Awal yang Baru

Sabtu, 14 Januari 2023

Baca: Mazmur 120:1–121:2

120:1 Nyanyian ziarah. Dalam kesesakanku aku berseru kepada TUHAN dan Ia menjawab aku:

120:2 “Ya TUHAN, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu.”

120:3 Apakah yang diberikan kepadamu dan apakah yang ditambahkan kepadamu, hai lidah penipu?

120:4 Panah-panah yang tajam dari pahlawan dan bara kayu arar.

120:5 Celakalah aku, karena harus tinggal sebagai orang asing di Mesekh, karena harus diam di antara kemah-kemah Kedar!

120:6 Cukup lama aku tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang membenci perdamaian.

120:7 Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang.

121:1 Nyanyian ziarah. Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?

121:2 Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

Ya Tuhan, lepaskanlah aku dari pada bibir dusta, dari pada lidah penipu. [ ]  —Mazmur 120:2

“Kesadaran Kristen diawali dengan kesadaran yang pahit bahwa apa yang selama ini kita anggap sebagai kebenaran, sebenarnya merupakan kebohongan,” tulis Eugene Peterson dalam perenungannya yang luar biasa mengenai Mazmur 120. Mazmur 120 adalah mazmur pertama dari rangkaian “nyanyian ziarah” (Mzm. 120–134) yang dinyanyikan para musafir dalam perjalanan ke Yerusalem. Seperti yang ditelusuri Peterson dalam buku A Long Obedience in the Same Direction, mazmur-mazmur tersebut juga memberikan kepada kita gambaran mengenai perjalanan rohani seseorang kepada Allah.

Perjalanan itu hanya dapat dimulai dengan kesadaran mendalam bahwa kita membutuhkan sesuatu yang berbeda. Peterson menulis, “Seseorang harus benar-benar muak dengan keadaan yang ada supaya ia memiliki motivasi untuk memilih jalan iman Kristen. . . . [Ia] harus benar-benar jemu dengan cara-cara dunia sebelum ia memiliki kehausan akan dunia yang penuh kasih karunia.”

Alangkah mudahnya kita berkecil hati melihat kebobrokan dan keputusasaan yang marak terjadi di sekeliling kita, seperti bagaimana kita sering menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap kerugian yang ditimbulkan seseorang terhadap sesamanya. Mazmur 120 meratapi ini dengan jujur: “Aku ini suka perdamaian, tetapi apabila aku berbicara, maka mereka menghendaki perang” (Mzm. 120:7).

Namun, pemulihan dan kelepasan dialami ketika kita menyadari bahwa penderitaan kita juga dapat membukakan mata kita kepada suatu awal yang baru. Kita mengalaminya melalui Sang Juruselamat, satu-satunya sumber pertolongan kita, yang sanggup menuntun kita keluar dari kebohongan yang menghancurkan hidup kepada keutuhan yang penuh dengan damai sejahtera (Mzm. 121:2). Memasuki tahun yang baru ini, kiranya kita rindu mengikut Dia dan jalan-jalan-Nya. —Monica La Rose

WAWASAN
Mazmur 120 dan 121 termasuk Nyanyian Ziarah (Mazmur 120–134), yang kemungkinan besar dihafalkan dan dinyanyikan saat umat Israel pergi ke Yerusalem untuk perayaan Paskah (Hari Raya Roti Tidak Beragi), Hari Raya Tujuh Minggu, dan Hari Raya Pondok Daun (Ulangan 16:16). Beberapa nyanyian ziarah itu tercatat ditulis Daud (Mazmur 122, 124, 131, 133) dan satu nyanyian disebutkan sebagai karya Salomo (Mazmur 127), tetapi kebanyakan tidak dicantumkan penulisnya. 

Ragam kelompok mazmur itu antara lain adalah mazmur ratapan, mazmur pengucapan syukur, mazmur kerajaan, mazmur hikmat, dan masih banyak lagi. Namun, meski kemungkinan tidak ditulis sebagai mazmur ziarah, nyanyian-nyanyian tersebut di kemudian hari dipakai untuk tujuan ziarah. Mazmur 120 adalah mazmur pribadi yang ditulis oleh seseorang yang berada jauh dari rumah dan merindukan kedamaian di Yerusalem (ay.5-7), sementara kata-kata yang menenteramkan dari Mazmur 121 menanamkan keyakinan pada diri para peziarah yang melakukan perjalanan ke Yerusalem. Pada masa kini, Nyanyian Ziarah tetap berperan penting dalam ibadah, baik bagi umat Yahudi maupun mereka yang percaya kepada Yesus. —Alyson Kieda

Awal yang Baru

Bagaimana kamu telah menjadi terbiasa dengan cara-cara dunia yang bobrok? Bagaimana Injil mengundang kamu untuk memilih jalan-jalan yang membawa damai sejahtera? 

Allah Mahakasih, buatlah aku merindukan dan mengusahakan jalan-jalan-My yang penuh damai sejahtera dengan kuasa Roh-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 33-35; Matius 10:1-20

Bagikan Konten Ini
36 replies
  1. Erwin Simanjuntak
    Erwin Simanjuntak says:

    Syalom…sedikit koreksi saudara. Mohon diksi nya dan pembakuan kalimatnya lebih diperhatikan lagi dan membuat pembaca setia renungan warungsatekamu menjadi paham. Biarlah roh Kudus yang memimpin kita. Amin

  2. shanny
    shanny says:

    semua yang telah terjadi di dalam hidupku membuatku mangerti bagaimana cara dunia bekerja tetapi tetaplah cara Allah yang sempurna membawa damai sejahtera di dalam hatiku. terpujilah Tuhan. aminaminamin 😇🙏

  3. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  4. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Amin ya Bapa. jadikan hdp kami untk menjadi berkat dan memberi damai bagi bnyk orang ya Bapaku. Haleluya amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *