Imanku Bertumbuh dari Balik Kegagalan
Oleh Abyasat Tandirura, Toraja
Aku bersyukur terlahir sebagai seorang anak petani yang kerap merasakan pasang surut kehidupan yang tak mudah tetapi terus dilakoni agar tetap menjadi harapan demi keberlangsungan hidup itu sendiri. Ketika musim menanam padi hendak dimulai, aku menyaksikan langsung bagaimana proses yang dilakukan oleh para petani yang dimulai dari pesemaian bibit hingga memperoleh hasil akhir yakni tuaian padi.
Terlepas dari serangkaian proses sampai padi siap dituai, ada satu hal yang menarik perhatianku hingga menjadi sebuah perenungan bagiku ketika aku memaknai kegagalan dalam perspektif iman. Aku memperhatikan terkadang benih padi yang disemaikan ayahku serta para petani lainnya, ada yang bertumbuh dengan sempurna, bertumbuh sebagian, hingga ada pula yang gagal tumbuh sama sekali. Padahal, semua padi itu berasal dari benih yang sama dan melalui proses persemaian yang sama. Namun, ternyata tidak sedikit benih yang tidak layak dijadikan bibit padi siap tanam.
Seperti benih padi yang gagal tumbuh, kegagalan juga menghampiri hidupku. Akan tetapi, jika benih padi yang gagal tumbuh itu tidak ada lagi artinya sebab tidak akan pernah menghasilkan tuaian baru, maka lain halnya dengan kegagalanku. Kegagalanku justru sungguh berarti dan memberiku harapan baru.
Bagaimana aku memaknai kegagalanku, sehingga menjadi pondasi yang kuat untuk menjalani hari-hariku baik sekarang pun di masa menjelang? Iman seperti apa yang membuatku teguh di tengah kesukaran hidup untuk berjuang mendapatkan pekerjaan yang baru? Melalui tulisan ini, Aku berharap kiranya kita semua tetap teguh beriman dan tidak hilang harapan untuk setiap perjuangan yang sedang berlangsung.
Awal September kemarin, menjadi perjuangan pertamaku untuk mendapatkan pekerjaan baru pasca resign dari tempat kerja sebelumnya. Dengan semangat yang membara, aku membulatkan tekad untuk mengikuti serangkaian proses seleksi pegawai yayasan pada salah satu perguruan tinggi swasta yang cukup jauh dari tempat tinggalku. Aku sungguh bersemangat mempersiapkan sejumlah berkas. Demi pekerjaan ini, aku menempuh perjalanan lintas kabupaten agar bisa memenuhi persyaratan administratif.
Aku bersemangat dan melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan karena satu hal. Jika aku bisa mendapat pekerjaan ini, aku bisa tetap menunaikan tanggung jawab pelayananku di gereja tempatku berjemaat. Aku yakin motivasiku ini selaras dengan firman Tuhan, karena aku tahu bahwa bekerja juga adalah wujud pelayanan. Aku sungguh ingin melayani Tuhan di tempat kerjaku, juga di gereja, agar hidupku bisa berbuah seperti yang diserukan oleh rasul Paulus: “Tetapi jika aku harus hidup di dunia, itu berarti bagiku bekerja memberi buah” (Filipi 1:22b).
Akan tetapi, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak.
Lagi, namaku tidak tertera dalam daftar pengumuman hasil akhir tes. Padahal, aku dan beberapa temanku berpendapat bahwa soal yang diujikan tidaklah sesulit soal-soal setingkat rekruitmen BUMN atau seleksi CPNS. Lagipula, beberapa materi yang telah kupelajari selama 2 minggu sangat membantuku dalam menjawab sejumlah soal yang diujikan. Bahkan, sesi wawancara pun berjalan dengan lancar.
Kuakui, perjuangan yang berawal dengan penuh semangat tetapi berujung pada kegagalan ini, membuatku berkecil hati. Aku telah kehilangan pekerjaan saat memutuskan untuk memilih resign karena SK kontrak kerjaku tak lagi diperpanjang, juga agar aku bisa mencari pekerjaan baru dengan upah kerja yang jauh lebih baik.
Perasaan khawatir juga melintas di benakku. Aku takut tidak punya penghasilan, sementara hidup menuntut banyak kebutuhan. Aku takut kesehatan mentalku terganggu, bila aku terlalu lama menganggur.
Aku teringat pada kisah kegagalan serupa yang telah menerpaku setahun lalu bahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Sejujurnya, secara fisik aku lelah tak berdaya tatkala meratapi kegagalan-kegagalan tersebut. Aku berpikir, mungkinkah kegagalan kali ini adalah kesalahanku atau mungkin nasibku selalu sial? Kendati demikian, ada satu hal yang memampukanku berdiri teguh sejauh ini yakni iman.
Bagi Tuhan, tak ada yang mustahil. Hati kecilku menyerukan dengan lantang kata-kata ini. Seruan iman dan pengharapan ini seakan menyulap hatiku yang dingin menjadi hangat merekah. Seperti judul tulisanku “Imanku Bertumbuh dari Balik Kegagalan, aku bertanya pada diriku: andaikata iman itu bisa dihitung atau bisa berwujud benda, apakah imanku hanya sebiji benih padi saja? Tidak sebulir, apalagi segenggam? Jika benar ia hanya sebiji benih padi saja, apakah ia benar-benar bertumbuh dengan baik sehingga olehnya kelak terbit harapan baru yakni tuaian benih-benih padi bernas?
Kitab Ibrani 11:1 menuliskan dengan jelas bahwa: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Aku belajar lebih dalam tentang iman dan kegagalan yang kualami ini. Aku yakin sepenuhnya bahwa saat kita hidup beriman, tidak berarti kita tidak lagi mengalami kegagalan dan bila kita mengalami kegagalan, bukan berarti kita tidak beriman. Iman menjadi dasar dari setiap pengharapan kita. Andaikata aku tahu sebelumnya bahwa aku tidak lolos, untuk apa aku rela berlelah-lelah mengikuti serangkaian seleksi itu? Aku menyadari bahwa meski hatiku gundah gulana karena gagal mendapatkan pekerjaan, Tuhan tetap mengasihiku dengan membangkitkan dan menyegarkan kembali imanku.
Kegagalan ini sungguh membuat imanku bertumbuh.
Betapa tidak, aku belajar bahwa bukan soal besar kecilnya iman yang kita miliki, tetapi bagaimana kita menghidupi iman itu; apakah kita tetap percaya dan taat. Aku percaya bahwa rancangan-Nya jauh lebih baik daripada keinginanku. Aku yakin bahwa Ia tetap setia pada janji-Nya tentang rancangan masa depan yang penuh damai sejahtera. Aku perlu taat sepenuhnya kepada-Nya ke mana saja Ia membawaku dan memberiku pekerjaan baru kelak.
Kini, dengan sukacita aku mau mengatakan bahwa bukan perkara lolos atau tidak melainkan bagaimana iman yang kumiliki itu—bahkan bila hanya sebiji benih padi—makin bertumbuh dengan baik, makin membawaku pada rancangan dan tujuan-Nya semata sehingga aku tidak harus meratapi kegagalanku dan tidak perlu berkecil hati. Senada dengan iman, aku teringat akan perkataan Yesus kepada murid-murid-Nya tentang Iman sebesar biji sesawi.
“…Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana,-maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Matius 17:20).
Ketika gagal, aku bersyukur bahwa Tuhan tidak hanya membangkitkan dan menyegarkan kembali imanku, tetapi juga Ia menerbitkan harapan baru bagiku untuk terus berjuang dan tidak menyerah hingga suatu waktu aku mendapatkan pekerjaan baru. Harapan itu diteguhkan oleh firman-Nya: “Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku” (Yesaya 49 : 16)
Sekarang, aku sungguh mengimani bahwa pengharapan dan iman percaya kita, pun ketaatan kita kepada-Nya, akan memandu dan membuat kita sampai pada tujuan, tidak hanya kesuksesan tetapi juga kemuliaan kekal. Aku pun mengerti bahwa kegagalan bukanlah kesalahan melainkan sebuah momen yang menolong kita untuk bersyukur dalam segala hal, sekaligus menumbuhkan iman dan pengharapan kita jauh melebihi dari semua hal yang kasat mata. Kiranya, hari demi hari iman kita terus bertumbuh dari Firman-Nya.
Kepada semua teman-temanku yang mengalami kegagalan sepertiku, aku mau berkata bahwa janganlah terlalu larut dalam kesedihan dan kekecewaan sebab ketika kita hidup di dunia, pencapaian kesuksesan bukanlah prioritas utama. Lebih daripada kesuksesan duniawi, sejatinya aku dan kamu sedang berjuang menghidupi iman di dalam Kristus untuk mencapai tujuan akhir yaitu hidup kekal bersama-Nya selamanya di sorga kelak.
Terpujilah Tuhan
Amin, renungan yang sangat bagus dan memberkati. Pengharapan hanya ada di dalam-Nya, terima kasih Tuhan telah menolongku untuk selalu beriman dan tetap mengucap syukur atas apapun yang terjadi.
Haleluya.. Amin
Terpujilah TuhanðŸ¤
Amin… Di dalam nama Tuhan Yesus ketika aku membaca tulisan ini kiraNya Tuhan memampukan aku dalam segala sesuatu hal ,,,baik di kegagalan yang lalu sampai saat ini yang membuat aku down kiraNya aku menemukan harapan yang baru dan Iman yang semakin teguh… Hanya oleh karena NamaNya…. Amin… Terpujilah Tuhan…😇😇😇
Terima kasih untuk renungan nya. Sangat bagus dan membangun kehidupan rohani saya. God bless ✨
Sangat terberkati dengan tulisan ini, hingga saat ini saya juga menanti dengan sabar setiap jawaban setiap doa.
Sangat terberkati dengan tulisan ini ðŸ‘ðŸ™ðŸ˜‡
Amen
Amen ♥ï¸
Terimakasih untuk kesaksian kakak yg begitu bermakna untuk ku pribadi juga kak… semoga kita bisa naik kelas dari setiap pergumulan2 kita
Amen 😇
Terpujilah Tuhan
aminðŸ™ðŸ™
tuhan yesus memberkati
ðŸ™
Amin Haleluya
Sungguh menguatkan imanku. Kiranya kita selalu ingat dan sadar bahwa hati Bapa itu baik. Bapa selalu memikirkan yang indah bagi kita masing”. Bahkan saat Tuhan bawa kita pada kegagalan pun, Tuhan tidak bermaksud untuk mengecewakan kita. Namun, Tuhan sedang mengajari kita agar kita mengasihinya secara pribadi, bukan sekadar mengasihinya karena berkat”nya. Seringkali, karena kegagalan yang Tuhan izinkan, kita jadi semakin dekat dengan hati Tuhan. Semakin paham Tuhan maunya apa. Saat kita sudah ada di titik itu, maka pengetahuan akan Dia adalah harta yang paling berharga dari keberhasilan apapun.
Aku yakin, saat tiba waktunya, kita akan bersinar dan sampai pada tujuan kita dengan pribadi kita yang baru. Tuhan Yesus sungguh baik.