Meneruskan Kebenaran
Senin, 22 Agustus 2022
Baca: Ulangan 4:9-14
4:9 Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu,
4:10 yakni hari itu ketika engkau berdiri di hadapan TUHAN, Allahmu, di Horeb, waktu TUHAN berfirman kepadaku: Suruhlah bangsa itu berkumpul kepada-Ku, maka Aku akan memberi mereka mendengar segala perkataan-Ku, sehingga mereka takut kepada-Ku selama mereka hidup di muka bumi dan mengajarkan demikian kepada anak-anak mereka.
4:11 Lalu kamu mendekat dan berdiri di kaki gunung itu, sedang gunung itu menyala sampai ke pusar langit dalam gelap gulita, awan dan kegelapan.
4:12 Lalu berfirmanlah TUHAN kepadamu dari tengah-tengah api; suara kata-kata kamu dengar, tetapi suatu rupa tidak kamu lihat, hanya ada suara.
4:13 Dan Ia memberitahukan kepadamu perjanjian, yang diperintahkan-Nya kepadamu untuk dilakukan, yakni Kesepuluh Firman dan Ia menuliskannya pada dua loh batu.
4:14 Dan pada waktu itu aku diperintahkan TUHAN untuk mengajarkan kepadamu ketetapan dan peraturan, supaya kamu melakukannya di negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu [jalan dan perintah Allah]. —Ulangan 4:9
Karena tidak mampu bertemu langsung para cucu dengan risiko terinfeksi, banyak kakek-nenek mencari cara baru agar tetap terhubung selama pandemi COVID-19. Survei terbaru menunjukkan banyak kakek-nenek mulai belajar mengirimkan pesan teks dan membuka akun media sosial untuk menjaga relasi yang berharga dengan cucu-cucu mereka. Sebagian bahkan beribadah bersama keluarga besar melalui panggilan video.
Salah satu cara terindah yang dapat dilakukan orangtua dan kakek-nenek untuk mempengaruhi anak-cucu mereka adalah dengan meneruskan kebenaran Alkitab. Dalam Ulangan 4, Musa memerintahkan umat Allah agar tidak “melupakan hal-hal yang dilihat oleh” mereka tentang Allah, dan supaya “jangan semuanya itu hilang dari ingatan [mereka]” (ay.9). Musa melanjutkan dengan berkata bahwa meneruskan hal-hal itu kepada generasi-generasi mendatang akan memampukan mereka belajar “takut kepada” Allah (ay.10) dan hidup seturut dengan kebenaran-Nya di tanah yang diberikan-Nya kepada mereka.
Hubungan dengan keluarga dan sahabat yang diberikan Allah kepada kita memang dimaksudkan untuk kita nikmati. Menurut rancangan Allah, relasi-relasi itu juga dimaksudkan sebagai saluran untuk membagikan hikmat-Nya dari satu generasi ke generasi berikutnya, “mendidik [mereka] dalam kebenaran,” dan memperlengkapi mereka “untuk setiap perbuatan baik” (2Tim. 3:16-17). Ketika kita membagikan kebenaran dan karya Allah dalam hidup kita kepada generasi mendatang—baik melalui pesan teks, panggilan telepon, video, atau percakapan tatap muka—kita memperlengkapi mereka untuk menyaksikan dan menikmati karya-Nya dalam hidup mereka sendiri. —KRISTEN HOLMBERG
WAWASAN
Ucapan Musa dalam Ulangan 4 menyatakan dua aspek bertautan tentang keadaan manusia. Pertama, kita mudah sekali melupakan peristiwa-peristiwa dan perkataan-perkataan penting (ay.9a). Kedua, untuk menghindari hal itu, kita perlu secara sengaja tetap mengingat hal-hal penting (ay.9b). Kita dapat melihat bahwa seruan untuk sengaja mengingat perbuatan-perbuatan Allah itu mengantisipasi siklus penyimpangan rohani yang terjadi turun-temurun dalam Kitab Hakim-Hakim. Di sini, dalam Kitab Ulangan, umat Israel didorong untuk meneruskan ingatan akan perbuatan-perbuatan Allah “kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu” (ay.9-10). Dalam Kitab Hakim-Hakim, kita (berulang kali) membaca kegagalan mereka untuk melakukannya dan akibat-akibat yang mereka derita (lihat 3:10-12). Di dalam setiap “siklus” Kitab Hakim-Hakim, ketidakpatuhan umat Israel sudah terjadi pada generasi pertama atau kedua sesudah Allah melepaskan mereka, dan ini menunjukkan kelalaian mereka untuk meneruskan ingatan akan perbuatan Allah kepada anak-anak mereka. —J.R. Hudberg

Siapa yang pernah “meneruskan” kebenaran Allah kepada kamu? Kepada siapa kamu dapat membagikan kebenaran-Nya—melalui pesan singkat, tulisan tangan, atau percakapan tatap muka?
Terima kasih, ya Allah, atas warisan iman yang telah Engkau teruskan kepadaku. Mampukanlah aku membagikan warisan tersebut kepada orang lain dengan penuh kasih.
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 110-112; 1 Korintus 5
aminn aminn aminn aminn aminn ðŸ™ðŸ™ðŸ™
aminnnn😇😇😇
Amin ðŸ¤
Terima kasih untuk firman hari ini ☺ï¸ðŸ™ðŸ»
Amin
Amin
Amin
Amin
Amin, terimakasih renungannya
Tuhan memberkati ðŸ™
amin
Amin
Amin…
Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimana pun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi Ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana,kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tangan Mu saja ya Tuhan biarlah KehendakMu yang terjadi, terpuji lah NamaMu kekal selamanya, amin
aminn..
kebaikan Tuhan haruslah senantiasa diceritakan dtgah pergumulan dan ketidakpastian di dalam hdp.
soli deo gloria
soli deo gloria
Amin Tuhan Yesus Memberkati
Amin
Amin😇
Amin
?
Amin
amin
amin
Amin
Amin
Amin
amin
aminðŸ™ðŸ˜‡
amin
amin
Amen
amin
amin
amin
amin
amen
Mewariskan kebenaran firman Tuhan. Amin.
Amin! Amin! Amin!
ya bpk beri kami kemampuan untk hdp kami menjadi berkat untk dpt melakukan yg tuhan mau dan menjadi berkat bagi bnyk orang amin ya bpk amin,,,,
â¤â¤
Amin
Amin..
AMEN TUHAN YESUS
Amen
Amin…
Trimakasih Tuhan, kiranya Tuhan senantiasa memampukan saya untuk dapat meneruskan kebenaran Firmannya😊ðŸ™