Lebih dari Pemenang 

Minggu, 8 Januari 2023

Baca: Roma 8:31-39

8:31 Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?

8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?

8:33 Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka?

8:34 Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?

8:35 Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?

8:36 Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.”

8:37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.

8:38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,

8:39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. [ ] —Roma 8:37

Ketika suami saya melatih tim bisbol putra kami di Liga Kecil, ia menggelar pesta akhir musim sebagai hadiah untuk para pemain atas kemajuan yang mereka capai. Dustin, salah seorang pemain yang termuda, menghampiri saya dan bertanya, “Bukankah hari ini kita kalah?”

“Benar,” jawab saya, “tapi kami tetap bangga karena kalian telah melakukan yang terbaik.”

“Aku tahu,” katanya, “tapi kita kalah, kan?”

Saya mengangguk.

“Lalu, kenapa aku merasa seperti menang?” tanya Dustin.

Saya tersenyum, dan menjawab, “Karena kalian memang pemenang.”

Dustin sempat mengira bahwa kalah bertanding menunjukkan bahwa ia telah gagal, sekalipun ia telah melakukan yang terbaik. Sebagai orang percaya, peperangan kita tidak terjadi di atas lapangan olahraga. Meski demikian, kita sering kali tergoda untuk melihat masa-masa sulit dalam hidup kita sebagai cerminan dari harga diri kita.

Rasul Paulus menegaskan hubungan antara penderitaan yang kita alami saat ini dan kemuliaan mendatang yang akan kita terima sebagai anak-anak Allah. Setelah menyerahkan diri-Nya bagi kita, Tuhan Yesus masih terus membela kita dalam peperangan kita melawan dosa dan menjadikan kita semakin serupa dengan-Nya (Rm. 8:31-32). Meski kita semua mengalami penderitaan dan aniaya, kasih Allah yang tak tergoyahkan memampukan kita untuk bertahan (ay.33-34).

Kita mungkin tergoda untuk membiarkan pergumulan hidup menentukan harga diri kita. Namun, sebagai anak-anak Allah, kemenangan akhir kita sudah terjamin. Meski tersandung-sandung di sepanjang perjalanan, kita akan selalu “lebih dari pada orang-orang yang menang” (ay.35-39). —Xochitl Dixon

WAWASAN
Sebelum penderitaan dan kematian-Nya, Yesus memperingatkan sekaligus meyakinkan para pengikut-Nya, “Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia" (Yohanes 16:33). Di kemudian hari, Paulus dan Barnabas mendorong orang-orang percaya untuk “bertekun di dalam iman” dalam menghadapi banyak kesengsaraan (Kisah Para Rasul 14:22). Paulus juga mengutus Timotius untuk menguatkan orang percaya di Tesalonika agar iman mereka tidak goyang karena kesusahan-kesusahan yang sudah “ditentukan” bagi mereka (1 Tesalonika 3:2-3). Yesus dengan jelas menyatakan bahwa sebagai pengikut-Nya kita akan dianiaya seperti Dia (Yohanes 15:20). Komentator Walter Elwell menyatakan: “Penderitaan adalah karakteristik kehidupan di dalam ciptaan yang telah rusak, tetapi juga merupakan sarana disiplin yang dapat menuntun orang untuk taat kepada Allah. . . . Penderitaan yang dialami orang Kristen akan ‘menghasilkan . . . suatu kebahagiaan yang luar biasa dan abadi’ (2 Korintus 4:16-18 BIS).” Kita “lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh [Kristus]”! (Roma 8:37). —Alyson Kieda

Lebih dari Pemenang 

Kapan keyakinan kamu akan kasih Allah pernah mendorong kamu untuk terus melangkah maju? Bagaimana Dia menegaskan harga diri kamu sebagai anak-Nya yang terkasih sekalipun kamu telah mengalami kegagalan?

Ya Bapa, terima kasih, karena Engkau telah menolongku bangkit melewati beragam tantangan hidup dengan penuh kemenangan. 

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 20-22; Matius 6:19-34

Bagikan Konten Ini
30 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Bapa kami yang ada di sorga
    Dikuduskanlah namaMu
    Datanglah kerajaanMu
    Jadilah kehendakMu
    Di bumi seperti di sorga
    Berikanlah kami pada hari ini
    Makanan kami yang secukupnya
    Ampunilah kami akan kesalahan kami,
    Seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
    Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan
    Tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat
    Karena Engkaulah yang empunya kerajaan dan kuasa dan kemuliaan
    Sampai selama-lamanya.
    amin

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkan lah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari Segal macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  3. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Amin trimksh bpk saya perc dlm setiap kehdp kita pasti ada setiap nslh yg anak2 alami tapi saya perc bahwa bpk yg baik selalu menopang dlm setiap langkah ke hdpan anak 2 nya amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *