Kemah Rapuh

Rabu, 3 Mei 2023

Baca: 2 Korintus 4:16–5:5

4:16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

4:17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.

4:18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

5:1 Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

5:2 Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini,

5:3 sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.

5:4 Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.

5:5 Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.

Selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan. —2 Korintus 5:4

“Kemahnya sudah rapuh!” ujar kawan saya, Paul, gembala sebuah gereja di Nairobi, Kenya. Sejak tahun 2015, jemaatnya beribadah dalam suatu bangunan mirip tenda. Sekarang, Paul menulis, “Kemah kami sudah usang dan bocor sewaktu hujan.”

Ucapan kawan saya mengenai kondisi tenda mereka yang rapuh itu mengingatkan kita pada kata-kata Rasul Paulus tentang kerapuhan kita sebagai manusia. “Manusia lahiriah kami semakin merosot. . . . Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan” (2Kor. 4:16; 5:4).

Meski kesadaran atas keberadaan manusiawi kita yang rapuh terjadi relatif awal dalam masa hidup ini, tetapi seiring dengan bertambahnya usia, kita pun semakin menyadarinya. Waktu memang menggerogoti kita. Semangat usia muda perlahan-lahan menyerah pada penuaan yang tak terhindarkan (lihat Pkh. 12:1-7). Tubuh kita—kemah kita—menjadi kian rapuh.

Namun, tubuh yang rapuh tidak perlu diikuti dengan iman yang rapuh. Pengharapan dan semangat kita tidak perlu pudar seiring bertambahnya usia. “Sebab itu kami tidak tawar hati,” kata sang rasul (2Kor. 4:16). Dia yang telah menciptakan tubuh kita telah berdiam di dalam kita melalui Roh-Nya. Ketika tubuh ini tidak lagi terpakai, kita akan memiliki kediaman yang tidak akan pernah rusak—“suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal” dari Allah (5:1). —ARTHUR JACKSON

WAWASAN
Rasul Paulus menulis empat surat kepada umat Tuhan di Korintus. Kitab-kitab yang dikenal sebagai 1 dan 2 Korintus masing-masing adalah surat kedua dan keempat yang ditulisnya kepada gereja-gereja rumah di sana. Tentang latar belakang 2 Korintus, William Baker menyatakan: “Meski kenyataannya mereka yang bertobat mula-mula adalah orang-orang Yahudi (menurut Kisah Para Rasul 18:4-8), tidak satu pun masalah yang dibahas Paulus agaknya berakar dari kontroversi antara iman Kristen dengan tradisi Yahudi. Sebaliknya, semua persoalan tersebut timbul dari budaya dan masyarakat Korintus tempat mereka tinggal.” Paulus membahas masalah-masalah seputar apa artinya hidup bagi Yesus di dalam budaya tertentu. Ia membandingkan cara hidup warga Korintus dengan cara hidup yang sepatutnya dimiliki oleh orang-orang percaya (lihat 1 Korintus 6:12-13). —J.R. Hudberg

Kemah Rapuh

Bagaimana perasaan kamu mengetahui bahwa Kristus tinggal di dalam kamu melalui Roh-Nya (5:5)? Ketika kamu “mengeluh”, bagaimana doa dapat membantu kamu?

Ya Bapa, terima kasih atas kehadiran-Mu yang tak berkesudahan. Saat fisikku lemah, tolonglah aku untuk mempercayai-Mu sembari aku menantikan tempat tinggal abadi yang akan bertahan selamanya.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-raja 14-15; Lukas 22:21-46

Bagikan Konten Ini
47 replies
  1. Hendrik Hutabarat
    Hendrik Hutabarat says:

    amin amin amin amin amin 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

  2. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    Amin

  3. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    disurga untk anak2 mu yg perc kpdmu ya bpk amin maaf responnya terputus2

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *