Melampaui Kata-Kata

Selasa, 18 Oktober 2022

Baca: 2 Korintus 12:1-10

12:1 Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.

12:2 Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau–entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya–orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

12:3 Aku juga tahu tentang orang itu, –entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya–

12:4 ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

12:5 Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.

12:6 Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

12:7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

12:8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

12:9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

12:10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Orang itu . . . mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. —2 Korintus 12:3-4

Thomas Aquinas (1225–1274) adalah salah seorang pembela iman paling dikagumi dalam gereja. Namun, tiga bulan sebelum kematiannya, sesuatu telah menghentikannya untuk merampungkan Summa Theologica, warisan akbar yang menjadi puncak karyanya. Ketika merenungkan tubuh Juruselamat yang hancur dan darah-Nya yang tercurah, Aquinas mengaku bahwa ia mendapat penglihatan yang membuatnya kehilangan kata-kata. Katanya, “Aku tak sanggup menulis lagi. Aku telah melihat hal-hal yang membuat tulisanku tak berarti.”

Jauh sebelum Aquinas, Paulus juga mendapat penglihatan. Dalam surat 2 Korintus, ia menggambarkan pengalamannya: “Orang itu, [Paulus sendiri]—entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya—ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan” (12:3-4).

Paulus dan Aquinas telah mengalami dan merenungkan kebaikan terbesar yang tak terungkapkan dengan perkataan atau penjelasan apa pun. Yang Aquinas saksikan membuatnya kehilangan asa untuk menyelesaikan karyanya, karena ia merasa tidak lagi layak menggambarkan kebesaran Allah yang telah mengutus Putra Tunggal-Nya untuk disalibkan demi kita. Sebaliknya, Paulus terus menulis, tetapi ia melakukannya dengan kesadaran penuh bahwa ia tak dapat mengungkapkan atau menyelesaikannya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri.

Di tengah segala kesulitan yang Paulus hadapi saat melayani Kristus (2Kor. 11:16-33; 12:8-9), ia dapat menoleh ke belakang dan melihat, bahwa dalam kelemahannya, ia mengalami anugerah dan kebaikan yang tak terungkapkan dengan kata-kata dan tak mampu dicerna oleh pikiran. —Mart DeHaan

WAWASAN
Dalam 2 Korintus 12, Rasul Paulus meneruskan sikapnya yang “memegahkan diri” dengan terpaksa, setelah di pasal sebelumnya ia menentang klaim dari mereka yang disebutnya “rasul-rasul yang tak ada taranya,” yakni guru-guru palsu yang sedang menyesatkan jemaat Korintus dengan memberitakan “Yesus yang lain dari pada yang telah [Paulus] beritakan” (11:4). Dalam pasal 12, ia bercerita tentang suatu masa yang terjadi bertahun-tahun sebelumnya ketika ia “diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga” (ay.2), atau firdaus, tempat takhta Allah berada. Menurut kepercayaan Yahudi kuno, ada tiga surga. Surga pertama adalah atmosfer bumi (angin dan awan) dan surga kedua terdiri dari matahari, bulan, dan bintang-bintang. —Alyson Kied

Melampaui Kata-Kata

Masalah apa yang kamu rasa begitu membebani kamu? Bagaimana kamu telah melihat Allah menyatakan kebaikan-Nya kepada kamu dengan cara yang tak dapat kamu jelaskan?

Bapa di surga, berilah aku hari ini keberanian untuk mengalami kehadiran dan kekuatan-Mu dalam kelemahanku.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 53-55; 2 Tesalonika 1

Bagikan Konten Ini
56 replies
« Older Comments
« Older Comments

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *