Cerita Belum Berakhir

Jumat, 23 September 2022

Baca: Matius 6:9-13

6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. —Matius 6:10

Ketika episode terakhir serial drama Inggris, Line of Duty, ditayangkan, banyak orang ingin tahu bagaimana akhir dari perjuangan para tokohnya melawan kejahatan terorganisir. Namun, banyak penonton akhirnya kecewa ketika dalam episode terakhir itu justru tersirat kejahatan yang akhirnya menang. “Saya ingin orang-orang jahat diseret ke pengadilan,” kata seorang penggemar. “Kita butuh akhir yang bermoral seperti itu.”

Sosiolog Peter Berger pernah menulis bahwa kita haus akan pengharapan dan keadilan—pengharapan bahwa suatu hari kejahatan akan dikalahkan dan para pelakunya akan dihukum. Dunia yang memenangkan penjahat tidaklah sejalan dengan cara kerja dunia yang kita ketahui. Tanpa disadari, para penggemar yang kecewa itu menyuarakan kerinduan terdalam dari umat manusia agar dunia kembali baik seperti semula.

Dalam doa Bapa Kami, Yesus memandang kejahatan secara realistis. Kejahatan tidak hanya ada di tengah kita—karenanya dibutuhkan pengampunan (Mat. 6:12), tetapi ada dalam skala yang lebih besar—sehingga dibutuhkan kelepasan (ay.13). Namun, kenyataan itu diimbangi dengan pengharapan. Di surga tidak ada kejahatan, dan kerajaan surgawi itu sedang datang ke bumi (ay.10). Suatu hari nanti keadilan Allah akan terpenuhi, “akhir yang bermoral” akan dihadirkan-Nya, dan kejahatan akan dihapus selamanya (Why. 21:4).

Jadi, ketika penjahat di dunia sekarang seakan menang dan membuat kamu kecewa, ingatlah: sampai kehendak Allah terjadi “di bumi seperti di sorga,” selalu ada pengharapan—karena cerita belum berakhir. —Sheridan Voysey

WAWASAN
Dalam Injil Matius, Doa Bapa Kami menjadi bagian kunci dari Khotbah Yesus di Bukit. Ajaran Yesus mengenai doa terutama menantang praktik keagamaan masa itu, karena Dia mendakwa tidak saja para pemimpin agama yang munafik, yang menggunakan ibadah mereka kepada Allah sebagai sarana untuk menarik perhatian kepada diri mereka sendiri (6:5), tetapi juga orang-orang yang tidak mengenal Allah, yang memakai doa-doa mereka sebagai cara untuk mengikat ilah mereka dengan mantera yang “bertele-tele” atau kata-kata yang banyak (ay.7). Sebaliknya, Yesus menawarkan suatu alternatif yang bersifat intim sekaligus penuh ketundukan. Doa Bapa Kami adalah suatu percakapan yang hening dan pribadi antara orang yang berdoa dan Allah sendiri. Doa itu tidak hendak mengekang Sang Pencipta alam semesta, tetapi menempatkan pendoanya dalam sikap tunduk yang percaya penuh kepada Bapa yang berbelas kasih. Dalam pengajaran Yesus, doa menjadi ungkapan rasa percaya, tanpa kesombongan atau kepura-puraan. —Jed Ostoich

Cerita Belum Berakhir

Menurut kamu, mengapa kita mendambakan pengharapan dan keadilan? Bagaimana doa Bapa Kami dapat menolong kamu menghadapi kejahatan dan kekecewaan?

Bapa Surgawi, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu, di bumi seperti di surga!

Bacaan Alkitab Setahun: Kidung Agung 1-3; Galatia 2

Bagikan Konten Ini
43 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan Segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  2. Setiawati Herawati
    Setiawati Herawati says:

    Amin trimakasih bpk engkau allah yg ksmi perc i dan kami sembah ajar kami hdptk memperc engkau sepenuh nya kami hanya dpt memuji dan menyembahmu amin

  3. karmila
    karmila says:

    alasan kita mendambakan pengharapan dan keadilan menurut saya karena kita telah mengalami banyak kekecewaan dan kita seringkali hidup dalam kekhawatiran, kita takut hal buruk akan menimpa kita dan tidak ada hal baik yg nantinya akan kita dapatkan.
    tapi puji Tuhan dalam Kristus kita akhirnya tahu bahwa doa adalah kekuatan terbesar yg kita miliki untuk melawan setiap ketakutan, bahkan mungkin ketidakadilan, dan doa Bapa Kami meyakinkan saya untuk bertekuk lutut dibawah penyertaan Sang Pemberi Kehidupan, Sang Sumber Pengharapan.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *