Bahan renungan yang bisa menemani saat teduhmu dan menolongmu dalam membaca firman Tuhan.

Mendengar dengan Kasih

Kamis, 14 Mei 2015

Mendengar dengan Kasih

Baca: Lukas 18:9-14

18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:

18:10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.

18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."

Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. —Lukas 18:14

Mendengar dengan Kasih

Suatu malam di bulan Agustus di Vermont, seorang misionaris muda berbicara di gereja kecil kami. Negara yang dilayaninya bersama istri sedang mengalami konflik antar pemeluk agama, sehingga tempat itu dianggap terlalu berbahaya bagi anak-anak. Dalam kesaksiannya, ia bercerita tentang sebuah pengalaman yang memilukan saat putrinya memohon kepadanya agar tidak ditinggalkan di sebuah sekolah berasrama.

Saat itu saya baru menjadi seorang ayah dari seorang putri, dan kisah itu membuat saya kesal. Bagaimana mungkin orangtua yang penuh kasih dapat meninggalkan putrinya sendirian seperti itu? gerutu saya dalam hati. Seusai kebaktian itu, saya begitu marah sampai-sampai saya menolak untuk ikut mengunjungi misionaris itu. Saya pun langsung keluar dari gedung gereja, sambil berkata dengan suara keras: “Syukurlah, aku tidak seperti . . . .”

Saat itu juga, Roh Kudus menyentak saya. Saya bahkan tidak bisa menyelesaikan kalimat itu. Bayangkan, saya hampir mengucapkan kata-kata yang persis dengan apa yang diucapkan orang Farisi kepada Allah, “Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain” (Luk. 18:11). Saya begitu kecewa terhadap diri saya sendiri! Pasti Allah juga kecewa pada saya! Sejak malam itu, saya selalu memohon Allah membantu saya untuk mau mendengarkan orang lain dengan rendah hati dan mampu mengendalikan diri saat mereka bersaksi tentang pengakuan, pernyataan, atau penderitaan mereka. —Randy Kilgore

Tuhan, kiranya kami cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata-kata dan untuk menghakimi. Sikap angkuh begitu mudah menjangkiti hidup kami. Berilah kami kerendahan hati yang mencerminkan hati-Mu dan kasih-Mu.

Menghakimi orang lain menghalangi kita untuk mendekat kepada Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 19-21; Yohanes 4:1-30

Kekayaan Berupa Ketaatan

Rabu, 13 Mei 2015

Kekayaan Berupa Ketaatan

Baca: Mazmur 119:14,33-40

119:14 Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta.

119:33 Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir.

119:34 Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.

119:35 Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.

119:36 Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba.

119:37 Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!

119:38 Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.

119:39 Lalukanlah celaku yang menggetarkan aku, karena hukum-hukum-Mu adalah baik.

119:40 Sesungguhnya aku rindu kepada titah-titah-Mu, hidupkanlah aku dengan keadilan-Mu!

Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. —Mazmur 119:14

Kekayaan Berupa Ketaatan

Lotre yang terbuka untuk umum dapat dijumpai di lebih dari 100 negara. Dalam setahun terakhir, penjualan karcis lotre di Amerika Serikat dan Kanada mencapai lebih dari $85 miliar, dan itu hanya sebagian dari jumlah total penjualan di seluruh dunia. Daya tarik dari hadiah utama yang besar telah membuat banyak orang berpikir bahwa semua masalah dalam hidup ini akan dapat diselesaikan “jika aku menang lotre.”

Memang tidak ada yang salah dengan kekayaan itu sendiri, tetapi kekayaan dapat memperdaya hingga kita berpikir bahwa uang adalah jawaban untuk segala kebutuhan kita. Pemazmur mengungkapkan sudut pandang yang berbeda. Ia menuliskan, “Atas petunjuk peringatan-peringatan-Mu aku bergembira, seperti atas segala harta. . . . Aku akan bergemar dalam ketetapan-ketetapan-Mu; firman-Mu tidak akan kulupakan” (Mzm. 119:14,16). Konsep harta rohani tersebut berfokus pada ketaatan kepada Allah dan berjalan “menurut petunjuk perintah-perintah-[Nya]” (ay.35).

Apakah jadinya apabila kita lebih senang dan bahagia untuk menuruti firman Tuhan daripada memenangi hadiah utama lotre senilai jutaan dolar? Marilah kita berdoa bersama sang pemazmur, “Berilah aku hasrat untuk mentaati peraturan-Mu, melebihi keinginan menjadi kaya. Jagalah aku supaya jangan mengejar yang sia-sia, berilah aku hidup menurut kehendak-Mu” (ay. 36-37 BIS).

Kekayaan sejati yang berupa ketaatan adalah milik semua orang yang berjalan bersama Tuhan. —David McCasland

Tuhanku, aku bertekad tiap hari untuk bersandar pada kebenaran firman-Mu yang tak berubah dan bertumbuh dalam persekutuanku dengan-Mu, satu-satunya ukuran keberhasilan dalam hidup ini dan hidup kekal yang akan datang.

Sukses berarti mengenal dan mengasihi Allah.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 17-18; Yohanes 3:19-36

Ke Mana Kita Bersandar?

Selasa, 12 Mei 2015

Ke Mana Kita Bersandar?

Baca: 2 Samuel 9

9:1 Berkatalah Daud: "Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan."

9:2 Adapun keluarga Saul mempunyai seorang hamba, yang bernama Ziba. Ia dipanggil menghadap Daud, lalu raja bertanya kepadanya: "Engkaukah Ziba?" Jawabnya: "Hamba tuanku."

9:3 Kemudian berkatalah raja: "Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul? Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah." Lalu berkatalah Ziba kepada raja: "Masih ada seorang anak laki-laki Yonatan, yang cacat kakinya."

9:4 Tanya raja kepadanya: "Di manakah ia?" Jawab Ziba kepada raja: "Dia ada di rumah Makhir bin Amiel, di Lodebar."

9:5 Sesudah itu raja Daud menyuruh mengambil dia dari rumah Makhir bin Amiel, dari Lodebar.

9:6 Dan Mefiboset bin Yonatan bin Saul masuk menghadap Daud, ia sujud dan menyembah. Kata Daud: "Mefiboset!" Jawabnya: "Inilah hamba tuanku."

9:7 Kemudian berkatalah Daud kepadanya: "Janganlah takut, sebab aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu; aku akan mengembalikan kepadamu segala ladang Saul, nenekmu, dan engkau akan tetap makan sehidangan dengan aku."

9:8 Lalu sujudlah Mefiboset dan berkata: "Apakah hambamu ini, sehingga engkau menghiraukan anjing mati seperti aku?"

9:9 Lalu raja memanggil Ziba, hamba Saul itu, dan berkata kepadanya: "Segala sesuatu yang adalah milik Saul dan milik seluruh keluarganya kuberikan kepada cucu tuanmu itu.

9:10 Engkau harus mengerjakan tanah baginya, engkau, anak-anakmu dan hamba-hambamu, dan harus membawa masuk tuaiannya, supaya cucu tuanmu itu ada makanannya. Mefiboset, cucu tuanmu itu, akan tetap makan sehidangan dengan aku." Ziba mempunyai lima belas orang anak laki-laki dan dua puluh orang hamba.

9:11 Berkatalah Ziba kepada raja: "Hambamu ini akan melakukan tepat seperti yang diperintahkan tuanku raja kepadanya." Dan Mefiboset makan sehidangan dengan Daud sebagai salah seorang anak raja.

9:12 Mefiboset mempunyai seorang anak laki-laki yang kecil, yang bernama Mikha. Semua orang yang diam di rumah Ziba adalah hamba-hamba Mefiboset.

9:13 Demikianlah Mefiboset diam di Yerusalem, sebab ia tetap makan sehidangan dengan raja. Adapun kedua kakinya timpang.

Aku pasti akan menunjukkan kasihku kepadamu oleh karena Yonatan, ayahmu. —2 Samuel 9:7

Ke Mana Kita Bersandar?

Sungguh upacara pemakaman yang indah!” ujar Cindy saat kami berjalan pulang. Helen, sahabat kami, baru saja meninggal dunia. Sahabat-sahabatnya bergiliran mengenang dirinya dengan berbagi cerita tentang sifat Helen yang ceria. Namun kehidupan Helen tak hanya dihiasi canda dan tawa. Keponakannya menceritakan tentang iman Helen dalam Yesus dan kepeduliannya terhadap sesama. Keponakan itu pernah tinggal di rumah Helen saat ia masih muda dan menghadapi banyak masalah. Sekarang di usia duapuluhan, ia bercerita tentang Bibi Helen yang disayanginya, “Ia sudah seperti seorang ibu bagiku. Ia tak pernah meninggalkanku di masa-masa sulitku. Aku yakin, kalau bukan karena dirinya, aku mungkin telah kehilangan imanku.” Suatu pengaruh yang sangat dahsyat! Helen bersandar kepada Yesus dan rindu keponakannya dapat mempercayai Yesus juga.

Dalam Perjanjian Lama, kita membaca bahwa Raja Daud membawa Mefiboset untuk tinggal di rumahnya. Daud hendak menunjukkan kebaikan kepada Mefiboset karena ayah pemuda itu adalah Yonatan (sahabat Daud yang telah meninggal; lihat 2Sam. 9:1). Ketika masih kecil, Mefiboset pernah menjadi timpang saat pengasuhnya menjatuh-kannya ketika mereka berusaha melarikan diri setelah mendapat berita bahwa Yonatan telah terbunuh (4:4). Ia merasa terkejut karena sang raja menghiraukannya; ia bahkan menyebut dirinya sebagai “anjing mati” (9:8). Namun raja memperlakukan Mefiboset seperti putranya sendiri (9:11).

Saya ingin menjadi orang seperti itu—seseorang yang peduli kepada sesama dan membantu mereka tetap berpegang pada iman dalam Yesus bahkan ketika mereka telah merasa putus asa terhadap hidup ini. Bagaimana denganmu? —Anne Cetas

Tuhan, Engkau menunjukkan kebaikan-Mu yang terbesar dengan menyelamatkan kami ketika kami tenggelam dalam dosa. Kiranya kehidupan kami ditandai dengan kebaikan agar orang lain bisa melihat Engkau di dalam diri kami.

Allah lebih sering berkarya dengan memakai manusia untuk melayani sesamanya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 15-16; Yohanes 3:1-18

Tak Ada yang Terlalu Sepele

Minggu, 10 Mei 2015

Tak Ada yang Terlalu Sepele

Baca: Yesaya 49:13-18

49:13 Bersorak-sorailah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung! Sebab TUHAN menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas.

49:14 Sion berkata: "TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku."

49:15 Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.

49:16 Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.

49:17 Orang-orang yang membangun engkau datang bersegera, tetapi orang-orang yang merombak dan merusak engkau meninggalkan engkau.

49:18 Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua berhimpun datang kepadamu. Demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN, sungguh, mereka semua akan kaupakai sebagai perhiasan, dan mereka akan kaulilitkan, seperti yang dilakukan pengantin perempuan.

Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. —Mazmur 103:13

Tak Ada yang Terlalu Sepele

Beberapa ibu yang anak-anaknya masih kecil sedang berbagi pengalaman tentang doa-doa mereka yang terjawab. Salah seorang dari mereka berkata bahwa ia merasa agak egois karena telah mengusik Allah dengan urusan pribadinya. “Dibandingkan dengan besarnya urusan di dunia ini yang harus Allah pikirkan,” paparnya, “keadaanku tentu terlihat sepele bagi-Nya.”

Beberapa waktu kemudian, anak dari ibu itu mendatangi ibunya dengan berlari sambil menjerit-jerit karena jari kecilnya baru saja terjepit pintu. Ibu itu tidak mengatakan, “Kamu itu egois sekali, cuma karena jarimu terjepit pintu, kamu mengganggu Ibu!” Sang ibu justru memperhatikan masalah anaknya itu dengan kasih sayang dan kelemahlembutan.

Seperti diingatkan oleh Mazmur 103:13, inilah respons penuh kasih yang diberikan baik oleh manusia maupun oleh Allah. Dalam Yesaya 49, Allah mengatakan, sekalipun seorang ibu mungkin lupa memperhatikan anaknya, Tuhan tidak akan melupakan anak-anak-Nya (ay.15). Allah meyakinkan umat- Nya, “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (ay.16).

Kedekatan dengan Allah seperti itu dimiliki oleh mereka yang takut akan Dia dan yang bergantung kepada-Nya daripada bergantung pada diri sendiri. Sama seperti anak yang jarinya terjepit tadi berlari kepada ibunya, demikian juga kita dapat berlari kepada Allah untuk menceritakan masalah kita sehari-hari.

Allah kita yang penuh belas kasihan tidak akan mengabaikan orang lain demi merespons permohonan kita. Dia memiliki waktu dan kasih yang tak terbatas bagi setiap anak-Nya. Tidak ada urusan yang terlalu sepele bagi-Nya. —Joanie Yoder

Engkau bersukacita karena aku, ya Tuhan, dan menenangkanku dengan kasih-Mu. Engkau bersukacita karena diriku, bagai seorang ibu menyanyikan lagu pengantar tidur untuk anaknya. Terima kasih untuk kasih-Mu yang lembut bagiku.

Allah menggenggam anak-anak-Nya dengan telapak tangan-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 10-12; Yohanes 1:29-51

Photo credit: Merve illeux / Foter / CC BY

Mengingatkan Orang Lain

Sabtu, 9 Mei 2015

Mengingatkan Orang Lain

Baca: Titus 3:1-8

3:1 Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa, taat dan siap untuk melakukan setiap pekerjaan yang baik.

3:2 Janganlah mereka memfitnah, janganlah mereka bertengkar, hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang.

3:3 Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian, keji, saling membenci.

3:4 Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia,

3:5 pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,

3:6 yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,

3:7 supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

3:8 Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.

Ingatkanlah [umat] supaya . . . mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. Titus —3:1-2

Mengingatkan Orang Lain

Sepanjang satu minggu, biasanya ada banyak dari kita yang menerima sejumlah e-mail yang mengingatkan tentang janji atau acara mendatang atau permohonan doa. Semua hal itu merupakan pengingat yang baik dan perlu. Ketika menuliskan suratnya kepada Titus, Paulus mengakhirinya dengan berkata, “Ingatkanlah mereka . . .” (3:1). Kita bisa menduga dari kata yang digunakan Paulus bahwa ia sudah pernah menulis tentang hal-hal tersebut. Karena hal-hal itu begitu penting bagi jemaat di gereja, ia perlu menuliskannya kembali supaya mereka tidak lupa.

Perhatikan pesan yang ditekankan oleh Paulus supaya tidak dilupakan oleh mereka. Ia mengingatkan mereka, yang saat itu hidup di bawah penindasan pemerintahan Romawi, untuk “tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa” (ay.1). Adalah penting mereka dikenal sebagai orang-orang yang taat; bersedia melakukan pekerjaan yang baik; tidak memfitnah; tidak bertengkar; bersikap ramah dan lemah lembut; rendah hati dan tidak suka mengeluh. Perilaku mereka harus menunjukkan perubahan dalam hidup mereka setelah mengikut Kristus (ay. 3-5).

Bagaimana mereka—dan kita—dapat melakukannya? “Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus” akan memampukan kita untuk “sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik” (ay.5-6,8). Oleh anugerah keselamatan yang ajaib di dalam Yesus, kita dimampukan untuk mempengaruhi dunia ini demi kebaikan. Itulah pengingat yang kita semua perlukan. —Dave Branon

Tuhan, ingatkan betapa pentingnya kami menaati-Mu dan memperlakukan orang lain sebagaimana kami sendiri ingin diperlakukan. Ingatkan kami bahwa keselamatan-Mu memampukan kami menjalani hidup sebagai terang dalam dunia yang gelap.

Kehidupan seorang Kristen adalah jendela, yang melaluinya orang lain dapat melihat Yesus.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 7-9; Yohanes 1:1-28

Roda Berderit

Kamis, 7 Mei 2015

Roda Berderit

Baca: Lukas 18:1-8

18:1 Yesus mengatakan suatu perumpamaan kepada mereka untuk menegaskan, bahwa mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.

18:2 Kata-Nya: "Dalam sebuah kota ada seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun.

18:3 Dan di kota itu ada seorang janda yang selalu datang kepada hakim itu dan berkata: Belalah hakku terhadap lawanku.

18:4 Beberapa waktu lamanya hakim itu menolak. Tetapi kemudian ia berkata dalam hatinya: Walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati seorangpun,

18:5 namun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan akhirnya menyerang aku."

18:6 Kata Tuhan: "Camkanlah apa yang dikatakan hakim yang lalim itu!

18:7 Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang siang malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka?

18:8 Aku berkata kepadamu: Ia akan segera membenarkan mereka. Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?"

Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. —Yakobus 5:16

Roda Berderit

Ketika masih kanak-kanak, saya biasa menaiki sepeda untuk pergi ke sekolah yang jaraknya jauh dari rumah. Apabila terdengar suara derit dari roda sepeda, saya pun diingatkan untuk segera memberinya pelumas.

Dalam Lukas 18, kegigihan si janda yang memohon kepada hakim untuk diberi keadilan terhadap lawannya mungkin terdengar seperti “roda berderit” yang baru berhenti setelah ia mendapatkan hasil yang diinginkannya. Lukas menjelaskan bahwa Yesus menceritakan kisah ini untuk mengajar kita tentang perlunya berdoa secara terus-menerus dan tidak menyerah, bahkan jika kelihatannya doa kita tak segera memperoleh jawaban (ay.1-5).

Tentu saja Allah bukanlah seperti hakim lalim yang harus diusik begitu rupa agar Dia menanggapi doa kita. Allah adalah Bapa kita yang penuh kasih, yang mempedulikan dan mendengarkan seruan kita kepada-Nya. Doa yang gigih dan terus-menerus mendekatkan kita kepada-Nya. Itu mungkin membuat kita terdengar seperti bunyi roda yang berderit, tetapi Tuhan menyambut doa kita dan mendorong kita untuk mendekat kepada-Nya dengan seruan kita. Dia mendengarkan kita dan akan memberi kita pertolongan dengan cara-cara yang mungkin tak pernah kita bayangkan.

Sebagaimana yang Yesus ajarkan dalam Matius 6:5-8, doa yang terus-menerus tidak berarti harus panjang hingga “bertele-tele”. Sebaliknya, saat kita menyatakan apa yang kita perlukan kepada Allah “siang malam” (Luk. 18:7) dan berjalan bersama Dia yang telah mengetahui apa yang kita perlukan itu, kita belajar untuk mempercayai Allah dan menanti jawaban-Nya dengan sabar. —Lawrence Darmani

Tuhan, kami tahu Engkau sungguh baik. Engkau rindu kami datang kepada-Mu dalam doa. Terima kasih untuk perhatian-Mu atas setiap aspek kehidupan kami. Tolonglah kami untuk menanti dengan sabar jawaban dari-Mu dan menerima apa pun yang Engkau berikan padaku.

Jangan menyerah—Allah masih mendengarkan doamu!

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 1-3; Lukas 24:1-35

Photo credit: Jason Pier in DC / Foter / CC BY-NC

Belajar Melalui Penderitaan

Rabu, 6 Mei 2015

Belajar Melalui Penderitaan

Baca: Mazmur 119:65-80

119:65 Kebajikan telah Kaulakukan kepada hamba-Mu, ya TUHAN, sesuai dengan firman-Mu.

119:66 Ajarkanlah kepadaku kebijaksanaan dan pengetahuan yang baik, sebab aku percaya kepada perintah-perintah-Mu.

119:67 Sebelum aku tertindas, aku menyimpang, tetapi sekarang aku berpegang pada janji-Mu.

119:68 Engkau baik dan berbuat baik; ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.

119:69 Orang yang kurang ajar menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang titah-titah-Mu.

119:70 Hati mereka tebal seperti lemak, tetapi aku, Taurat-Mu ialah kesukaanku.

119:71 Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.

119:72 Taurat yang Kausampaikan adalah baik bagiku, lebih dari pada ribuan keping emas dan perak.

119:73 Tangan-Mu telah menjadikan aku dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.

119:74 Orang-orang yang takut kepada-Mu melihat aku dan bersukacita, sebab aku berharap kepada firman-Mu.

119:75 Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan.

119:76 Biarlah kiranya kasih setia-Mu menjadi penghiburanku, sesuai dengan janji yang Kauucapkan kepada hamba-Mu.

119:77 Biarlah rahmat-Mu sampai kepadaku, supaya aku hidup, sebab Taurat-Mu adalah kegemaranku.

119:78 Biarlah orang-orang yang kurang ajar mendapat malu, karena mereka berlaku bengkok terhadap aku tanpa alasan; tetapi aku akan merenungkan titah-titah-Mu.

119:79 Biarlah berbalik kepadaku orang-orang yang takut kepada-Mu, orang-orang yang tahu peringatan-peringatan-Mu.

119:80 Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu, supaya jangan aku mendapat malu.

Aku tahu, ya TUHAN, bahwa hukum-hukum-Mu adil, dan bahwa Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan. —Mazmur 119:75

Belajar Melalui Penderitaan

Dalam buku berjudul The Problem of Pain (Problema Penderitaan), C. S. Lewis menyatakan bahwa “Kepada kita, Allah berbisik dalam kesenangan kita, berbicara dalam kesadaran kita, tetapi berseru dalam penderitaan kita: Penderitaan adalah pengeras suara-Nya untuk membangkitkan dunia yang tuli.” Penderitaan sering menolong untuk mengembalikan fokus kita. Pikiran kita dialihkan dari situasi yang terjadi di sekitar kita supaya kita dapat mendengarkan Allah dan karya-Nya dalam hidup kita. Hidup kita sehari-hari diubah menjadi suatu pelajaran iman.

Di Perjanjian Lama, kita membaca bagaimana sang pemazmur menjaga hatinya agar senantiasa siap diajar, bahkan dalam situasi yang menyakitkan. Ia menerima keadaannya sebagai rancangan Allah, dan dalam penyerahan diri ia berdoa, “Engkau telah menindas aku dalam kesetiaan” (Mzm. 119:75). Nabi Yesaya melihat penderitaan sebagai suatu proses pemurnian: “Sesungguhnya, Aku telah memurnikan engkau, namun bukan seperti perak, tetapi Aku telah menguji engkau dalam dapur kesengsaraan” (Yes. 48:10). Dan Ayub, meskipun meratap, belajar tentang kedaulatan dan kebesaran Allah melalui kesulitannya (Ayb. 40-42).

Kita tidaklah sendirian dalam pengalaman penderitaan. Allah sendiri mengambil rupa sebagai manusia dan menderita dengan luar biasa: “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya” (1Ptr. 2:21). Kristus yang pernah dipaku pada kayu salib itu tidak jauh dari kita. Dia akan menghibur dan mengajar kita di tengah penderitaan kita. —Dennis Fisher

Tuhan, terkadang hidup ini sulit. Kuakui, aku tak selalu melihat maksud-Mu di dalam pencobaanku. Tolonglah aku untuk mempercayai-Mu, dan ajarlah aku untuk menjadi pribadi yang Engkau kehendaki.

Kita belajar untuk percaya di tengah pencobaan yang mendera.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 21-22; Lukas 23:26-56

Photo credit: DeveionPhotography / Foter / CC BY

Hati yang Bersukacita

Selasa, 5 Mei 2015

Hati yang Bersukacita

Baca: Yohanes 15:1-11

15:1 "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.

15:2 Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

15:3 Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu.

15:4 Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.

15:5 Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

15:6 Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.

15:7 Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.

15:8 Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku."

15:9 "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.

15:10 Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.

15:11 Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh.

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. —Yohanes 15:11

Hati yang Bersukacita

Sambil menunggu di ruang tunggu keberangkatan di Bandara Changi, Singapura, saya memperhatikan satu keluarga muda yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak laki-laki mereka yang berusia kira-kira 6 tahun. Ruang tunggu itu penuh sesak, dan mereka sedang mencari tempat untuk duduk. Tiba-tiba anak kecil itu mulai menyanyikan “Joy to the World” (Kesukaan Bagi Dunia) dengan lantang. Mengingat usianya, saya sangat terkesan akan kemampuannya menghafal lirik lagu tersebut.

Yang lebih menarik perhatian saya adalah raut wajah anak laki-laki tersebut—senyumnya yang berseri-seri sungguh cocok dengan lirik lagu yang dinyanyikannya. Ia telah menyerukan sukacita dari Kristus yang telah datang kepada setiap orang di ruang tunggu itu.

Sukacita itu tidak hanya dimiliki oleh anak-anak yang ceria atau hanya terjadi pada masa-masa menjelang Natal. Luapan sukacita karena mengalami kehadiran Kristus dalam hidup kita menjadi salah satu tema dari pengajaran terakhir Yesus kepada para murid pada malam sebelum Dia mati di kayu salib. Dia mengungkapkan kasih-Nya yang berlimpah atas mereka—bahwa Dia telah mengasihi mereka, sama seperti Bapa telah mengasihi Dia (Yoh. 15:9). Setelah menjelaskan tentang bentuk dari hubungan yang abadi tersebut, Yesus berkata, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” (ay.11).

Janji yang sangat menakjubkan! Melalui Yesus Kristus, hati kita dapat dipenuhi dengan sukacita—sukacita yang sejati! —Bill Crowder

Ya Tuhan, Engkau telah memilihku dan menebusku, serta melingkupiku dengan kasih dan sayang. Tiada yang dapat kulakukan selain meluap dengan sukacita karena kasih-Mu yang besar bagiku, bagi mereka yang kukasihi, dan bagi dunia.

Di tiap musim kehidupan, kita dapat mengalami sukacita di dalam Kristus.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 19-20; Lukas 23:1-25

Pernikahan Terbaik Dalam Sejarah

Senin, 4 Mei 2015

Pernikahan Terbaik Dalam Sejarah

Baca: Wahyu 21:1-8

21:1 Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan lautpun tidak ada lagi.

21:2 Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

21:3 Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

21:4 Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu."

21:5 Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firman-Nya: "Tuliskanlah, karena segala perkataan ini adalah tepat dan benar."

21:6 Firman-Nya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-cuma dari mata air kehidupan.

21:7 Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku.

21:8 Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua."

Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. —Wahyu 19:7

Pernikahan Terbaik Dalam Sejarah

Sejak 800 tahun yang lalu, sebuah kebiasaan baru telah ditambahkan pada upacara pernikahan Yahudi. Pada bagian paling akhir, si pengantin pria akan menginjak sebuah gelas anggur sampai remuk. Salah satu alasan untuk kebiasaan itu adalah bahwa remuknya gelas melambangkan kehancuran bait suci pada tahun 70 M. Suami-istri baru itu perlu mengingat bahwa di saat mereka mulai membangun rumah tangga mereka, rumah Allah telah dihancurkan.

Meskipun demikian, hal itu tidak berarti bahwa Allah itu tidak memiliki tempat tinggal. Dia telah memilih tempat tinggal baru, yaitu di dalam diri kita, para pengikut-Nya. Kitab Suci menggambarkan orang percaya sebagai mempelai Kristus sekaligus bait tempat Allah berdiam. Allah sedang mengumpulkan seluruh umat-Nya untuk membangun sebuah rumah baru yang akan menjadi tempat kediaman-Nya yang permanen. Sementara itu, Dia juga sedang menyiapkan sang mempelai dan merancang pernikahan yang melibatkan seluruh anggota keluarga Allah yang ada sejak permulaan zaman.

Kita mendapat peran yang mudah meskipun terkadang menyakitkan. Kita bekerja sama dengan Allah di dalam karya-Nya untuk membentuk kita agar semakin serupa dengan Anak-Nya, Yesus. Kemudian suatu hari nanti, dalam pernikahan terbaik di sepanjang sejarah, Tuhan akan menempatkan kita di hadapan diri-Nya tanpa cacat atau kerut. Kita akan menjadi kudus dan tidak bercela (Ef. 5:27). Pernikahan ini akan menghapus semua kesedihan dan penderitaan. —Julie Ackerman Link

Sempurnakan ciptaan-Mu; basuh noda dan cela; tunjukkanlah bumi baru yang penuh bahagia. —Wesley (Kidung Jemaat, No. 58)

Kedatangan Yesus kembali itu sudah pasti.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 16-18; Lukas 22:47-71