Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Raksasa Kecil

Jumat, 12 September 2014

Raksasa Kecil

Baca: 1 Samuel 17:32-37

17:32 Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu."

17:33 Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit."

17:34 Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya,

17:35 maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.

17:36 Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup."

17:37 Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."

TUHAN . . . akan melepaskan aku. —1 Samuel 17:37

Raksasa Kecil

Seorang musuh bertubuh tinggi menjulang melangkah masuk ke Lembah Tarbantin. Tingginya 2,7 meter dan baju zirahnya yang terbuat dari pelat-pelat perunggu berkilau-kilauan terkena pantulan sinar matahari. Batang tombaknya dibalut tali sehingga tombak itu dapat diputar-putar di udara dan dilontarkan dari jauh dengan akurat. Tampaknya Goliat tak mungkin terkalahkan.

Namun Daud mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Meski sosok dan tingkah laku Goliat bagaikan raksasa, tetapi dibandingkan dengan Allah yang hidup, ia sangat kecil. Daud memiliki pandangan yang benar tentang Allah dan karena itu juga memiliki pandangan yang benar tentang keadaan yang ada. Ia melihat Goliat sebagai orang yang mencemooh barisan tentara Allah yang hidup (lSam. 17:26). Dengan percaya diri, Daud menghadapi Goliat dengan berpakaian sebagai gembala dan dengan tongkat, lima butir batu dan sebuah ketapel sebagai senjata. Keyakinan Daud bukan pada apa yang dimilikinya, tetapi pada Allah yang menyertainya (ay.45).

“Goliat” apa yang sedang kamu hadapi saat ini? Mungkin itu berupa situasi yang sulit di tempat kerja, kesulitan keuangan, atau relasi yang kandas. Semuanya itu kecil jika dibandingkan dengan kebesaran Allah. Tiada satu hal pun yang terlalu besar bagi Allah. Kata-kata yang ditulis oleh Charles Wesley, seorang penulis himne, berikut ini mengingatkan kita: “Iman yang teguh, memandang pada janji, dan hanya pada janji-Nya itu; iman menertawakan kemustahilan, dan berseru, itu pasti akan terjadi.” Allah sanggup melepaskanmu jika Dia memang menghendakinya, dan Dia mungkin melakukannya dengan cara-cara yang tak terpikirkan olehmu. —PFC

Pertempuran itu tidak dimenangi oleh yang kuat,
Perlombaan tidak direbut oleh yang gesit,
Namun bagi mereka yang benar dan setia,
Kemenangan telah dijanjikan melalui anugerah. —Crosby

Jangan katakan pada Allah sebesar apa raksasamu. Katakan pada raksasa itu seberapa besar Allahmu.

Lahir Untuk Menyelamatkan

Kamis, 11 September 2014

Lahir Untuk Menyelamatkan

Baca: Markus 10:35-45

10:35 Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!"

10:36 Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?"

10:37 Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu."

10:38 Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kamu tidak tahu apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum dan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima?"

10:39 Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.

10:40 Tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan."

10:41 Mendengar itu kesepuluh murid yang lain menjadi marah kepada Yakobus dan Yohanes.

10:42 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.

10:43 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu,

10:44 dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.

10:45 Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. —Markus 10:45

Lahir Untuk Menyelamatkan

Pascaserangan teroris yang meruntuhkan gedung Menara Kembar di New York City pada tanggal 11 September 2001, Cynthia Otto memelihara sejumlah anjing pelacak korban bencana. Beberapa tahun kemudian, ia mendirikan sebuah Pusat Pelatihan Anjing Pelacak, tempat anak-anak anjing mendapat pelatihan khusus supaya kelak mampu menolong para korban bencana.

Otto memberikan komentar tentang anjing-anjing penyelamat tersebut: “Ada banyak pekerjaan yang bisa memanfaatkan anjing-anjing pelacak ini . . . dan mereka juga bisa menyelamatkan nyawa manusia.” Otto mengatakan bahwa anak-anak anjing yang terlatih itu kelak akan sangat bermanfaat untuk memberikan pertolongan penting bagi orang-orang yang berada dalam situasi-situasi yang mengancam nyawa mereka. Bisa dikatakan anak-anak anjing itu “terlahir” untuk menyelamatkan nyawa manusia.

Alkitab mengisahkan tentang Mesias yang dilahirkan untuk menyelamatkan umat manusia dari hukuman dosa. Perbuatan-Nya sungguh tak terbandingkan dengan apa pun di bumi ini. 2000 tahun lalu, Allah sendiri menjadi manusia untuk melakukan bagi kita yang tidak dapat kita lakukan untuk diri kita sendiri. Ketika Yesus menjadi manusia, Dia mengerti dan menyatakan bahwa Dia dilahirkan untuk menyelamatkan (Yoh. 12:27). “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk. 10:45).

Mari memuji Juruselamat kita yang agung—Yesus Kristus—yang dilahirkan untuk menyelamatkan semua yang bersedia menerima janji keselamatan yang ditawarkan-Nya. —HDF

Pakailah kami, Tuhan, dan buat kami rendah hati,
Lepaskan kami dari keangkuhan yang bodoh,
Dan pada saat kami mulai tersandung,
Arahkanlah pikiran kami kepada Kristus yang tersalib. —Sper

Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.

Pose Posum

Selasa, 9 September 2014

Pose Posum

Baca: 1 Samuel 28:5-6, 15-20

28:5 Ketika Saul melihat tentara Filistin itu, maka takutlah ia dan hatinya sangat gemetar.

28:6 Dan Saul bertanya kepada TUHAN, tetapi TUHAN tidak menjawab dia, baik dengan mimpi, baik dengan Urim, baik dengan perantaraan para nabi.

28:15 Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada Saul: "Mengapa engkau mengganggu aku dengan memanggil aku muncul?" Kata Saul: "Aku sangat dalam keadaan terjepit: orang Filistin berperang melawan aku, dan Allah telah undur dari padaku. Ia tidak menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku memanggil engkau, supaya engkau memberitahukan kepadaku, apa yang harus kuperbuat."

28:16 Lalu berbicaralah Samuel: "Mengapa engkau bertanya kepadaku, padahal TUHAN telah undur dari padamu dan telah menjadi musuhmu?

28:17 TUHAN telah melakukan kepadamu seperti yang difirmankan-Nya dengan perantaraanku, yakni TUHAN telah mengoyakkan kerajaan dari tanganmu dan telah memberikannya kepada orang lain, kepada Daud.

28:18 Karena engkau tidak mendengarkan suara TUHAN dan tidak melaksanakan murka-Nya yang bernyala-nyala itu atas Amalek, itulah sebabnya TUHAN melakukan hal itu kepadamu pada hari ini.

28:19 Juga orang Israel bersama-sama dengan engkau akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin, dan besok engkau serta anak-anakmu sudah ada bersama-sama dengan daku. Juga tentara Israel akan diserahkan TUHAN ke dalam tangan orang Filistin."

28:20 Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat ketakutan oleh karena perkataan Samuel itu. Juga tidak ada lagi kekuatannya, karena sehari semalam itu ia tidak makan apa-apa.

[TUHAN] tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu. —Yesaya 40:28

Pose Posum

Posum adalah spesies binatang yang terkenal dengan kemampuan mereka untuk berpura-pura mati. Dalam aksi tersebut, tubuh posum menjadi lemas, lidahnya terjulur keluar, dan detak jantungnya menurun. Setelah sekitar 15 menit, binatang itu akan “hidup kembali”. Menariknya, para ahli hewan beranggapan bahwa posum bukanlah sengaja berpura-pura mati untuk menghindari pemangsa. Posum pingsan secara tidak sengaja ketika merasa sangat kewalahan dan cemas!

Raja Saul juga memiliki respons yang sama terhadap bahaya yang mengancam di akhir masa kekuasaannya. “Pada saat itu juga rebahlah Saul memanjang ke tanah sebab ia sangat ketakutan. . . . Juga tidak ada lagi kekuatannya” (1Sam. 28:20). Itulah respons Saul ketika Nabi Samuel memberitahukan bahwa keesokan harinya orang-orang Filistin akan menyerang Israel, dan Tuhan tidak akan menolong Saul. Karena hidup Saul telah diwarnai dengan ketidaktaatan, ketidaksabaran, dan kecemburuan, Allah tidak lagi memimpinnya (ay.16), dan usahanya untuk mempertahankan diri sendiri serta bangsa Israel akan menjadi sia-sia (ay.19).

Kita mungkin mengalami kelemahan dan keputusasaan yang disebabkan oleh pemberontakan kita atau oleh kesulitan-kesulitan yang menerpa hidup kita. Sekalipun kecemasan dapat mencuri kekuatan kita, Allah dapat memperbaruinya ketika kita bersandar kepada-Nya (Yes. 40:31). Allah “tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu” (ay.28), dan Dia bersedia melawat dan membangkitkan kita pada saat kita merasa tidak lagi dapat melangkah. —JBS

Yesus, Engkau sangat berarti bagiku.
Engkaulah hidupku dan segalanya bagiku. Aku bersyukur
untuk kekuatan yang Engkau berikan dari hari ke hari.
Aku sadar, tanpa Engkau hidupku tidak berarti.

Damai sejahtera diperoleh dengan jalan menyerahkan setiap kekhawatiran hidup ke dalam tangan Allah.

Apa Yang Kamu Tabur?

Senin, 8 September 2014

Apa Yang Kamu Tabur?

Baca: Markus 4:1-20

4:1 Pada suatu kali Yesus mulai pula mengajar di tepi danau. Maka datanglah orang banyak yang sangat besar jumlahnya mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke sebuah perahu yang sedang berlabuh lalu duduk di situ, sedangkan semua orang banyak itu di darat, di tepi danau itu.

4:2 Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:

4:3 "Dengarlah! Adalah seorang penabur keluar untuk menabur.

4:4 Pada waktu ia menabur sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.

4:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis.

4:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.

4:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati, sehingga ia tidak berbuah.

4:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, ia tumbuh dengan suburnya dan berbuah, hasilnya ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang seratus kali lipat."

4:9 Dan kata-Nya: "Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!"

4:10 Ketika Ia sendirian, pengikut-pengikut-Nya dan kedua belas murid itu menanyakan Dia tentang perumpamaan itu.

4:11 Jawab-Nya: "Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan,

4:12 supaya: Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun."

4:13 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?

4:14 Penabur itu menaburkan firman.

4:15 Orang-orang yang di pinggir jalan, tempat firman itu ditaburkan, ialah mereka yang mendengar firman, lalu datanglah Iblis dan mengambil firman yang baru ditaburkan di dalam mereka.

4:16 Demikian juga yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu, ialah orang-orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira,

4:17 tetapi mereka tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila kemudian datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, mereka segera murtad.

4:18 Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,

4:19 lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.

4:20 Dan akhirnya yang ditaburkan di tanah yang baik, ialah orang yang mendengar dan menyambut firman itu lalu berbuah, ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang seratus kali lipat."

Siapa menabur kebenaran, mendapat pahala yang tetap. —Amsal 11:18

Apa Yang Kamu Tabur?

Menara jam di Universitas Negara Bagian Michigan memiliki pahatan dalam gaya Art Deco berjudul The Sower (Sang Penabur). Di bawahnya terdapat tulisan dari Galatia 6:7, “Apa yang ditabur orang.” Hingga saat ini, kampus itu masih memiliki keunggulan dalam program penelitian pertaniannya. Namun, sekalipun teknik dan produksi pertanian telah banyak berkembang, ada fakta yang tak pernah berubah: Benih jagung tidak akan dapat menghasilkan panenan kacang.

Yesus banyak memakai perumpamaan dari dunia pertanian untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah. Dalam perumpamaan tentang penabur (Mrk. 4), Dia membandingkan firman Allah dengan benih yang ditaburkan pada tanah yang berbeda-beda. Dalam perumpamaan itu dinyatakan bahwa penabur menabur tanpa pilih-pilih, sekalipun ia mengetahui bahwa sebagian benih akan jatuh di tempat di mana benih itu tidak akan tumbuh.

Seperti Yesus, kita juga harus menaburkan benih yang baik kapan dan di mana saja. Allah saja yang mengatur di mana benih itu akan jatuh dan bagaimana pertumbuhannya. Yang penting adalah kita menabur. Allah tidak menginginkan kita menuai kehancuran, jadi Dia ingin kita menaburkan yang baik dan benar (Ams. 11:18). Rasul Paulus menguraikan perumpamaan tersebut ketika ia memperingatkan orang percaya untuk tidak menaburkan benih kebinasaan. Sebaliknya, kita harus menabur benih yang akan menghasilkan tuaian hidup yang kekal (Gal. 6:8).

Jawaban dari pertanyaan, “Apa yang kamu tabur?” adalah “Taburlah yang ingin kamu tuai.” Untuk menuai buah yang baik dalam hidupmu, mulailah dengan menaburkan benih-benih kebaikan. —JAL

Yang menabur gagasan, akan menuai perbuatan;
Yang menabur perbuatan, akan menuai kebiasaan;
Yang menabur kebiasaan, akan menuai karakter;
Yang menabur karakter, akan menuai masa depan. —NN.

Benih ditanam, buah dituai; hidup yang ditabur bagi sesama akan menuai buah yang kekal.

Dia Semakin Besar, Saya Semakin Kecil

Minggu, 7 September 2014

Dia Semakin Besar, Saya Semakin Kecil

Baca: Filipi 3:1-11

3:1 Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan. (3-1b) Menuliskan hal ini lagi kepadamu tidaklah berat bagiku dan memberi kepastian kepadamu.

3:2 Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat yang palsu,

3:3 karena kitalah orang-orang bersunat, yang beribadah oleh Roh Allah, dan bermegah dalam Kristus Yesus dan tidak menaruh percaya pada hal-hal lahiriah.

3:4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:

3:5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,

3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.

3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.

3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,

3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.

3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,

3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.

Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. —Filipi 3:8

Dia Semakin Besar, Saya Semakin Kecil

Ketika menggembalakan sebuah gereja di awal pelayanan saya, Libby, putri saya, bertanya, “Ayah, apakah kita terkenal?” Saya menjawab, “Tidak, Libby, kita tidak terkenal.” Setelah berpikir sejenak, ia kemudian membalas saya dengan nada kesal, “Nah, coba ada lebih banyak orang yang mengenal kita, pasti kita akan terkenal!”

Kasihan betul Libby! Usianya baru 7 tahun, tetapi ia sudah bergumul dengan sesuatu yang digumulkan oleh banyak dari kita di sepanjang hidup ini: Adakah yang memperhatikan kita? Dan apakah kita telah mendapat pengakuan yang kita anggap patut kita dapatkan dari orang lain?

Hasrat kita untuk mendapat pengakuan tidaklah bermasalah apabila hal itu tidak membuat kita ingin menggeser Yesus yang menjadi pusat hidup kita. Namun ketika perhatian kita tersita hanya untuk memikirkan diri sendiri, Yesus pun akan tersingkir.

Dalam hidup ini, kita tidak dapat mengutamakan diri sendiri dan mengutamakan Yesus secara bersamaan. Inilah arti penting dari pernyataan Paulus yang menganggap bahwa baginya segala sesuatu itu rugi, “karena pengenalan akan Kristus Yesus . . . lebih mulia dari pada semuanya” (Flp. 3:8). Ketika dihadapkan dengan pilihan antara dirinya sendiri dan Yesus, secara sadar Paulus membuang segala sesuatu yang akan membuat dirinya menjadi pusat perhatian. Ia melakukannya dengan maksud agar ia dapat memusatkan perhatiannya untuk semakin mengenal dan mengalami Yesus (ay.7-8,10).

Kita juga dihadapkan pada keputusan yang sama. Apakah kita hidup untuk menjadi pusat perhatian? Ataukah kita akan berfokus pada hak istimewa untuk semakin mengenal dan mengalami Yesus? —JMS

Tuhan, terima kasih karena telah mengingatkanku akan pentingnya
mengenal Engkau dengan lebih sungguh. Tolong aku
untuk mengesampingkan kepentingan diriku sendiri
saat aku berjuang untuk hidup semakin mengenal diri-Mu.

Apakah pilihan kita memuliakan Allah, atau justru memuliakan diri kita sendiri?

Izinkan Saya Bernyanyi

Sabtu, 6 September 2014

Izinkan Saya Bernyanyi

Baca: Mazmur 150

150:1 Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat!

150:2 Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat!

150:3 Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi!

150:4 Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling!

150:5 Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!

150:6 Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!

Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya! —Mazmur 150:6

Izinkan Saya Bernyanyi

Ketika saya bertanya kepada seorang teman mengenai keadaan ibunya, ia menjelaskan bahwa demensia (menurunnya fungsi otak yang mempengaruhi daya pikir) telah merampas kemampuan ibunya untuk mengingat banyak nama dan peristiwa yang terjadi di masa lalu. “Walaupun demikian,” ia menambahkan, “Ibu masih dapat duduk dan memainkan piano tanpa melihat lembaran not musik. Ia dapat memainkan himne-himne indah yang ada di memorinya.”

Sekitar 2500 tahun yang lalu, Plato dan Aristoteles menulis tentang kekuatan musik dalam membantu dan menyembuhkan orang. Namun, berabad-abad sebelumnya, catatan-catatan dalam Alkitab telah dipenuhi dengan nyanyian.

Dimulai dengan Yubal, “bapa semua orang yang memainkan kecapi dan suling (Kej. 4:21), sampai kepada orang-orang yang “menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba” (Why. 15:3), musik menggema dalam halaman demi halaman Alkitab. Kitab Mazmur, yang sering disebut sebagai “buku lagu dalam Alkitab”, mengarahkan kita pada kasih dan kesetiaan Allah. Kitab itu ditutup dengan sebuah ajakan untuk terus-menerus memuji Tuhan, “Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!” (Mzm. 150:6).

Saat ini kita begitu membutuhkan Allah untuk melawat hati kita dengan puji-pujian dari-Nya. Tidak peduli apa pun yang terjadi dari hari ke hari, kiranya di penghujung hari kita tetap rindu untuk menyanyikan, “Ya kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur; sebab Allah adalah kota bentengku, Allahku dengan kasih setia-Nya” (Mzm. 59:18). —DCM

Tuhan, aku tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini atau apa
yang akan terjadi jauh di masa depan. Namun aku bersyukur
karena Engkau berada di sisiku. Beriku semangat untuk memuji dan
bersyukur atas apa pun yang akan kuhadapi di masa mendatang.

Puji-pujian kepada Allah akan muncul secara alami saat kamu menghitung berkat-berkat dalam hidupmu.

Bersama Dia Selamanya!

Jumat, 5 September 2014

Bersama Dia Selamanya!

Baca: Yakobus 4:11-17

4:11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.

4:12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",

4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.

4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. —Yakobus 4:14

Bersama Dia Selamanya!

Pada tahun 1859, sepanjang masa pergolakan sebelum terjadinya Perang Saudara Amerika, Abraham Lincoln mendapat kesempatan untuk berbicara di hadapan Lembaga Paguyuban Petani di Milwaukee, Wisconsin. Dalam ceramahnya itu, Lincoln menceritakan tentang kisah seorang raja pada masa silam yang sedang mencari sebaris kalimat yang “sesuai dan tepat di segala waktu dan untuk segala keadaan”. Menghadapi tantangan yang berat itu, para penasihat raja yang bijaksana memberinya sebuah kalimat yang berbunyi, “Dan ini, juga, akan berlalu.”

Pernyataan itu berlaku bagi dunia kita di zaman sekarang—dunia ini sedang menuju kemerosotan yang tidak terbendung. Bukan hanya dunia yang sedang menuju titik akhir; kita juga menghadapi kenyataan dalam hidup kita bahwa masa hidup kita akan berakhir. Yakobus menuliskan, “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (Yak. 4:14).

Meskipun hidup kita sekarang ini bersifat sementara dan akan berlalu, Allah yang kita sembah dan layani itu bersifat kekal. Dia telah memberikan kekekalan tersebut kepada kita dengan mengaruniakan Anak-Nya, Yesus Kristus. Dia menjanjikan kepada kita suatu kehidupan yang tak akan pernah berlalu: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16).

Ketika kelak Kristus datang kembali, Dia akan membawa kita pulang untuk tinggal bersama Dia selamanya! —WEC

Hai bangun, jiwaku,
Bernyanyilah serta,
Memuji Jurus’lamatmu
Kekal selamanya. —Bridges/Thring
(Kidung Jemaat, No. 226)

Untuk pengharapan hari ini, ingatlah akhir kisah kita— hidup kekal bersama Allah.

Singa Yang Menggonggong

Kamis, 4 September 2014

Singa Yang Menggonggong

Baca: Amsal 22:1-5

22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.

22:2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.

22:3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.

22:4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.

22:5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu.

Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas. —Amsal 22:1

Singa Yang Menggonggong

Para pengunjung sebuah kebun binatang mulai marah ketika seekor “singa Afrika” mulai menggonggong, dan bukannya mengaum. Staf kebun binatang mengatakan bahwa mereka menyamarkan seekor anjing yang sangat besar—jenis Tibetan mastiff— sebagai singa karena mereka tak mampu menghadirkan seekor singa yang asli. Dapat dipastikan reputasi kebun binatang itu tercoreng dan orang pun menjadi ragu untuk mengunjunginya.

Reputasi itu begitu rapuh; reputasi yang sudah hancur sulit dipulihkan kembali. Sudah banyak orang memilih untuk mengorbankan reputasi yang baik demi meraih kekuasaan, nama besar, atau keuntungan. Itu juga dapat kita alami. Namun Alkitab mendorong kita, “Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas” (Ams. 22:1). Allah mengajar kita bahwa nilai yang benar tidaklah terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada keberadaan diri kita.

Sokrates, ahli filsafat Yunani kuno, mengatakan, “Cara memperoleh reputasi yang baik adalah dengan berusaha keras untuk menjadi sosok yang ingin kamu tampilkan.” Sebagai pengikut Yesus, kita menyandang nama-Nya. Karena kasih-Nya bagi kita, kita berjuang untuk menjalani hidup yang layak di hadapan-Nya, dengan mencerminkan keserupaan dengan Dia di dalam perkataan dan perbuatan kita.

Ketika kita gagal, Dia mengangkat kita kembali oleh kasih-Nya. Lewat teladan kita, orang-orang di sekitar kita akan tergerak untuk memuji Allah yang telah menebus dan mengubah kita (Mat. 5:16)— karena nama Tuhan memang layak untuk diagungkan, dimuliakan, dan menerima segala pujian.—PFC

Tuhan, aku ingin menjalani hidup yang memuliakan nama-Mu karena
Engkau telah menjadikanku milik-Mu. Hidupku tidaklah sempurna,
tetapi aku ingin setidaknya mencerminkan citra diri-Mu kepada
orang lain. Kiranya Engkau mau menyatakan diri-Mu melalui diriku.

Harta termurni yang dapat dimiliki dalam hidup yang fana ini adalah reputasi yang tak bercela. —Shakespeare

Harapan Untuk Terus Melangkah

Rabu, 3 September 2014

Harapan Untuk Terus Melangkah

Baca: Ratapan 3:19-33

3:19 "Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu."

3:20 Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.

3:21 Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap:

3:22 Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,

3:23 selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!

3:24 "TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.

3:25 TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.

3:26 Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.

3:27 Adalah baik bagi seorang pria memikul kuk pada masa mudanya.

3:28 Biarlah ia duduk sendirian dan berdiam diri kalau TUHAN membebankannya.

3:29 Biarlah ia merebahkan diri dengan mukanya dalam debu, mungkin ada harapan.

3:30 Biarlah ia memberikan pipi kepada yang menamparnya, biarlah ia kenyang dengan cercaan.

3:31 Karena tidak untuk selama-lamanya Tuhan mengucilkan.

3:32 Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.

3:33 Karena tidak dengan rela hati Ia menindas dan merisaukan anak-anak manusia.

Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! —Ratapan 3:22-23

Harapan Untuk Terus Melangkah

Sebuah pesawat udara bertenaga surya yang dinamai “Solar Impulse” dapat terbang siang-malam tanpa bahan bakar. Para penemunya, Bertrand Piccard dan Andre Borschberg, berharap dapat menerbangkan pesawat itu keliling dunia pada tahun 2015. Sembari terbang di sepanjang siang dengan menggunakan tenaga surya, pesawat itu juga mengumpulkan cukup banyak tenaga yang memampukannya untuk dapat terbang sepanjang malam. Ketika matahari terbit di hari berikutnya, Piccard berkata, “Fajar selalu membawa kembali harapan baru yang mendorong kami untuk bisa melanjutkan perjalanan.”

Pemikiran tentang fajar yang membawa harapan baru bagi kita membuat saya terpikir tentang Ratapan 3 yang merupakan bacaan Alkitab hari ini, “Hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (ay.21-23). Meskipun umat Allah begitu merasa putus asa ketika kota Yerusalem diserang oleh pasukan Babel, Nabi Yeremia berkata bahwa mereka tetap memiliki alasan untuk berharap—mereka masih menerima kasih setia dan rahmat Tuhan.

Terkadang pergumulan kita terasa semakin sulit di tengah gelapnya malam. Akan tetapi, ketika fajar tiba, terbit harapan baru yang memampukan kita untuk terus melangkah. “Sepanjang malam ada tangisan,” kata pemazmur, “menjelang pagi terdengar sorak-sorai” (Mzm. 30:6).

Terima kasih, Tuhan, untuk pengharapan yang Engkau berikan setiap kali fajar menyingsing. Kasih setia dan rahmat-Mu selalu baru setiap pagi! —AMC

Kemurahan baru setiap pagi,
Anugerah untuk setiap hari,
Harapan baru untuk setiap cobaan,
Dan keberanian untuk terus melangkah. —McVeigh

Setiap hari yang baru memberikan kepada kita alasan yang baru untuk memuji Tuhan.