Ketika Kelemahan Menjadi Kekuatan

Sabtu, 29 Oktober 2022

Baca: Yeremia 20:7-13

20:7 Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.

20:8 Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: “Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.

20:9 Tetapi apabila aku berpikir: “Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya”, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.

20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: “Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!” Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: “Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!”

20:11 Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!

20:12 Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.

20:13 Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.

Mengapa gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan, sehingga hari-hariku habis berlalu dalam malu? —Yeremia 20:18

Dua tahun lamanya Drew dipenjara karena melayani Tuhan Yesus. Ia pernah membaca kisah-kisah para misionaris yang terus merasakan sukacita selama di penjara, tetapi ia mengaku bahwa bukan itu yang ia rasakan. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa Allah telah salah memilih orang untuk menderita bagi-Nya. Namun, sang istri menjawab, “Tidak. Menurutku, Dia justru memilih orang yang tepat. Ini pasti bukan kebetulan.”

Drew mungkin dapat merasakan apa yang dialami Nabi Yeremia, yang telah setia melayani Allah dengan memperingatkan bangsa Yehuda tentang hukuman Allah atas dosa-dosa mereka. Namun, sementara penghakiman Allah masih belum terjadi, para pemimpin Yehuda memukuli Yeremia dan memasungnya. Yeremia menyalahkan Allah: “Engkau telah membujuk aku, ya Tuhan” (ay.7). Sang nabi percaya bahwa Allah telah gagal melaksanakan rencana-Nya. Firman Allah “telah menjadi cela dan cemooh bagi [dirinya], sepanjang hari” (ay.8). “Terkutuklah hari ketika aku dilahirkan!” ujar Yeremia. “Mengapa gerangan aku keluar dari kandungan, melihat kesusahan dan kedukaan, sehingga hari-hariku habis berlalu dalam malu?” (ay.14, 18).

Akhirnya Drew dibebaskan, tetapi melalui cobaan berat yang dialaminya, ia mulai mengerti bahwa mungkin Allah memilihnya, sama seperti Dia memilih Yeremia, justru karena ia lemah. Jika ia dan Yeremia adalah sosok yang kuat, mungkin orang akan memuji mereka atas keberhasilan yang mereka capai. Namun, jika mereka memang lemah, segala pujian karena ketekunan mereka akan diarahkan kepada Yesus (1kor. 1:26-31). Kelemahan Drew menjadikan dirinya orang yang sempurna untuk dipakai Yesus. —Mike Wittmer

WAWASAN
Dalam Yeremia 20, kita melihat sisi manusiawi dari nabi besar itu. Allah memanggil Yeremia dengan berkata, “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau” (Yeremia 1:5). Namun, sang nabi mengutuk hari kelahirannya (20:14), dan berharap tidak pernah keluar dari kandungan (ay.18). Ia merasa dikhianati oleh Allah yang berjanji, “Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau” (1:8). Allah juga berkata kepadanya, “Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam” (ay.10). Namun, di saat-saat yang berat ini, Yeremia tidak merasakan kuasa Allah, maupun tindakan penyelamatan-Nya. Namun, terlepas dari penderitaan pribadinya, Yeremia tetap setia dan terus menjalankan misi yang telah Allah berikan padanya. —Tim Gustafson

Ketika Kelemahan Menjadi Kekuatan

Mana bagian diri kamu yang kamu anggap lemah? Bagaimana kamu dapat mengubah kelemahan kamu menjadi kekuatan rohani?

Tuhan Yesus, kuasa-Mu nyata di dalam kelemahanku. Aku mengakui kegagalanku, agar aku dapat memegahkan diri di dalam Engkau!

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 18-19; 2 Timotius 3

Bagikan Konten Ini
46 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  2. Ruben kristianto
    Ruben kristianto says:

    Ampuni aku Tuhan,di saat keterpurukan ku aku merasa Tuhan tidak menunjukan kasih setianya,namun aku percaya saat ini apapun yg terjadi semuanya ada waktu khusus di mana aku akan menuai dari tetesan air mata ku,waktu Tuhan pasti yg terbaik

  3. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    amin dlm kelemahan engkau bekerja didlm setiap ke hdpan anak 2 mu ya hpk amin dan kuasamu menjadi nyata ya bpk dan menjadi sempurna amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *