Menolak Hal-Hal yang “Berkilauan”
Rabu, 25 Januari 2023
Baca: Amsal 22:1-6
22:1 Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
22:2 Orang kaya dan orang miskin bertemu; yang membuat mereka semua ialah TUHAN.
22:3 Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.
22:4 Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.
22:5 Duri dan perangkap ada di jalan orang yang serong hatinya; siapa ingin memelihara diri menjauhi orang itu.
22:6 Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu. [ ] —Amsal 22:6
Suatu kali, dalam The Andy Griffith Show, acara TV dari era 1960-an, seorang pria memberi tahu Andy bahwa ia harus membiarkan putranya, Opie, memutuskan sendiri bagaimana ia ingin menjalani hidupnya. Andy tidak setuju. “Anda tidak dapat membiarkan anak muda mengambil keputusan sendiri. Ia akan menyambar benda berkilauan pertama yang dibungkus dengan pita mengilap di hadapannya. Lalu, ketika ia menyadari jebakan di balik benda itu, semuanya sudah terlambat. Gagasan-gagasan yang sesat selalu dikemas dengan sangat memikat sehingga sulit untuk meyakinkan mereka bahwa ada banyak hal yang mungkin lebih baik untuk jangka panjang.” Ia menyimpulkan bahwa penting bagi orangtua untuk memberi contoh perilaku yang benar dan membantu anak untuk “menampik godaan”.
Ucapan Andy terkait dengan hikmat yang ditemukan dalam Amsal: “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (22:6). Banyak orang mungkin membaca kata-kata tersebut sebagai janji, tetapi sesungguhnya ayat tadi adalah sebuah panduan. Kita semua dipanggil untuk mengambil keputusan pribadi untuk percaya kepada Yesus. Namun, kita dapat membantu meletakkan dasar yang sesuai dengan firman Tuhan melalui kasih kita kepada Allah dan kecintaan pada Kitab Suci. Kita pun dapat berdoa agar ketika anak-anak kita tumbuh dewasa, mereka memilih untuk menerima Kristus sebagai Juruselamat dan berjalan di jalan-Nya dan bukan “di jalan orang yang serong hatinya” (ay.5).
Kemenangan kita sendiri atas hal-hal yang “berkilauan” berkat pertolongan Roh Kudus juga menjadi kesaksian yang kuat. Roh Allah menolong kita untuk menolak godaan dan membentuk hidup kita menjadi teladan yang patut ditiru. —Alyson Kieda
WAWASAN
Kitab Amsal sering menekankan pentingnya orang dewasa memberi bimbingan dan disiplin yang bijaksana kepada anak-anak. Dalam Amsal 29, orangtua diperingatkan bahwa “anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya” (ay.15), tetapi apabila anak-anak diberi didikan, mereka ”akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu” (ay.17).
Namun, prinsip umum tentang hikmat dan pentingnya orangtua membimbing anak-anak tidak berarti bahwa orangtua mengemban seluruh tanggung jawab atas pilihan yang dibuat anak-anak mereka. Bagian lain dari Amsal menggambarkan hal ini. Amsal ditujukan kepada orang muda (1:4-7), menekankan pentingnya setiap orang memilih untuk mendengarkan suara hikmat dengan rendah hati (ay.20; 2:2-5) dan untuk bergantung kepada Allah untuk menerima hikmat yang hanya ada di dalam Dia (2:5-6). Ironisnya, orang yang menulis kata-kata itu, Salomo, kelak tersesat dari jalan hikmat saat ia dewasa (1 Raja-Raja 11:9-11). —Monica La Rose

Mengapa baik untuk kita mengingat bahwa Amsal 22:6 bukanlah janji, melainkan prinsip yang bijaksana? Siapa yang Tuhan percayakan untuk kamu didik dalam jalan-Nya?
Bapa terkasih, tolong aku untuk menanamkan nilai-nilai-Mu ke dalam hati anak-anak yang telah Engkau tempatkan dalam hidupku.
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 12-13; Matius 16
😇
Amiin
Aminnn
AMEN TUHAN YESUSKU