Bersyukur untuk Hari Senin
Senin, 7 November 2022
Baca: Pengkhotbah 2:17-25
2:17 Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin.
2:18 Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.
2:19 Dan siapakah yang mengetahui apakah orang itu berhikmat atau bodoh? Meskipun demikian ia akan berkuasa atas segala usaha yang kulakukan di bawah matahari dengan jerih payah dan dengan mempergunakan hikmat. Inipun sia-sia.
2:20 Dengan demikian aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
2:21 Sebab, kalau ada orang berlelah-lelah dengan hikmat, pengetahuan dan kecakapan, maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang yang tidak berlelah-lelah untuk itu. Inipun kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
2:22 Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya?
2:23 Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati, bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram. Inipun sia-sia.
2:24 Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya. Aku menyadari bahwa inipun dari tangan Allah.
2:25 Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Tak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada . . . bersenang-senang dalam jerih payahnya. —Pengkhotbah 2:24
Dulu saya sering takut menghadapi hari Senin. Terkadang, saat turun dari kereta untuk pergi ke tempat kerja yang dulu, saya akan duduk sebentar di stasiun, mencoba berlama-lama untuk tiba di kantor, walaupun untuk beberapa menit saja. Jantung saya berdebar kencang saat memikirkan tenggat yang harus dikejar dan menghadapi suasana hati bos yang emosional.
Bagi sebagian dari kita, memulai minggu kerja yang suram bisa jadi sangat sulit. Mungkin kita merasa kewalahan atau kurang dihargai dalam pekerjaan. Raja Salomo menjelaskan susah payahnya bekerja ketika ia menulis: “Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? Seluruh hidupnya penuh kesedihan dan pekerjaannya penuh kesusahan hati” (Pkh. 2:22-23).
Walaupun raja yang penuh hikmat itu tidak memberi kita resep mujarab yang membuat pekerjaan kita lebih ringan atau lebih menjanjikan, ia menawarkan cara lain untuk memandang pekerjaan kita. Sesulit apa pun pekerjaan itu, ia mendorong kita untuk “menikmati” apa yang kita lakukan dengan pertolongan Allah (ay.24 bis). Mungkin itu terjadi ketika Roh Kudus memampukan kita untuk menunjukkan karakter seperti Kristus. Atau saat kita mendengar seseorang diberkati melalui pelayanan kita. Atau saat kita mengingat hikmat yang disediakan Allah untuk mengatasi suatu situasi pelik. Meski pekerjaan kita mungkin sulit, Allah yang setia selalu menyertai kita. Kehadiran dan kuasa-Nya dapat menerangi hari-hari yang suram sekalipun. Dengan pertolongan-Nya, kita dapat mensyukuri datangnya hari Senin. —POH FANG CHIA
WAWASAN
Kitab Pengkhotbah digambarkan sebagai “kitab yang mungkin paling mengherankan dan membingungkan bagi para pembaca Alkitab pada umumnya” (The New Unger’s Bible Handbook). Namun kitab tersebut juga memuat perenungan dan pengajaran yang menajamkan perspektif kita tentang apa yang sungguh-sungguh penting di dalam hidup ini. Frasa di bawah matahari dipakai hampir tiga puluh kali dan menggambarkan hidup dalam dunia yang tidak sempurna dan rumit dengan banyak anomali di dalamnya. Kata lain yang banyak diulang adalah kesia-siaan (atau sia-sia), yang dipakai lebih dari tiga puluh lima kali. Istilah itu menggambarkan perasaan frustrasi. Di saat yang sama, kitab hikmat ini mengajak kita memiliki perspektif yang melampaui keterbatasan pandangan kita dan membantu kita untuk melihat bahwa sikap terbaik bagi manusia dalam hidupnya di dunia ialah: “takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya” (12:13). —Arthur Jackson

Apa yang membuat kamu merasa lesu menghadapi hari Senin? Bagaimana kamu dapat bersandar pada pertolongan Allah untuk menemukan kepuasan dalam pekerjaan hari ini?
Allah yang setia, tolonglah aku untuk melihat hal baik yang Engkau mampukan untuk kucapai melalui pekerjaanku hari ini!
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 40-42; Ibrani 4
Amin
Yesus ya.