Sudah Kosong Sekarang

Selasa, 13 Juni 2023

Baca: Ratapan 1:1,12-13,16-20

1:1 Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! Laksana seorang jandalah ia, yang dahulu agung di antara bangsa-bangsa. Yang dahulu ratu di antara kota-kota, sekarang menjadi jajahan.

1:12 Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku, untuk membuat aku merana tatkala murka-Nya menyala-nyala.

1:13 Dari atas dikirim-Nya api masuk ke dalam tulang-tulangku; dihamparkan-Nya jaring di muka kakiku, didesak-Nya aku mundur; aku dibuat-Nya terkejut, kesakitan sepanjang hari.

1:16 Karena inilah aku menangis, mataku mencucurkan air; karena jauh dari padaku penghibur yang dapat menyegarkan jiwaku; bingunglah anak-anakku, karena terlampau kuat si seteru.”

1:17 Sion mengulurkan tangannya, tetapi tak ada orang yang menghiburnya; terhadap Yakub dikerahkan TUHAN tetangga-tetangganya sebagai lawan. Yerusalem telah menjadi najis di tengah-tengah mereka.

1:18 “Tuhanlah yang benar, karena aku telah memberontak terhadap firman-Nya; dengarlah hai segala bangsa, dan lihatlah kesedihanku dara-daraku dan teruna-terunaku pergi sebagai tawanan.

1:19 Aku memanggil kekasih-kekasihku, tetapi mereka memperdayakan aku; imam-imamku dan para tua-tuaku telah mati lsemuanya di kota, tatkala mencari makan bagi dirinya untuk menyambung hidupnya.

1:20 Ya, TUHAN, lihatlah, betapa besar ketakutanku,betapa gelisahjiwaku; hatiku terbolak-balikdi dalam dadaku, karena sudah melampaui batas aku memberontak; di luar keturunanku dibinasakan oleh pedang, di dalam rumah oleh penyakit sampar.



Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai! —Ratapan 1:1

Seharian itu saya bersama saudara-saudara saya dan keluarga kami memindahkan barang-barang orangtua dari rumah masa kecil kami. Sorenya, ketika kembali untuk mengambil barang-barang terakhir, kami menyadari bahwa itulah kesempatan terakhir kami di rumah ini dan kami pun berfoto bersama di teras belakang. Saya berjuang menahan air mata ketika ibu saya menoleh dan berkata, “Sudah kosong sekarang.” Ucapannya membuat pertahanan saya runtuh. Rumah yang berisi kenangan selama lima puluh empat tahun itu kini sudah kosong. Saya berusaha keras untuk tidak memikirkannya.
Kepedihan hati saya mengingatkan saya pada kata-kata pembuka Yeremia dalam Kitab Ratapan: “Ah, betapa terpencilnya kota itu, yang dahulu ramai!” (1:1). Perbedaan terpentingnya adalah bahwa Yerusalem kosong “karena banyak pelanggarannya” (ay.5). Allah telah membuang umat-Nya ke Babel karena mereka memberontak terhadap Dia dan menolak untuk bertobat (ay.18). Orangtua saya pindah rumah bukan karena dosa, setidaknya bukan secara langsung. Namun, karena dosa Adam di Taman Eden, kesehatan setiap manusia pasti merosot sepanjang hidup mereka. Seiring bertambahnya usia, wajar saja jika kita memilih pindah ke rumah yang lebih kecil agar lebih mudah merawatnya.
Saya mengucap syukur atas kenangan yang membuat rumah kami yang sederhana itu istimewa. Rasa sakit adalah harga dari perasaan kasih sayang. Saya tahu perpisahan berikutnya bukanlah dengan rumah orangtua saya, melainkan dengan orangtua saya sendiri. Saya pasti akan menangis. Saya pun berseru kepada Tuhan Yesus agar Dia segera datang, mengakhiri perpisahan, dan memulihkan segala sesuatu. Dialah harapan saya yang sejati. —Mike Wittmer

WAWASAN
Kitab Ratapan menggunakan puisi untuk mengungkapkan duka yang dirasakan ketika kota Yerusalem dihancurkan pada tahun 586 SM. Dalam kitab itu, Yerusalem, kota utama di tanah Israel, disebutkan sebanyak tujuh kali (1:7,8,17; 2:10,13,15; 4:12). Yeremia bukanlah satu-satunya orang dalam Kitab Suci yang meratapi Yerusalem. Yesus juga pernah menangisi Yerusalem. “Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota [Yerusalem], Ia menangisinya, kata-Nya: ‘Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu’” (Lukas 19:41-42; lihat juga 13:34-35). —Arthur Jackson

Sudah Kosong Sekarang

 

Tempat apa yang menyimpan banyak kenangan indah bagi kamu? Bersyukurlah kepada Allah atas orang-orang yang mengasihi kamu di sana. Bagaimana kamu dapat menciptakan kenangan baru hari ini?

Ya Bapa, terima kasih, karena Engkau telah menerimaku dalam keluarga-Mu yang abadi.

Bacaan Alkitab Setahun: Ezra 6-8; Yohanes 21

Bagikan Konten Ini
48 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amin

  2. Swidy Mullik
    Swidy Mullik says:

    Bapa terima kasih atas teguranMu yg mengajarkan saya agar tetap taat pada firman Mu. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *