5 Alasan Mengapa Reformasi Protestan Masih Berarti

Hari ini, 31 Oktober, kita memperingati peristiwa Reformasi Gereja yang dilakukan oleh Martin Luther. Inilah lima alasan mendasar mengapa kesaksian, kepercayaan, dan pendirian Luther mengenai teologi dan praktiknya masih berpengaruh hingga saat ini.

Aku dan Depresi

Ketika depresi menghadang, rasanya begitu berat untuk kita mengarahkan pandangan ke atas. Kita selalu terdorong untuk melihat ke bawah, melihat ke segala aspek buruk yang menimpa kita, hingga kita pun merasa tiada lagi jalan keluar untuk kita.

Tetapi, apapun penyebab depresimu, dan apapun kondisimu saat ini, ketahuilah kamu tidak sendirian. Izinkanlah Tuhan menuntunmu, maka Dia akan memberimu kekuatan.

Gembala yang Baik

Ilustrasi dan cerita oleh: Stella Yohanna (@letstakeanap_id)

Kita tidak asing dengan cerita tentang domba dan gembala yang Alkitab sebutkan. Tapi, pernahkah kita sungguh merenungkan, seberapa taatkah kita pada tuntunan Sang Gembala?

Kadang kita ragu akan tuntunan Sang Gembala, kita merasa jauh lebih tahu akan apa yang terbaik buat kita, tetapi Alkitab berkata: “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri” (Yesaya 53:6).

Namun, kita sungguh diberkati! Meski kita tidak setia, Sang Gembala selalu setia. Dia menyembuhkan yang terluka, mencari yang hilang, melindungi dari serangan hewan buas, dan selalu menuntun kita ke padang rumput yang subur dan baik.

Yuk bagikan kisah ini ke teman-temanmu dan ajaklah mereka untuk sama-sama memperbaharui komitmen mereka mengikuti Sang Gembala Baik dengan setia.

Fakta – Fakta Seputar Depresi

Sobat muda, tidak seorang pun yang kebal dari depresi. Pergumulan hidup yang menumpuk dan membebani bisa memicu kita untuk terjatuh ke dalam depresi. Yuk simak infografik berikut ini:

Sumber dihimpun dari: WHO, Alodokter, CNN Indonesia, dan Detik.com

Yang Jangan dan Harus Dikatakan Ketika Temanmu sedang Berbeban Berat

Bagaimana kita merespon teman-teman kita yang berbeban berat, putus asa, dan berpikir untuk bunuh diri saja? Mungkin kita kebingungan mencari kata-kata yang tepat, yang bisa menolong mereka untuk memahami bahwa kita bermaksud baik: kita mau ada dan menolong mereka. Bagaimanakah kita memastkan bahwa kata-kata kita mengandung kasih dan anugerah?

Kami mengajakmu untuk bersma-sama menjelajahi kata dan kalimat yang bisa kita ungkapkan untuk mendukung, mendorong, dan mengingatkan teman kita bahwa mereka tidak sendirian dalam pertempuran ini.

5 Pertanyaan Ketika Kamu Dilanda Kebimbangan

Apakah kamu merasa bimbang? Seolah seluruh kehidupanmu di masa depan tergantung pada keputusan yang kamu buat hari ini?

Mungkin kamu bingung kampus mana yang ingin kamu pilih, jurusan mana yang ingin kamu ambil, pekerjaan mana yang ingin kamu lamar, bertahan atau keluar dari pekerjaanmu sekarang. Atau, mungkin juga kamu berpikir untuk berpacaran, atau bahkan menikah. Apakah akibat dari semua keputusan ini? Bagaimana kita dapat tahu mana yang terbaik?

Jika saat ini kamu merasa bimbang dan seolah berada di persimpangan jalan, inilah lima pertanyaan yang bisa menolongmu:

1. Apakah yang Alkitab katakan?

Tuhan memberikan Alkitab buat kita. Alkitab adalah firman-Nya yang cukup untuk memperlengkapi kita di segala situasi yang kita hadapi (2 Timotius 3:16-17).

Ada beberapa situasi yang Alkitab katakan dengan lugas. Contohnya: perzinahan secara jelas dilarang (Matius 5:27-28), juga memandang muka (Yakobus 2:8-9). Kita pun diberikan arahan yang bisa kita aplikasikan hampir di seluruh keputusan yang akan kita ambil. Bersedialah mengampuni (Matius 18:21-22), saling mengasihi (1 Petrus 4:8), hidup di dalam Kristus serta bertumbuh dan berakar di dalam-Nya (Kolose 2:6-7).

Apakah Alkitab memberimu arahan yang jelas untuk situasi yang tengah kamu hadapi saat ini? Jika ya, doakan dan ikutilah arahan yang Tuhan telah berikan itu. Jika tidak, inilah beberapa pertanyaan lain yang dapat menolongmu.

2. Sudahkah kamu memeriksa motivasi hatimu?

Saat kita bergumul akan ketidakpastian masa depan, kita juga harus memeriksa dengan saksama motivasi hati kita. Kita perlu menggali lebih dalam dan menemukan apakah emosi kita turut mengendalikan diri kita.

Apakah kita memutuskan sesuatu karena takut? Apakah kita mengejar sesuatu agar bisa diterima teman-teman kita? Atau, apakah kita membalas perbuatan seseorang berdasarkan apa yang mereka lakukan pada kita?

Alkitab mengingatkan kita, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan” (Amsal 4:23).

Yuk kita berdoa, memohon pertolongan dan pengampunan Tuhan saat kita mengatasi emosi-emosi yang buruk ataupun berdosa dalam diri kita.

Apapun keputusan yang kita ambil, kiranya itu datang dari pikiran yang jernih dan motivasi hati yang murni.

3. Apakah kamu mendoakannya?

“Tetaplah berdoa,” Paulus mengingatkan kita (1 Tesalonika 5:17). Ketika menghadapi situasi yang sulit, bukankah seharusnya kita berdoa pula?

Kita dapat berdoa memohon hati yang tahir saat kita membuat keputusan (Mazmur 51:10).

Kita dapat berdoa memohon hikmat yang Tuhan berikan dengan murah hati (Yakobus 1:5).

Kita dapat berdoa memohon bimbingan Roh Kudus (Yohanes 14:26).

Kita dapat berdoa memohon kekuatan untuk mengambil keputusan (Ibrani 13:6).

Kita dapat memohon kedamaian di tengah ketidakpastian (Yohanes 14:27).

Kita juga dapat mendoakan hal-hal detail lainnya terkait keputusan kita. Tuhan mengetahui segala hal, termasuk yang kita sendiri tidak ketahui. Dan ketika berdoa, kita diingatkan bahwa Tuhan beserta kita. Tuhan akan memberi kita apa yang kita butuhkan.

4. Sudahkah kita mencari nasihat bijak?

Orang Kristen tidak lagi berjalan sendirian. “Kita bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” (Efesus 2:19).

Kita dapat menjumpai saudara seiman yang memiliki wawasan dan pengalaman yang kita sendiri tak punya. Mereka bisa memberikan kita nasihat atau sudut pandang yang kita tidak pikirkan. Dan yang lebih penting, mereka bisa mendukung kita dalam doa. “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:20).

5. Percayakah kamu pada rancangan Tuhan?

Pada akhirnya, marilah kita selalu mengingat bahwa ketika kita tidak tahu apa yang akan terjadi kelak, Tuhan sanggup. Meskipun kita merasa sudah mengambil keputusan yang terbaik dalam situasi ini, sekarang kita mungkin tidak dapat melihat apa dampaknya kelak.

Tapi, itu tidak masalah. Tuhan tahu keterbatasan kita. Tuhan selalu membimbing kita. Apapun keputusan yang kita ambil, jalan mana yang kita pilih…Tuhan tahu. Tuhan akan berjalan bersama kita di setiap langkah kaki kita, dan Dia akan menjadikan segala sesuatunya indah pada waktu-Nya (Amsal 3:5-6).

5 Tips Persahabatan yang Sehat

Ilustrasi oleh: Barbara Jenjaroentham (@barbsiegraphy)

Kita diciptakan untuk bersahabat. Sahabat yang sejati ada bersama kita di tengah kesulitan, mendoakan kita ketika kita terlalu lemah untuk berdoa bagi diri kita sendiri, dan dengan lembut mengarahkan kita kepada arah yang benar ketika kita berjalan menyimpang terlalu jauh.

Membangun persahabatan yang erat, terkhusus yang berpusat kepada Kristus, membutuhkan pengorbanan dan investasi waktu, dan mungkin terkadang juga membuat kita merasa tidak nyaman. Tetapi, terlepas dari harga yang harus kita bayarkan itu, adalah berharga untuk menabur benih-benih kasih yang akan menumbuhkan persahabatan hingga akhir hayat.

Seberapa dalam kisah persahabatanmu? Yuk ikuti kisah yang kami buat ini untuk mendorongmu membangun kisah persahabatan yang berpusat pada Kristus.


Yuk kita memulai obrolan yang lebih dalam dengan sahabat kita. Kita bisa memulainya dengan bertanya “Apa kabarmu?” lalu, perlahan tanyakanlah padanya bagaimana kehidupan rohaninya, atau bagaimana saat teduhnya bersama Tuhan selama ini.

Pertanyaan yang diungkapkan dengan jujur seperti ini bisa menolong ikatan persahabatan kita kian erat, dan juga menumbuhkan kehidupan rohani kita. Alkitab berkata hendaknya kita tidak hanya mementingkan kepentingan kita pribadi, tapi juga kepentingan orang lain (Filipi 2:4). Sebuah obrolan sederhana seperti ini bisa menjadi awal yang baik untuk mempraktikkan firman tersebut.


Jadilah seorang sahabat yang bersedia menolong dengan tindakan nyata. Seringkali lebih mudah untuk mengirim chat kepada teman yang sakit, “Cepat sembuh ya. Istirahatlah.” Tapi, akan terasa lebih manis apabila kita dapat datang menjenguknya dengan membawa makanan dan melihatnya secara langsung.

Memang tidak mudah untuk meluangkan waktu di tengah jadwal kita yang sibuk. Tapi, kita bisa meluangkan satu atau dua jam kita untuk menengok yang sakit, atau mengorbankan akhir pekan kita untuk menolong teman yang sedang pindahan rumah.

Tindakan nyata berbicara lebih kuat daripada kata-kata. Satu aksi nyata kita akan lebih bermakna dibandingkan untaian kata tanpa perbuatan. Alkitab mengatakan berdua lebih baik daripada seorang diri, sebab apabila yang seorang jatuh, yang lain dapat menolongnya (Pengkhotbah 4:9-10).


Kita sering didorong untuk “mengikuti kata hati kita” ketika kita harus memutuskan apa yang hendak kita raih. Tetapi, apa yang terjadi jika pilihan kita itu membawa kita kepada kehancuran?

Dalam masa seperti ini, maukah kita memberanikan diri untuk menegur dengan lembut sahabat kita, agar dia kembali kepada jalan firman Tuhan? Atau, jika keadaannya dibalik, bersediakah kita menerima nasihat dari sahabat kita yang pedui akan kita, meskipun itu membuat kita merasa tidak nyaman?

Alkitab mengatakan, “Seorang kawan memeluk dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah” (Amsal 27:6).

Menerima dan memberi nasihat mungkin membuat kita tidak nyaman, tetapi sahabat yang sejati akan selalu melakukan yang terbaik untuk kebaikan sahabatnya.


Persahabatan membutuhkan kejujuran, tetapi seringkali kita mengelak dari masalah-masalah yang menghinggapi kita. Agaknya lebih mudah untuk bersikap pura-pura seolah semuanya baik-baik saja, padahal kenyataannya tidak. Mungkin ketakutan bahwa kita terlihat tidak sempurna membuat kita enggan menceritakan masalah kita kepada sahabat kita. Atau, kita pun takut kalau-kalau masalah kita akan tersebar.

Tetapi, sahabat yang tulus, jujur, dan terbuka menolong kita untuk membagikan kerapuhan diri kita tanpa perlu khawatir. Marilah kita belajar untuk mengembangkan persahabatan seperti ini, di mana kita bisa datang bersama-sama dengan segala kekurangan kita, mengakui dosa dan saling mendoakan (Yakobus 5:16).


Terkadang kita bingung bagaimana harus menanggapi sahabat kita yang sedang bergumul. Mungkin kita tidak pernah mengalami apa yang mereka alami, atau kita tidak mau salah bicara yang takutnya malah menyakiti mereka. Kata-kata bisa salah, tetapi kita bisa mendoakan mereka yang mungkin juga terlalu lemah untuk berdoa.

Kita tahu bahwa kita tidak dapat menyelesaikan masalah sahabat kita, tetapi melalui doa kita mengakui ada Tuhan yang lebih dari sanggup untuk melakukan melampaui apa yang kita minta atau pikirkan (Efesus 3:20).

Langit Menceritakan Kemuliaan Allah

Kontribusi foto oleh: Putra Anugerah(@putra_ge)

Bulan ini, Indonesia merayakan hari kemerdekaannya yang ke-74. Sepanjang tahun inilah Tuhan telah menyertai perjalanan bangsa kita, dan aku percaya Tuhan ‘kan tetap menyertai dan memberkati bangsa ini.

Aku lahir dan besar di Jakarta. Ibu kota negeri ini yang seringkali disebut dengan kota yang macet, padat, dan juga penuh polusi. Kalau melirik ke hal-hal buruknya, mungkin akan ada lusinan hal yang bisa dikeluhkan. Tapi, meski begitu, di balik segala hal yang terkesan buruk, tentulah ada hal baik yang patut disyukuri.

Ketika tubuh ini telah letih bekerja seharian, aku menengadah ke langit. Aku melihat gugusan awan yang berpendar terkena cahaya jingga matahari senja. Kupikir ada banyak keajaiban yang langit suguhkan padaku, namun aku seringkali tidak menyadarinya. Kulihat matahari yang selalu terbit dan tenggelam, terlepas dari apapun keadaan cuaca. Awan-awan, yang kelihatannya mungkin hanya seperti gumpalan kapas nan ringan, rupa-rupanya adalah benda yang berat. Tatkala aku mencari tahu, kudapati jawaban bahwa bobot segumpal awan adalah sekitar 500 ton, atau setara dengan bobot 100 ekor gajah!

Waw! Aku terkagum. Matahari dan gumpalan awan nan berat itu melayang di angkasa, diciptakan, dan ditopang Allah sendiri! Allah menciptakan segala sesuatu dengan indah.

Merenungkan hal ini, aku diteguhkan bahwa jika Allah sanggup mengendalikan angkasa nan luas dan mendandaninya dengan sedemikian rupawan laksana senja yang kutatap hari ini, bukankah Dia juga sanggup memegang kendali atas bangsa kita dan juga hidup kita?

Mazmur 19:2 mengatakan demikian: “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.”

Aku percaya tangan Tuhan sedang merenda dan mengerjakan kebaikan di tengah bangsa kita. Namun, pertanyaannya adalah: maukah aku dan kamu dipakai-Nya untuk menjadi alat kebaikan-Nya, untuk menunjukkan keagungan, kemuliaan, dan kasih-Nya kepada segenap insan di bangsa ini?

Aku mau selalu mendoakan bangsaku, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanku juga (Yeremia 29:7).

Kisah Sebuah Benih

Ilustrasi dan cerita oleh: Stella Yohanna (@letstakeanap_id)

“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Korintus 15:58).

Sobat muda, ada kalanya kita merasa tidak cukup baik untuk mengerjakan tanggung jawab yang Tuhan sudah percayakan kepada kita. Namun, ingatlah selalu bahwa ketika Tuhan memberikan kepada kita suatu tanggung jawab untuk diemban, Dia jugalah yang akan memampukan kita. Bagian kita adalah melakukan yang terbaik untuk-Nya.

Bagikan kisah ini ke teman-temanmu dan ingatkanlah mereka untuk senantiasa bersemangat melakukan yang terbaik buat Tuhan.