Menolak Membenarkan Diri
Kamis, 9 Juni 2022
Baca: Markus 7:6-13
7:6 Jawab-Nya kepada mereka: “Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
7:7 Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”
7:9 Yesus berkata pula kepada mereka: “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
7:10 Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati.
7:11 Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban–yaitu persembahan kepada Allah–,
7:12 maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatupun untuk bapanya atau ibunya.
7:13 Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan.”
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia. —Markus 7:8
Seorang polisi bertanya kepada pengemudi apakah ia tahu alasan mobilnya dihentikan. “Tidak tahu,” jawab si pengemudi dengan bingung. “Bu, kamu mengirim pesan dengan ponsel sambil mengemudi,” sang polisi menjelaskan dengan sabar. “Bukan, bukan mengirim pesan!” protes wanita itu sambil menunjukkan teleponnya sebagai bukti. “Aku sedang mengecek e-mail!”
Mengecek e-mail dengan ponsel tidak membebaskan seseorang dari hukum yang melarang pengemudi menggunakan ponsel sambil berkendara! Maksud peraturan itu bukanlah untuk mencegah orang memakai ponsel atau mengirim pesan, melainkan agar fokus pengemudi tidak teralihkan saat berkendara.
Yesus menuding para pemimpin agama pada masa-Nya mencari celah sebagai alasan untuk tidak mengikuti hukum Allah. “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah,” kata Yesus, mengutip perintah “Hormatilah ayahmu dan ibumu” sebagai bukti (Mrk. 7:9-10). Dengan berlindung di balik ketaatan beragama, para pemimpin kaya raya yang munafik itu menelantarkan keluarga mereka sendiri. Dengan dalih uang mereka adalah “persembahan kepada Allah”, mereka menyatakan tidak perlu lagi menolong ayah dan ibu mereka yang sudah tua. Yesus pun langsung menyoroti inti permasalahannya. “Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu,” kata-Nya (ay.13). Selain tidak menghormati orangtua mereka sendiri, mereka juga tidak menghormati Allah.
Bisa jadi usaha kita membenarkan diri tidak kentara. Kita melakukannya saat kita menghindari tanggung jawab, berdalih atas perilaku egois kita, dan menolak perintah Allah yang sudah jelas. Jika semua itu menggambarkan perilaku kita, yakinlah, kita hanya menipu diri sendiri. Yesus mengundang kita untuk menukar kecenderungan hati kita yang egois dengan bimbingan Roh untuk menaati setiap perintah yang baik dari Bapa. —Tim Gustafson
WAWASAN
Beratnya tuduhan Yesus terhadap para pemuka agama (Markus 7:1,5), orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, terasa lebih menyentak jika kita memperhatikan kata-kata yang dipakai-Nya. Dia menyebut mereka “orang-orang munafik” (hypokrites, ay.6). Perbuatan para pemuka agama tersebut sangat berbeda dengan keadaan mereka sebenarnya. Yesus berkata, “Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia” (ay.8). Kata yang diterjemahkan sebagai “abaikan” (aphiemi) banyak dipakai di dalam Perjanjian Baru dan mengandung arti “meninggalkan” atau “melepaskan.” Meski mereka telah “meninggalkan” perintah Allah yang berdaulat, mereka “berpegang” (krateo) pada adat istiadat mereka. Kata lain yang menyoroti kesalahan para pemuka agama itu adalah “tidak berlaku” (akyroo, suatu istilah hukum untuk “membatalkan”, ay.13). Setiap sistem yang menempatkan tradisi di atas kebenaran Allah pantas mendapat kecaman. —Arthur Jackson

Dalam hal apa saja kamu sering mencoba membenarkan diri? Bagaimana sikap berdalih itu sejalan dengan hikmat Alkitab?
Ya Allah, aku membutuhkan hikmat-Mu untuk mengetahui apa yang benar. Jauhkanlah aku dari upaya untuk menyangkal kesalahanku sendiri. Tolonglah aku untuk hidup sejalan dengan bimbingan Roh-Mu.
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 32-33; Yohanes 18:19-40
AMEN TUHAN YESUS KRISTUS
Amin
Amin
Amin🤗
Amin
Amin ðŸ™
aminnn smoga kedepannya lebih bisa bertanggung jawab atas kesalahan xnxiri
aminn aminn aminn aminn aminn ðŸ™ðŸ™ðŸ™
amin
Amin
ðŸ™ðŸ™ðŸ™
amin
Amin ðŸ¤
Amin
Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena rencana. kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam tangan Mu saja ya Tuhan biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin
Amin
Amin
amin
Aminn
Amin😇
amen
Amin. Tq Jesus God
Amin
amib
Amin
Amin
Aminn 😇ðŸ™
amin
amin
Amen
Amin
amin
Tidak membenarkan diri dan mengakui kesalahan diri sendiri. Amin.
dalam Nama yesus tuhan pakai lebih lagi hidup ku
A min ðŸ™ðŸ™
😇
Amin
amien
Amen
AMIN TUHAN YESUS MEMBERKATI
Amin
amin
Amin sangat memberkati dan menegurku