Oleh Abyasat Tandirura, Toraja
Jarum jam menunjukkan pukul 17.35 WITA, ketika aku menerima kabar duka lewat messenger dari seorang temanku di SMA dulu. Rabu, 19 Februari 2020, Tuhan berkehendak memanggil pulang seorang teman yang kami kasihi dan dicintai oleh keluarganya. Ia merupakan teman seperjuanganku di bangku SMA hingga berkuliah di perguruan tinggi negeri yang sama di kota Makassar.
Lanjut baca...
Oleh Listiyani Chita Ellary.
Isu kesehatan mental dan komplikasinya adalah isu yang dulunya asing bagiku. Beberapa tahun yang lalu, aku belum mengenal arti pentingnya memiliki kesadaran soal merawat kesehatan mental bagi setiap orang, dan bagaimana kita bisa saling menolong untuk menjaga kewarasan rohani.
Lanjut baca...
Oleh Marcella Liem, Bekasi
Sejak tahun 2010 aku memiliki akun media sosial. Saat itu akun medsos pertama yang kumiliki adalah Friendster. Sebagai pribadi introver, hadirnya media sosial membantuku dalam berhubungan dengan orang lain karena tidak harus bertemu langsung.
Lanjut baca...
Oleh Noni Elina Kristiani, Banyuwangi.
Kebanyakan orang tidak suka dengan kesendirian. Apalagi di masa-masa pembatasan sosial seperti sekarang ini, banyak dari kita membatasi aktivitas di rumah saja, bergumul dengan hidup kita masing-masing, dan mungkin relasi kita dengan kawan yang tadinya karib menjadi renggang. Itulah kesan yang aku alami.
Lanjut baca...
Oleh Jessica Tanoesoedibjo, Jakarta
Satu hal yang sering menjadi pergumulanku secara pribadi adalah kecenderunganku untuk minder dan rendah diri. Mungkin hal ini adalah hal yang ironis, karena sepertinya di mata orang, hidupku baik-baik saja. Tuhan telah memberi aku keluarga yang baik, pekerjaan yang stabil, dan dalam ukuran dunia, memang aku hidup dalam kecukupan, dan bahkan kelimpahan.
Lanjut baca...
Oleh Olyvia Hulda, Sidoarjo.
Ketika kali pertama kamu mengenal Tuhan Yesus, masih ingatkah kamu bagaimana perasaanmu? Mungkin kamu merasa senang, rasa selalu ingin dekat dengan Tuhan, serta kerinduan untuk menghidupi pertobatanmu sangat kuat. Rasa-rasanya kita ingin selalu berbuat baik dan hidup berkenan pada-Nya.
Lanjut baca...
Oleh Aurora*, Jakarta
Aku ingat dengan jelas, malam itu aku mencoba bunuh diri. Setelah merantau beberapa tahun di Jakarta, aku merasa begitu depresi karena semua tekanan. Jakarta bukanlah kota yang mudah ditaklukkan. Kehidupannya begitu keras. Mulai dari tuntutan pekerjaan hingga persoalan relasi dengan teman-teman.
Lanjut baca...
Oleh Puput Ertiandani, Palu.
Dua tahun yang lalu, tepatnya di bulan September, aku mengalami kejadian yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku berada di Palu, Sulawesi Tengah ketika bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi tanah terjadi. Ketika aku merenungkan kembali kejadian itu, aku sadar betapa baiknya Tuhan.
Lanjut baca...
Oleh Riski Winner Lorenzo
Jarum jam terus berputar dan berdetak keras. Pandanganku gelap gulita. Malam yang sunyi sepi, pukul dua dini hari, dengan pikiran yang masih berkecamuk. Aku khawatir pada hal-hal yang seharusnya tidak perlu kukhawatirkan.
Lanjut baca...