Pengharapan Besar

Selasa, 6 Desember 2022

Baca: Lukas 2 : 25 – 32 , 36 – 38

2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,

2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.

2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,

2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:

2:29 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,

2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,

2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,

2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,

2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.

2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.

Ia . . . berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. [ ] —Lukas 2:38

Pada suatu hari yang sibuk menjelang Natal, seorang wanita lanjut usia mendekati gerai di kantor pos lokal yang sedang ramai. Melihat gerakannya yang perlahan, seorang petugas kantor pos yang sabar menyapanya, “Halo, Kak! Ada yang bisa saya bantu?” Maksud petugas itu baik, tetapi sapaannya bisa diartikan orang bahwa “usia muda” itu lebih baik. 

Alkitab menginspirasi kita untuk melihat bagaimana usia lanjut dapat membangkitkan pengharapan. Ketika Yusuf dan Maria membawa bayi Yesus ke Bait suci untuk dikuduskan (Luk. 2:23; lihat kel. 13:2,12), tiba-tiba pusat perhatian beralih kepada dua orang percaya yang sudah berusia lanjut.

Pertama, Simeon—yang sudah bertahun-tahun menanti untuk melihat Sang Mesias—“menyambut [Yesus] dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya: ‘Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa’” (Luk. 2:28-31).

Kemudian Hana, seorang nabi yang “sudah sangat lanjut umurnya” (ay.36), datang saat Simeon sedang berbicara dengan Maria dan Yusuf. Sebagai janda yang hanya menikah selama tujuh tahun, Hana tinggal di Bait Allah sampai berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan tempat itu, dan “siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa”. Ketika melihat Yesus, ia mengucap syukur kepada Allah, dan menjelaskan tentang “Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem” (ay.37-38).

Kedua hamba Tuhan yang penuh pengharapan itu mengingatkan kita untuk jangan pernah berhenti menantikan Allah—berapa pun usia kita—dengan pengharapan yang besar. —Patricia Raybon

WAWASAN
Sebagian besar umat Israel menanti-nantikan kedatangan Mesias, dan mungkin kita membayangkan para pemimpin agama juga termasuk di antaranya. Namun, mereka tampaknya tidak menyadari kehadiran-Nya, meski sudah ada banyak tanda dan nubuat yang ditunjukkan (lihat Matius 2:1-6). Sebaliknya, Lukas 2 menceritakan kepada kita tentang Simeon dan Hana, yang segera mengenali Sang Mesias. Apa yang membedakannya? Simeon dan Hana secara aktif menjalin hubungan erat dengan Allah. Alkitab menyatakan tentang Simeon, “Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus” (ay.27), yang menunjukkan bahwa ia terbiasa peka kepada pimpinan Allah. Tentang Hana, tampaknya ia memang tinggal di Bait Allah (ay.37). Simeon dan Hana sama-sama tahu betul makna kedatangan bayi Kristus. —Tim Gustafson

Pengharapan Besar

Apa yang dapat kamu pelajari tentang kesetiaan Allah dari orang-orang percaya yang sudah lanjut usia? Bagaimana sikap mereka yang berpengharapan dapat menginspirasi Anda? 

Bapa yang setia, ingatkan kami untuk menanti-nantikan Engkau dengan penuh harap saat kami mulai berputus asa. 

Bacaan Alkitab Setahun: Daniel 3 – 4; 1 Yohanes 5

Bagikan Konten Ini
47 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuh kan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan sert beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami ke dalam TanganMu saja ya Tuhan biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  2. fonny
    fonny says:

    amin, ajari kami Bapa agar seperti Simeon dan Hana, mempunyai telinga roh yg kuat, agar lebih peka dengar2ran akan segala perkatanMU dan tuntunanmu dlm setiap harinya.

  3. Wulan Simamora
    Wulan Simamora says:

    Ketika Simeon dan Hana mengajarkan kita untuk jangan berhenti berpengjarapan. pengharapan tidak ada kata putus teruslah beroengharapan sampai kau bertemu dengan Dia. Lakukan yang terbaik bagaimana kita mempersiapkan diri dalam menyambut Dia. Pengharapan tidak pandang usia tapi bagaimana kau setia menungguNya. Amiin 🤍

  4. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Amin ya bpk beri kami ke mampuan untk tetap bersamamu mengring engkau dgn setia smpai maut memusahkan kita bersamamu ya bpk amin karna engkau allah setia yg kami andalkan dlm hdpku ya bpk yg baik amin

  5. Netty Arni, SH, SpN
    Netty Arni, SH, SpN says:

    Marilah kita membangun Bait Suci Ketiga di Yerusalem, di atas batu kenisah ‘Dome of The Rock’, sebagai Batu Penjuru yg dulu sebagai mezbah untuk mengorbankan Nabi Ishak putera Nabi Ibrahim/Bapa Abraham dengan Ibu Sara. Batu pijakan ketika Nabi Muhammad melakukan perjalanan isra’ mi’raj naik ke Sorga. Sedangkan Nabi Yakub bermimpi bahwa para Malaikat naik turun di tangga tersebut. Di atas Batu Sara/Sakrah sebagai Pintu Gerbang Sorga adanya. Amin – Puji Allah – Allah MahaBesar

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *