Kami Mengarahkan Hati Kami Kepada Tuhan

Oleh Aris Budhiyanto

Itulah jawaban umat dalam liturgi pengutusan saat pendeta berkata, “Arahkanlah hatimu kepada Tuhan.”

Meskipun sudah bertahun-tahun aku mendengar dan mengucapkan kalimat tersebut, aku tidak sepenuhnya memahami makna dari mengarahkan hati kepada Tuhan. Namun, aku bersyukur Tuhan memberiku kesempatan untuk belajar mengarahkan hatiku kepada-Nya, khususnya selama setahun terakhir.

Tahun 2023 merupakan tahun yang kujalani dengan penuh pergumulan terkait dengan pasangan hidup dan kuliahku. Aku berharap mendapatkan pasangan yang takut akan Tuhan dan aku juga bisa menyelesaikan kuliahku. Namun, kenyataan berkata lain. Semuanya itu tidak terjadi hingga tahun 2023 berakhir. Teman yang kudoakan untuk menjadi pasangan hidup memutuskan untuk tetap menjadi teman; dan publikasi artikel, yang menjadi tiket kelulusan studiku, sampai saat ini belum nampak titik terangnya.

Dalam menjalani hari-hari itu, aku bertanya kepada Tuhan: apa yang salah dengan doa dan harapanku? Teman yang kudoakan bukanlah orang yang tidak baik, melainkan anak Tuhan yang sungguh-sungguh mau mencari Tuhan. Terkait studiku, aku setiap hari bekerja keras untuk bisa menyelesaikannya. Bukankah ketika studiku berjalan lancar dan aku lulus dengan hasil yang memuaskan, hal itu juga menjadi kemuliaan bagi Tuhan? Menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasiku membuatku kehilangan sukacita dan damai sejahtera, bahkan hingga kesulitan tidur. Terkadang rasa iri hati dan kecewa timbul di hatiku saat melihat teman-temanku berhasil menyelesaikan studi mereka, atau saat melihat teman-teman yang lain membagikan postingan mereka dengan keluarga kecil mereka.

Dalam menghadapi saat-saat itu, doa adalah satu-satunya senjata melawan perasaan itu sekaligus tempat perlindunganku. Aku belajar untuk berdoa dengan benar dengan membaca buku-buku dan mendengarkan podcast, bahkan aku bergabung dalam persekutuan doa di gereja. Mendoakan orang lain membuatku tidak lagi memfokuskan diri pada masalahku, melainkan aku belajar untuk memuliakan Tuhan, mengakui dosa-dosaku dan melihat bagaimana cara Tuhan bekerja menjawab doa-doa yang kami panjatkan. Aku mulai memeriksa hatiku kembali. Apakah benar semua yang kudoakan itu untuk kemuliaan Tuhan, atau aku justru berusaha menjamin kenyamanan hidupku dan memvalidasi kebahagiaanku dengan keluarga dan studi atau karir yang sukses? Melalui khotbah di gereja dan artikel yang aku baca, aku menyadari bahwa menginginkan hal baik bisa membawa ke dalam dosa saat hal itu menjadi berhala dan aku lebih menginginkannya daripada mencari kehendak Tuhan. Jujur kuakui, itulah yang terjadi pada diriku sehingga aku merasa gelisah dan khawatir ketika tidak mendapatkan hal yang aku inginkan.

Seorang teman berkata bahwa Yesus adalah jawaban dari segala doa dan pergumulan kita. Ketika kita memandang Yesus dan percaya pada-Nya maka Dia akan memberikan damai sejahtera kepada kita. Aku setuju dengan pendapatnya. Tuhan ingin agar kita memiliki relasi dengan-Nya. Bukankah sungguh luar biasa ketika Tuhan yang begitu mulia mengizinkan kita, yang bukan siapa-siapa, meminta kepada-Nya dalam Matius 7:7-8.  Namun perlu diingat juga bahwa Dia akan memberikan kepada kita apa yang baik seturut kehendak-Nya, bukan keinginan kita. Hal itu telah dibuktikan dengan pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menyelamatkan kita dari dosa. Tanpa kita minta, Tuhan telah menganugerahkan keselamatan yang sebenarnya tidak layak kita dapatkan.

Bagiku mengarahkan hati kepada Tuhan adalah memandang pengorbanan Yesus di kayu salib. Kematian-Nya memberikanku keselamatan dan hidup yang kekal bersama Tuhan, bukan hanya nanti di surga tetapi juga saat ini, di dunia (Yoh 17:3), sehingga aku tidak perlu lagi mencari keselamatan, kenyamanan atau validasi dari sumber yang lain. Memang hal itu tidak berarti masalahku akan selesai dengan sendirinya, tetapi aku tidak perlu takut, cemas dan khawatir karena aku berjalan bersama Tuhan, dan hanya Dia yang dapat memberikan sukacita, kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.

Aku ingin membagikan lirik lagu Turn Your Eyes Upon Jesus yang juga sangat memberkatiku:

Turn your eyes upon Jesus,

Look full in His wonderful face,

And the things of earth will grow strangely dim,

In the light of His glory and grace.

Ketika kita memandang pada Yesus dan melihat wajah-Nya yang mulia, segala hal duniawi akan meredup, tersamarkan oleh sinar-Nya yang teramat mulia.

Tuhan Yesus memberkati.

Kamu diberkati oleh ini? Yuk dukung pelayanan WarungSaTeKaMu ♥

Bagikan Konten Ini
5 replies
  1. Nela Artalina Nainggolan
    Nela Artalina Nainggolan says:

    semoga aku selalu mengarahkan hati kepada Tuhan, bukan mencari kenyamanan sendiri. Tuhan memberkati 🙏

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *