Apakah Engkau Tetap Mengasihiku?
Kamis, 13 Oktober 2022
Baca: Roma 5:6-11
5:6 Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah.
5:7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar–tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati–.
5:8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
5:9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah.
5:10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!
5:11 Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. —Roma 5:8
Lyn-Lyn yang berusia sepuluh tahun akhirnya diadopsi. Namun, ia merasa takut. Di panti asuhan tempatnya dibesarkan, ia sering dihukum hanya karena kesalahan-kesalahan kecil. Lyn-Lyn bertanya kepada ibu angkatnya, yang adalah teman saya, “Apakah Ibu menyayangiku?” Ketika teman saya menjawab “Ya, tentu,” Lyn-Lyn masih bertanya, “Kalau aku berbuat salah, apakah Ibu tetap menyayangiku?”
Meski tidak diucapkan, beberapa dari kita mungkin menanyakan hal yang sama ketika kita merasa telah mengecewakan Allah, “Apakah Engkau tetap mengasihiku?” Kita tahu bahwa selama hidup di dunia, kita akan berkali-kali gagal dan berbuat dosa. Kemudian, kita bertanya-tanya, apakah kesalahan saya akan mempengaruhi kasih Allah kepada saya?
Yohanes 3:16 meyakinkan kita akan kasih Allah. Dia mengaruniakan Anak-Nya, Yesus Kristus, untuk mati demi kita sehingga jika kita percaya kepada-Nya, kita akan menerima hidup yang kekal. Namun, bagaimana jika kita mengecewakan Allah bahkan setelah kita percaya pada-Nya? Saat itulah kita perlu mengingat bahwa “Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8). Jika Allah dapat mengasihi kita dalam keadaan kita yang terburuk, mengapa hari ini kita meragukan kasih-Nya di saat kita telah menjadi anak-anak-Nya?
Ketika kita berbuat dosa, dengan penuh kasih Bapa menegur dan mendisiplin kita. Ini bukanlah penolakan (8:1), melainkan kasih (Ibr. 12:6). Marilah kita hidup sebagai anak-anak Allah yang dikasihi-Nya, dengan meyakini indahnya kepastian bahwa kasih-Nya bagi kita teguh dan kekal. —KAREN HUANG
WAWASAN
Dalam Roma 5, Rasul Paulus menyampaikan salah satu gambaran paling indah tentang karya Yesus di kayu salib. Segera setelah menyampaikan bahwa kematian Kristus adalah bukti kasih Allah untuk umat manusia, Paulus mengalihkan perhatiannya kepada kematian kita. Ia berkata, kematian telah menjadi wabah yang melanda semua umat manusia karena Adam pertama telah memilih untuk memberontak daripada taat. Oleh karena itu, semua umat manusia mati. Namun, Yesus—Adam yang terakhir—memilih untuk taat kepada Bapa. Alhasil, lewat kematian-Nya, Yesus telah membuka jalan kepada kehidupan kekal bagi semua orang yang percaya pada Dia. Kita masih menjadi musuh Allah ketika Dia mengutus Yesus ke dunia. Kita sepatutnya mati karena Adam dan pemberontakan kita sendiri. Akan tetapi, Allah tidak menyerah terhadap kita. Dia justru menunjukkan kasih-Nya melalui Yesus. Kesetiaan-Nya itu mematahkan kuasa dosa dan kematian, sehingga kita dapat hidup kembali. —Jed Ostoich

Bagaimana kamu dapat dikuatkan untuk menaati Allah dengan memahami kasih-Nya bagi kamu? Bagaimana hal itu mempengaruhi pandangan kamu tentang dosa?
Bapa Surgawi, terima kasih, atas kasih-Mu yang teguh dan tidak berubah.
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 41-42; 1 Tesalonika 1
Amin