu, Rasul Paulus menambahi tulisannya dengan kata-kata yang tegas berikut ini: “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1Kor. 11:26). Dengan roti dan anggur perjamuan yang mengacu langsung pada salib dan pengorbanan Kristus demi kita, ibadah perjamuan kudus mengandung makna lebih dari sekadar ritual–seluruhnya adalah tentang Kristus. Kasih Kristus. Pengorbanan Krisus. Salib Kristus. Demi kita.

Alangkah tidak cukupnya kata-kata manusia untuk menuturkan kemuliaan Kristus yang begitu agung! Terkadang air mata syukur lebih dapat mengungkapkan apa yang tak terucapkan oleh bibir kita. —WEC

Andaikan jagad milikku,
Dan kuserahkan pada-Nya,
Tak cukup bagi Tuhanku
Diriku yang diminta-Nya. —Watts
(Kidung Jemaat, No. 169)

Agungnya kasih yang Kristus tunjukkan kepada kita di kayu salib tidak dapat terungkapkan dengan kata-kata.

Dia Mengubah Hidupku

Sabtu, 3 Mei 2014

Dia Mengubah Hidupku

Baca: Mazmur 107:1-16

107:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

107:2 Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus-Nya dari kuasa yang menyesakkan,

107:3 yang dikumpulkan-Nya dari negeri-negeri, dari timur dan dari barat, dari utara dan dari selatan.

107:4 Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan;

107:5 mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka.

107:6 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan-Nya mereka dari kecemasan mereka.

107:7 Dibawa-Nya mereka menempuh jalan yang lurus, sehingga sampai ke kota tempat kediaman orang.

107:8 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,

107:9 sebab dipuaskan-Nya jiwa yang dahaga, dan jiwa yang lapar dikenyangkan-Nya dengan kebaikan.

107:10 Ada orang-orang yang duduk di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam sengsara dan besi.

107:11 Karena mereka memberontak terhadap perintah-perintah Allah, dan menista nasihat Yang Mahatinggi,

107:12 maka ditundukkan-Nya hati mereka ke dalam kesusahan, mereka tergelincir, dan tidak ada yang menolong.

107:13 Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan diselamatkan-Nyalah mereka dari kecemasan mereka,

107:14 dibawa-Nya mereka keluar dari dalam gelap dan kelam, dan diputuskan-Nya belenggu-belenggu mereka.

107:15 Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia,

107:16 sebab dipecahkan-Nya pintu-pintu tembaga, dan dihancurkan-Nya palang-palang pintu besi.

Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus-Nya dari kuasa yang menyesakkan. —Mazmur 107:2

Dia Mengubah Hidupku

Semenjak wafatnya sang pelopor komputer Steve Jobs pada tahun 2011, lebih dari satu juta orang di seluruh dunia telah menulis pesan penghormatan kepadanya lewat dunia maya. Tema yang umumnya mewarnai pesan mereka adalah tentang bagaimana Jobs telah mengubah hidup mereka. Mereka berkata bahwa sekarang mereka menjalani hidup secara berbeda oleh karena inovasi-inovasi Jobs yang kreatif, dan mereka ingin menyatakan penghargaan sekaligus dukacita mereka yang mendalam lewat pesan tersebut. Pada layar sebuah komputer tablet tertulis dengan huruf yang besar: iSad (akuSedih).

Rasa syukur akan mendorong timbulnya ungkapan pujian, sebagaimana digambarkan dalam Mazmur 107: “Biarlah itu dikatakan orang-orang yang ditebus TUHAN, yang ditebus-Nya dari kuasa yang menyesakkan” (ay.2). Tema dari Mazmur itu adalah orang-orang yang berada dalam kesesakan dan telah dilepaskan oleh Allah. Beberapa darinya merupakan pengembara dan sangat membutuhkan pertolongan (ay.4-5); yang lainnya telah memberontak terhadap perintah Allah (ay.10-11); beberapa yang lain telah kehilangan akal hingga mereka berseru kepada Allah (ay.26-27). Semua diselamatkan Tuhan. “Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia” (ay.8,15,21,31).

Ketika kita mengingat kebesaran kasih Allah, anugerah-Nya dalam mengutus Yesus Kristus untuk mati demi kita dan bangkit kembali, dan keadaan kita yang mengenaskan sebelum kita dilepaskan oleh-Nya, kita tidak mungkin tidak memuji Dia dan rindu memberitahukan kepada sesama bagaimana Dia telah mengubah hidup kita. —DCM

Ya Allah, hatiku dipenuhi dengan pujian atas apa yang telah
Engkau lakukan bagiku. Engkau telah mengubah fokus dan
tujuan hidupku karena Engkau telah mengutus Anak-Mu.
Terima kasih, Tuhan.

Rasa syukur kepada Allah atas keselamatan mendorong kita rela bersaksi kepada sesama.

Pohon Peristirahatan

Jumat, 2 Mei 2014

Pohon Peristirahatan

Baca: Ezra 9:5-9

9:5 Pada waktu korban petang bangkitlah aku dan berhenti menyiksa diriku, lalu aku berlutut dengan pakaianku dan jubahku yang koyak-koyak sambil menadahkan tanganku kepada TUHAN, Allahku,

9:6 dan kataku: “Ya Allahku, aku malu dan mendapat cela, sehingga tidak berani menengadahkan mukaku kepada-Mu, ya Allahku, karena dosa kami telah menumpuk mengatasi kepala kami dan kesalahan kami telah membubung ke langit.

9:7 Dari zaman nenek moyang kami sampai hari ini kesalahan kami besar, dan oleh karena dosa kami maka kami sekalian dengan raja-raja dan imam-imam kami diserahkan ke dalam tangan raja-raja negeri, ke dalam kuasa pedang, ke dalam penawanan dan penjarahan, dan penghinaan di depan umum, seperti yang terjadi sekarang ini.

9:8 Dan sekarang, baru saja kami alami kasih karunia dari pada TUHAN, Allah kami yang meninggalkan pada kami orang-orang yang terluput, dan memberi kami tempat menetap di tempat-Nya yang kudus, sehingga Allah kami membuat mata kami bercahaya dan memberi kami sedikit kelegaan di dalam perbudakan kami.

9:9 Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.

Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia. —Roma 11:5

Pohon Peristirahatan

Awalnya saya tidak mengerti mengapa ada sebatang pohon tumbuh sendirian di ladang yang ada di seberang kantor saya. Berhektar-hektar pohon di sekitarnya telah ditebang agar para petani dapat menanam jagung di ladang itu. Namun sebatang pohon disisakan dan tidak ditebang, dengan ranting-ranting yang menjulang ke atas dan terbentang ke sana-kemari. Pertanyaan saya akhirnya terjawab saat saya tahu bahwa pohon itu tidak ditebang demi satu tujuan. Pada zaman dahulu, para petani biasanya menyisakan sebatang pohon untuk tetap berdiri agar mereka dan ternaknya memiliki suatu tempat teduh untuk beristirahat ketika terik sinar matahari di musim panas membakar kulit mereka.

Ada saatnya ketika kita menyadari bahwa kita sendiri pun telah diselamatkan dari sesuatu, dan kita tidak tahu alasannya. Para prajurit yang kembali dari pertempuran dan para pasien yang telah sembuh dari penyakit mematikan yang mengancam nyawa mereka sering bergumul untuk mengetahui mengapa mereka selamat dan yang lain tidak.

Perjanjian Lama berbicara tentang sekumpulan sisa bangsa Israel yang diluputkan Allah dari pembuangan. Mereka memelihara hukum Allah dan kemudian membangun kembali Bait Allah (Ezr. 9:9). Rasul Paulus menyebut dirinya sendiri sebagai bagian dari bangsa Israel yang tersisa ini (Rm. 11:1,5). Ia diluputkan untuk dipilih menjadi utusan Allah bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi (ay.13).

Jika kita tetap tegak berdiri sementara yang lain tumbang, itu adalah agar kita menaikkan pujian kepada Allah dan membuka lebar tangan kita menjadi naungan bagi mereka yang letih. Tuhan akan memampukan kita menjadi pohon peristirahatan bagi sesama kita. —JAL

Terima kasih, Bapa, karena Engkaulah tempat peristirahatanku.
Bersyukur untuk segala pengalaman yang telah Engkau perkenankan
terjadi dalam hidupku, dan kiranya dapat Engkau pakai untuk
menguatkan sesama. Kiranya Engkau dimuliakan melalui diriku.

Harapan dapat dikobarkan oleh sepercik dorongan semangat.