Kala Doa dan Harapan Tak Selalu Sejalan

Oleh Olyvia Hulda, Sidoarjo

Aku ingin begini.. aku ingin begitu.. ingin ini ingin itu banyak sekali..
Semua semua semua dapat dikabulkan, dapat dikabulkan dengan kantong ajaib ..

Anak-anak 90’an pasti tidak asing dengan lirik lagu dari film kartu Doraemon. Jika dulu kita cuma dengar dan nikmati saja iramanya, saat kita dewasa mungkin kita menyadari bahwa lirik lagu tersebut benar-benar mengungkapkan naluri manusia yang memiliki berbagai keinginan dan berusaha mewujudkannya dengan berbagai cara. Rumus yang umum kita kenal ialah bila keinginan dikabulkan, tentu akan dapat membuat hati merasa gembira.

Tapi, apakah punya keinginan itu salah? Tentulah tidak. Mengingini sesuatu adahal hal yang baik. Bahkan, Tuhan Yesus pun berkata dalam sabda-Nya, “Mintalah maka kamu akan diberi” (Matius 7:7). Perkataan ini tentu sangat menggembirakan bagi kita. Bagaimana tidak, Tuhan berjanji akan memberikan apa yang kita minta! Atas dasar janji inilah, orang-orang percaya mulai menaikan permohonannya pada Tuhan; bahkan ada juga yang mengadakan doa beberapa hari, agar permohonannya dapat dikabulkan. Ada pula berdoa yang disertai berpuasa, seperti yang dilakukan Daud Ketika memohon anaknya agar tetap hidup (2 Samuel 12:16).

Pada perikop itu diceritakan Daud ditegur oleh Natan atas dosanya berzinah dan membunuh. Daud tidak akan mati, tetapi dia menerima konsekuensi dari dosanya berupa anak yang dikandung dari perbuatan zinahnya akan mati (ayat 14). Daud tidak ingin anak itu mati sehingga dia berdoa puasa memohon agar nyawa sang anak tidak dicabut, namun pada hari ketujuh sang anak itu mati (ayat 18).

Kisah Daud di sini dan janji Kristus terkesan seperti berkontradiksi.. Demikian pula dengan Yesus sendiri, yang memohon agar cawan dilalukan dari pada-Nya (Matius 26:39), dengan arti, sisi manusiawi Yesus mengalami ketakutan yang luar biasa menjelang penyaliban. Namun, pada akhirnya, baik pada Daud maupun Yesus, permohonan tersebut tidak dikabulkan oleh Allah Bapa. Ada pula pengalaman dari Rasul Paulus, yang meminta pada Tuhan agar dapat ‘mengusir roh jahat’ yang sering mengganggunya, namun Tuhan tidak mengabulkannya (2 Korintus 12:7-9).

Doa-doa yang tak dijawab ini mungkin membuat kita meragukan janji Tuhan dan merasa tak perlu berdoa meminta, namun pada Matius 6:8 tertulis janji yang lain bahwa Tuhan mengetahui apa yang kita perlukan, lebih dari diri kita sendiri. Terkadang, kita tidak tahu apa yang menjadi kebutuhan kita yang sebenarnya. Lebih tepatnya, kita tidak tahu mengenai diri kita sendiri secara sempurna; hanya Tuhanlah yang mengetahuinya, sebab DIA pencipta kita.

Anggapan bahwa kita sendirilah yang paling tahu akan membuat kita sulit menerima jawaban Tuhan. Hal ini juga terjadi pada diriku. Sejujurnya, aku sempat marah pada Tuhan atas jawaban doa yang tidak sesuai dengan keinginanku. Waktu itu, aku berdoa agar aku dapat pergi ke luar negeri, untuk studi banding bersama dengan teman-teman sepelayanan. Namun karena pandemi, keberangkatan kami pun dibatalkan.

Rasa kecewa menyelimutiku. Kegiatan kerohanian seperti berdoa, saat teduh, membaca Alkitab, serasa membosankan dan muak untuk dilakukan. Namun kisah Daud dan Paulus sungguh menyadarkanku, bahwa bukan akulah yang mengendalikan apa yang aku inginkan. Semuanya karena Tuhan mengerti apa yang menjadi kebutuhan utamaku, lebih dari pada diriku sendiri. Mungkin, ada hal yang lebih utama dan penting dari kegiatan studi banding tersebut untuk aku kerjakan.

Sungguh menyedihkan dan menyakitkan bila kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan dan dambakan; apalagi kita telah berdoa (bahkan berpuasa) demi pergumulan kita tersebut. Bila perasaan sedih dan kecewa ini tidak diselesaikan maka dapat mengakibatkan iman kita menjadi lemah. Dan pada akhirnya, kita akan menjadi negative thinking dengan Tuhan dan Firman-Nya. Bila hal ini pun tidak dapat diselesaikan, maka akan sulit untuk membangun hubungan yang erat dengan Tuhan.

Selama 3 tahun aku bergumul dan berusaha untuk berdamai dengan kehendak Tuhan, serta berusaha untuk membaharui pikiran dan pengenalanku akan Tuhan dan rencana-Nya dalam hidupku. Di tengah-tengah pergumulanku, aku dikuatkan melalui komunitas-komunitas rohani yang aku ikuti, baik di dalam maupun luar gereja.

Salah satu statement yang cukup menguatkanku adalah “Desire and Happiness cannot lives together” . Memang ada perasaan gembira ketika sebuah keinginan kita dikabulkan atau dijawab sesuai dengan harapan kita. Namun, aku belajar dari kisah raja Salomo, di mana dia hidup untuk melakukan segala keinginannya, bahkan sesuai harapannya, pada akhirnya jatuh pada kesia-siaan (Pengkhotbah 1-3).

Aku menyadari bahwa dengan tidak dikabulkannya keinginanku, Tuhan sedang membawaku untuk menikmati proses lain yang membawaku menikmati persekutuan yang lebih erat dengan-Nya. Dari kecewa aku belajar untuk menerima. Dari menerima, aku pun belajar untuk percaya. Mungkin saja jika segala yang kuinginkan terkabul segera, bisa saja aku jatuh ke dalam kesia-siaan dan kehampaan.

Aku bersyukur, pengalaman-pengalaman ini menolongku memetik hal-hal baik. Yakni di antaranya:

1. Tuhan adalah Sang Pencipta, dan kita adalah ciptaan-Nya. Kita tidak bisa, bahkan tidak berhak mengatur Tuhan dengan dalil dan ‘proposal’ yang dibuat dengan doa. Permohonan kita yang dikabulkan, adalah bagian dari rencana-Nya, bukan karena kehebatan doa kita.

2. Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan, bahkan di saat kita tidak sadar/tidak tahu akan kebutuhan kita. Bila itu tidak atau belum dikabulkan, tidak perlu kecewa berlarut-larut, dan kita berusaha untuk lebih mengenal kebutuhan diri kita sendiri—yang dituntun Roh Kudus tentunya. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi di komunitas kita, ataupun pergi ke konselor/mentor yang kita percayai.

3. Belajar untuk menguatkan hati, bahwa apa yang diperbuat Tuhan selalu baik, sekalipun kita tidak memahami dimana letak baiknya. Aku belajar dari nabi Yeremia mengenai hal ini. Ada banyak sekali ayat-ayat di kitab Ratapan yang telah menolongku waktu itu, sampai sekarang.

Kiranya Roh Kudus selalu memberikan semangat dan kekuatan dalam hati kita dalam menghadapi hal yang tidak kita harapkan dan inginkan. Amin.

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Tya
    Tya says:

    Amin kak Olivia Hulda sangat memberkati sekali terima kasih and God bless you 🤗🥰

  2. Santoso Kurniawan
    Santoso Kurniawan says:

    kenapa ya rada kecewa itu , kadang suka menghampiriku , padahal sudah berusaha membuangnya …menjauhkannya …. o Tuhan, maafkan aku yg lemah ini ya 🙏😣

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *