Aku Bukan Siapa-Siapa! Siapa Dirimu?
Rabu, 6 September 2023
Baca: Filipi 3:4-14
3:4 Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi:
3:5 disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi,
3:6 tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
3:7 Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
3:8 Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,
3:9 dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,
3:11 supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
3:12 Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.
3:13 Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
3:14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya . . . supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia. —Filipi 3:8-9
Dalam sebuah puisi yang dibuka dengan baris, “Aku bukan siapa-siapa! Siapa dirimu?” Emily Dickinson menyindir segala upaya yang dilakukan manusia untuk menjadi “seseorang” yang diakui dan dihargai. Sang pujangga justru menganjurkan kita untuk menikmati kebebasan penuh sukacita dengan menjalani hidup tanpa dikenali. “Alangkah menyedihkan – menjadi Seseorang! Di depan umum – seperti seekor Katak – / Namanya diserukan – di sepanjang bulan Juni / kepada seluruh Rawa yang terpesona!”
Tindakan mencari kebebasan dengan melepaskan kebutuhan untuk menjadi “seseorang” tersebut sedikit banyak serupa dengan kesaksian Rasul Paulus. Sebelum bertemu Kristus, Paulus mempunyai sederet kualitas keagamaan yang tampak mengesankan, yang sepertinya menjadi “alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” (Flp. 3:4).
Namun, perjumpaan dengan Yesus telah mengubah segalanya. Ketika Paulus melihat betapa hampa pencapaian agamawinya jika dibandingkan dengan kasih Kristus yang rela berkorban, ia mengaku, “Segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia . . . Aku telah melepaskan semuanya itu . . . supaya aku memperoleh Kristus” (ay.8). Ambisi Paulus hanyalah “mengenal [Kristus] dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, . . . menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (ay.10).
Sungguh menyedihkan berupaya menjadi “seseorang” dengan kekuatan sendiri. Namun, dengan mengenal Yesus dan menyerahkan diri kita kepada kasih dan hidup-Nya yang rela berkorban, kita dapat menemukan nilai diri kita yang sejati (ay.9), sehingga akhirnya kita mengalami kebebasan penuh. —Monica La Rose
WAWASAN
Dalam Filipi 3, dengan menggebu-gebu Paulus menyatakan betapa sia-sianya orang Kristen “menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” (ay. 3). “Hal-hal lahiriah” mengacu kepada sunat, yang menurut pendapat beberapa guru masih diperlukan atas orang percaya untuk menjadi bagian dari umat Allah. Lebih luas lagi, “menaruh percaya pada hal-hal lahiriah” merujuk kepada sikap mengandalkan status atau pencapaian manusiawi untuk menjadi benar dengan Allah—seperti menaati hukum Taurat (ay. 9) dan bukan mengandalkan Kristus (lihat juga Roma 8:5-9). Pertemuan dengan Yesus membuat Paulus menyadari bahwa bergantung pada kekuatan atau prestasi manusia adalah “sampah” (Filipi 3:8), sebuah kata yang juga dapat diterjemahkan sebagai “kotoran”. –—Monica La Rose

Pernahkah kamu terbebas dari upaya mencari nilai diri melalui pencapaian kamu atau dari penilaian orang lain? Bagaimana menemukan nilai diri kamu “dalam Kristus” dapat membebaskan kamu dari kesombongan dan penolakan diri?
Allah Mahakasih, terima kasih karena aku tidak perlu menjadi “seseorang” supaya Engkau mengasihi dan menerimaku.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 148-150; 1 Korintus 15:29-58
.AmiN.
amin
Amin
Amin, terima kasih Tuhan Yesus 🙏
amien, puji nama Tuhan
Amen
Amin
terimaksi atas Firman dan Renungan hari ini. sering kali hidup membawa kita kepada pilihan, menyenangkan hati kita atau menyenangkan hati-Nya. dan melalui Firman Tuhan, kita di ingatkan lagi. bahwa segalanya hanya dapat kita rasakan itu benar dan damai jika kita ada dekat bersama Tuhan 🌻
amin
amin
Amin
Amin
Amin
amin
amin…
Bapa kami yang ada di sorga
Dikuduskanlah namaMu
Datanglah kerajaanMu
Jadilah kehendakMu
Di bumi seperti di sorga
Berikanlah kami pada hari ini
Makanan kami yang secukupnya
Ampunilah kami akan kesalahan kami,
Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
Sampai selama-lamanya.
Amen
Amin
amin
😇
Amen
Amien 🙏
Amin
Amin…
Puji Tuhan Yesus Kristus yang aku muliakan…samapai selama lamanya 🙏🙏
Amin Gb..
Amin
haleluya
amin
AMIN
Amin
Amin
haleluya 🙏