Menegur dengan Kasih

Sabtu, 18 November 2023

Baca: Kejadian 4:1-12

4:1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: “Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN.”

4:2 Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.

4:3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;

4:4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,

4:5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.

4:6 Firman TUHAN kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?

4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”

4:8 Kata Kain kepada Habel, adiknya: “Marilah kita pergi ke padang.” Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.

4:9 Firman TUHAN kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu?” Jawabnya: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?”

4:10 Firman-Nya: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.

4:11 Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu.

4:12 Apabila engkau mengusahakan tanah itu, maka tanah itu tidak akan memberikan hasil sepenuhnya lagi kepadamu; engkau menjadi seorang pelarian dan pengembara di bumi.”

Firman Tuhan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas?” —Kejadian 4:6

Teman saya melakukan banyak hal dengan baik, tetapi ada satu masalah yang dimilikinya. Semua orang tahu masalahnya. Namun, karena ia berhasil menjalankan perannya dengan sangat efektif, sifatnya yang pemarah tidak pernah benar-benar dipermasalahkan. Ia tidak pernah benar-benar ditegur karena masalah itu. Sayangnya, selama bertahun-tahun, banyak orang yang tersakiti olehnya. Ada begitu banyak hal yang dapat dicapai oleh orang itu, tetapi akhirnya sifat tersebut membuat kariernya yang menjanjikan kandas lebih cepat. Andai saja saya berani bertindak dengan menegurnya bertahun-tahun lalu.

Dalam Kejadian 4, Allah memberikan gambaran yang sempurna tentang apa artinya menyadarkan seseorang akan dosanya dengan penuh kasih. Kain sedang marah besar. Sebagai seorang petani, ia mempersembahkan “sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai korban persembahan” (ay.3). Namun, Allah dengan jelas mengatakan bahwa apa yang dipersembahkan Kain tidaklah berkenan di hati-Nya. Persembahan Kain ditolak dan hatinya menjadi “sangat panas, dan mukanya muram” (ay.5). Lalu Allah menegurnya dan berkata, “Mengapa hatimu panas?” (ay.6). Allah lalu meminta Kain agar berbalik dari dosanya dan mengejar apa yang baik dan benar. Sayangnya, Kain tidak mengindahkan perkataan Allah dan kemudian melakukan perbuatan yang mengerikan (ay.8).

Meski kita tidak dapat memaksa orang lain untuk berbalik dari perbuatan dosa mereka, kita dapat menegur mereka dengan penuh kasih. Kita dapat “menyatakan hal-hal yang benar dengan hati penuh kasih” agar bersama-sama kita dapat “makin lama makin menjadi sempurna seperti Kristus” (Ef. 4:15 BIS). Lalu, sebagaimana Allah memberi kita telinga untuk mendengar, kita juga rela menerima teguran keras yang mengandung kebenaran dari orang lain. —Tom Felten

WAWASAN
Alkitab banyak berbicara tentang kemarahan. Allah memperingatkan Kain bahwa amarah adalah tanggapan yang harus cepat dikuasai (Kejadian 4:7). Pemazmur Daud memperingatkan, “Berhentilah marah . . . itu hanya membawa kepada kejahatan” (Mazmur 37:8). Demikian pula Salomo, orang paling bijak di muka bumi, berkata bahwa orang yang marah akan melakukan hal-hal bodoh (Amsal 14:17,29). Perjanjian Baru memperingatkan, “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa . . . dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis” (Efesus 4:26-27) dan “Orang yang marah tidak dapat melakukan yang baik, yang menyenangkan hati Allah” (Yakobus 1:20 BIS). —K.T. Sim

Menegur dengan Kasih

Mengapa penting bagi kita untuk menegur orang lain dengan kasih? Bagaimana kamu menyikapi teguran yang keras tetapi bermanfaat bagi kamu?

Ya Bapa, tolonglah aku untuk berani menegur orang lain dengan kasih, dan juga rela menerima teguran keras yang mengandung kebenaran.

Bacaan Alkitab Setahun: Yehezkiel 8-10; Ibrani 13

Bagikan Konten Ini
18 replies
  1. ritha
    ritha says:

    mampukan aku utk menguasai dan mengendalikan diri, dan mampu jdi seorang penolong untuk menegur dengan kasih. amin

  2. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *