Ratapan Menjadi Pujian

Minggu, 15 Januari 2023

Baca: Habakuk 3:17-19

3:17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

3:18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

3:19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).

Aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. [ ]  —Habakuk 3:18

Monica berdoa tanpa kenal lelah agar putranya berpaling kepada Allah. Ia menangisi cara hidup anaknya yang menyimpang, bahkan sampai mencari jejak anaknya yang berpindah-pindah kota. Situasinya seolah tanpa harapan. Lalu, pada suatu hari terjadilah: putranya mengalami perjumpaan dengan Allah yang mengubahkan hidupnya. Ia pun kemudian menjadi salah seorang teolog terbesar yang pernah dimiliki gereja. Kita mengenalnya sebagai Agustinus, Uskup dari Hippo.

“Berapa lama lagi, Tuhan?” (Hab. 1:2). Nabi Habakuk meratapi lambannya Allah dalam menangani para penguasa yang telah memutarbalikkan keadilan (Hab. 1:4). Pikirkanlah saat-saat kita berpaling kepada Allah dalam kesesakan—kita mengungkapkan ratapan kita atas ketidakadilan yang terjadi, sakit-penyakit yang tidak kunjung sembuh, pergumulan finansial yang berkepanjangan, atau anak-anak yang telah meninggalkan Allah.

Setiap kali Habakuk meratap, Allah mendengar tangisannya. Saat menanti dengan iman, kita dapat belajar dari sang nabi untuk mengubah ratapan kita menjadi pujian, seperti yang dikatakannya, “Namun aku akan bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku” (Hab. 3:18, penekanan ditambahkan). Meski tidak mengerti jalan-jalan Allah, ia tetap percaya kepada-Nya. Baik ratapan maupun pujian adalah sama-sama tindakan iman, suatu ungkapan kepercayaan. Ratapan kita adalah seruan kepada Allah yang didasarkan pada sifat-Nya yang kita percayai. Pujian kita juga didasarkan pada siapa diri-Nya—Allah kita yang dahsyat dan mahakuasa. Suatu hari nanti, oleh anugerah-Nya, setiap ratapan akan berubah menjadi pujian. —Glenn Packiam

WAWASAN
Nubuat Habakuk mencatat percakapan antara Allah dan sang nabi mengenai kondisi rohani atau kebutuhan mendesak umat-Nya. Percakapan tersebut mengandung pernyataan penting dari Habakuk 2:4: “Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya,” yang tiga kali dikutip dalam Perjanjian Baru (Roma 1:17; Galatia 3:11; Ibrani 10:38). Namun, Habakuk 3 berbeda, karena mengandung ciri-ciri mazmur, bahkan mencantumkan petunjuk cara menyanyikannya, yaitu “Menurut nada ratapan” (ay.1). Seorang pakar Alkitab menyatakan bahwa keterangan itu mengacu kepada puisi yang sangat emosional. Selain itu terdapat juga Sela (istilah yang sering dipakai dalam mazmur) di akhir ayat 3, 9, dan 13. Akhirnya, di ayat 19, ada instruksi tambahan: “Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi.” Dengan demikian nyanyian ini menjadi contoh yang baik dari sebuah ratapan bangsa atau bersama (lihat Wawasan 3 Januari). —Bill Crowder

Ratapan Menjadi Pujian

Apa saja yang sedang kamu ratapi hari ini? Bagaimana kamu dapat mengubah ratapan itu menjadi pujian?

Tuhan Yesus, ingatkanlah aku tentang diri-Mu dan apa yang telah Engkau perbuat dalam hidupku.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 36-38; Matius 10:21-42

Bagikan Konten Ini
25 replies
  1. shanny
    shanny says:

    banyak Tuhan yang kuratapi.
    umur yang semakin menua, tapi masih gini-gini aja, seumuranku sudah pada nikah dan punya anak.
    sudah 4 tahun lulus kuliah, tapi masih gini-gini aja, jadi kuli orang, gak punya apa-apa. padahal yang seumuranku sudah banyak punya hal-hal yang dimiliki.
    keluarga yang tak kelihatan ada perubahannya. gini-gini aja sejak dulu.
    banyak Tuhan kalau ditanyakan apa yang kuratapi hari ini.

    tapi biarlah hati ku tetap percaya bahwa hari esok lebih baik bila Engkau bersamaku. biarlah hati ku, jiwaku dan mata serta pemikiranku selalu memandang salibMu. biarlah aku tetap mengimani bahwa Engkau saja sudah cukup. terpujilah Tuhan. di dalam nama Yesus, aminaminamin 😇🙏

  2. elena
    elena says:

    Amin benar firman Tuhan pagi, kebetulan saya mengalaminya saat ini, terima kasih atas firman ini menguatkan saya 🙏

  3. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Amin trimksh Baoa buat kasihmu yg sangat besar dlm hdpku ajar kami Bapa untk kami tetap beriman dan percaya sepenuhnya kpdMu ya Bapa yg ku puja dan ku puji untk selama2nya ya Bapa amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *