Tips Membawa Kembali SUKACITA di Rutinitas Sehari-hari

Kita sering berpikir kalau hidup yang bahagia itu selalu dipenuhi aktivitas yang asyik sepanjang waktu. Di media sosial kita melihat seseorang bersenang-senang dengan pasangannya, punya kantor yang asyik, atau jalan-jalan di kala senja bersama anjing kesayangan.

Kita memang tahu kalau media sosial tidak murni mencerminkan kenyataan, tapi tetap saja kita merasa minder dan membanding-bandingkan diri kita.

Ketika hidup tidak melulu menyajikan momen bahagia, ada hal-hal yang perlu kita tanamkan di pikiran supaya hidup kita lebih dipenuhi sukacita.

1. Ketahuilah bahwa sukacita itu lebih dari sekadar perasaan senang

Sukacita itu bukan cuma tentang momen penuh euforia, atau sesuatu yang baru atau senang sepanjang waktu. Bukan pula tentang berpura-pura bahagia padahal kamu sendiri sedang sedih.

Pemazmur menulis bahwa sukacita ditemukan dalam kehadiran Allah, dan di tangan kanan-Nya ada nikmat senantiasa (Mazmur 16:11). Jadi, ketika kita sungguh memikirkannya, sukacita ditemukan hanya dalam Allah. Kita ada di dalam-Nya dan diselamatkan dalam Yesus, tak ada yang dapat mengubah fakta itu. Inilah sukacita yang sejati ketika kita tahu apa yang jadi kebenarannya, sukacita yang tak ditentukan oleh kerapuhan atau kekecewaan.

Ketika kita dapat benar-benar memahami bagaimana sukacita datang dari Tuhan, maka perasaan kita tidak perlu menghalangi kita untuk mengetahui sukacita sejati.

2. Izinkanlah dirimu merasa bosan sesekali—itu bukanlah hal yang selalu buruk

Kadang hari-hari yang kita lalui terasa monoton, dan kita berpikir, “Oh, gak bener ini. Pasti ada yang salah di hidupku”. Kebanyakan dari kita ketika tiba di masa-masa jenuh, kita tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Kejenuhan bisa jadi kesempatan untuk beristirahat dan mengenali hal-hal kecil di sekitar kita–bunga yang mekar di taman belakang rumah, sekelompok bebek yang berenang di kolam, atau memandang takjub pada indahnya langit malam.

Di lain waktu, kejenuhan juga bisa jadi semacam kompas yang mengarahkan kita pada arti dan tujuan, serta mengingatkan kita untuk memikirkan ulang hal-hal yang telah (atau tidak) kita lakukan.

Tapi waspadalah, kejenuhan bisa juga menjebak kita untuk berlama-lama nonton Netflix atau sekadar bermain medsos. Mintalah Tuhan untuk menolong kita berproses dan menyelidiki kejenuhan ini. Apakah kita kurang bersyukur, atau ini kesempatan buat berkembang?

3. Coba sesuatu yang baru atau berbeda

Selain kerja, makan, dan tidur yang terus berulang kita bisa menjadikan hari-hari kita lebih berwarna dengan melakukan hal baru. Misalnya: kita ikut kelas mengajar, mengajak teman atau tetangga pergi makan, atau kalau kamu menikmati waktu-waktu sendiri, kamu bisa makan malam sendirian di restoran yang enak.

Mendorong diri kita untuk keluar dari zona nyaman dapat menolong kita memiliki perspektif yang lebih luas dan menyadari kalau ada banyak sekali hal yang bisa kita jelajahi. Kita bisa berinteraksi dengan orang dengan berbagai ide, melihat bagaimana mereka menghidupi hidup, dan mengembangkan skill baru.

Yang paling penting, kita tahu bahwa Tuhan ingin kita bertumbuh dan dewasa dalam karakter dan iman. Pertumbuhan itu baru bisa terjadi jika kita tidak anti dengan perubahan.

4. Bangun relasi yang berarti, yang gak cuma sekadar di media sosial

Kita sering terjebak dalam pekerjaan dan rutinitas yang lama-lama membuat kita lupa akan betapa berharganya relasi dengan teman dan keluarga.

Kita bisa mulai membangun kembali relasi dengan teman-teman lama, tapi ini bukan berarti kita tiba-tiba mengirimi chat ke semua kontak kita. Pilih dengan cermat siapa teman yang ingin kita jumpai dan kenal lebih dalam lagi. Kita bisa mengobrol lewat chat, lalu merencanakan agenda bertemu bersama entah untuk olahraga, atau makan bareng.

Pertemanan yang awet tidak dibangun hanya dengan chat yang panjang, jadi pastikan kamu tetap berinteraksi setelah chat kalian usai. Ayo bangun relasi yang berarti yang menguatkan satu sama lain (1 Tesalonika 5:11).

5. Pikirkanlah segala kebaikan yang Tuhan telah lakukan buatmu

Mungkin sekarang kita tidak sedang bersukacita. Kita lelah, khawatir, dan merasa sangat sulit untuk tersenyum lagi. Tuhan pun serasa jauh untuk menyelamatkan kita.

Namun, satu cara yang bisa menolong membawa sukacita kita kembali adalah dengan mengingat seberapa jauh Tuhan telah membawa kita. Jika kita merenungkan bagaimana Tuhan menolong kita saat kita putus dari pacar, gagal di ujian, dan sebagainya, kita mengingat kembali bahwa Dia selalu beserta kita dalam masa-masa yang tak pasti.

Mengingat akan kesetiaan-Nya akan membawa kita pada rasa syukur, yang datang berdampingan dengan sukacita (Mazmur 95:1-2, 1 Tesalonika 5:18). Allah yang dahulu menolong kita adalah Allah yang sama, yang hadir beserta kita.

Terakhir, sukacita sejati hanya ditemukan dalam Tuhan yang memenuhi kita lebih dari kelimpahan gandum dan anggur (Mazmur 4:7).

Adalah baik untuk selalu menantang diri kita bertumbuh. Temukan hobi baru, tumbuhkan relasi yang lebih erat dengan temanmu, atau sesekali belajarlah menerima rasa bosan dan jenuh agar kita mengingat lagi bahwa janji Yesus itu nyata. Sukacita sejati hadir ketika kita hidup selaras dalam kasih-Nya (Yohanes 15:10-11).

Bagikan Konten Ini
0 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *