Menjadi Berbeda

Kamis, 2 Juni 2022

Baca: Efesus 4:29-32

4:29 Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

4:31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

4:32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati. —Matius 11:29

Pada bulan November 1742, kerusuhan pecah di Staffordshire, Inggris, untuk memprotes pesan Injil yang dikhotbahkan oleh Charles Wesley. Tampaknya Charles dan saudaranya, John, telah mengubah beberapa tradisi lama gereja, dan banyak penduduk kota menganggap hal itu keterlaluan.

Ketika John Wesley mendengar tentang kerusuhan tersebut, ia bergegas pergi ke Staffordshire untuk membantu saudaranya. Gerombolan massa yang sulit dikendalikan mengepung tempat John tinggal. Dengan berani, ia menemui para pemimpin mereka, dan berbicara dengan nada tenang hingga akhirnya kemarahan orang banyak itu berangsur-angsur mereda.

Sikap John Wesley yang lemah lembut dan tenang sanggup menenangkan massa yang garang. Namun, kelemahlembutan itu tidak timbul dalam hatinya secara alamiah, melainkan datang dari hati Sang Juruselamat yang dipercayai Wesley dengan sepenuh hati. Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11:29). Kuk kelemahlembutan itu menjadi kekuatan sejati di balik dorongan yang dilontarkan Rasul Paulus kepada kita: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu” (Ef. 4:2).

Dalam kedagingan kita, mustahil untuk memiliki kesabaran tersebut. Namun, berkat kehadiran buah Roh di dalam kita, kelemahlembutan hati Kristus dapat menjadikan kita berbeda dan memampukan kita menghadapi dunia yang tidak bersahabat ini. Dengan melakukannya, kita menggenapi kata-kata Paulus: “Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang“ (Flp. 4:5). —BILL CROWDER

WAWASAN
Rasul Paulus menasihati orang percaya untuk hidup berbeda dari mereka yang tidak percaya. Hidup kita haruslah kudus, yakni dipisahkan dan diabdikan kepada Allah (Efesus 4:20-24). Ucapan kita sepatutnya berisi kebenaran, dengan kata-kata yang menolong, menguatkan, membangun, mendorong, dan memberkati orang lain (ay.25,29). Melalui kehadiran Roh Kudus di dalam diri kita, kita dapat membuang perkataan kotor dan kasar, juga ucapan yang mengandung kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian, atau fitnah (ay.29-31). Pengampunan yang kita berikan kepada orang lain memperlihatkan keluhuran kita sebagai orang percaya. Kita harus mengampuni sesama seperti Allah telah mengampuni kita (ay.32; Kolose 3:13). Bukti bahwa kita telah diampuni oleh Bapa adalah ketika kita rela mengampuni sesama, karena orang percaya yang telah diampuni Allah adalah pribadi yang pengampun (Matius 6:12,14-15; 18:21-35; Lukas 7:36-50). —K.T. Sim

Menjadi Berbeda

Mengapa budaya masa kini menganggap kelemahlembutan sebagai kelemahan? Bagaimana sifat lemah lembut tersebut sesungguhnya menjadi kekuatan kita?

Ya Allah, ingatkanlah aku bagaimana Tuhan Yesus telah menunjukkan kelemahlembutan dan belas kasihan kepada musuh-musuh-Nya.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 17-18; Yohanes 13:1-20

Bagikan Konten Ini
44 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kita dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan serta biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  2. Evi Yuni Sintia Sinaga
    Evi Yuni Sintia Sinaga says:

    Sulit memang untuk selalu lemah lembut tapi ketika melakukannya ketenangan pun ada

  3. Sonia Dewi Kusumastuti
    Sonia Dewi Kusumastuti says:

    Terima kasih atas renungannya sangat memberkati sekali. Semoga menyadarkan kita untuk hidup semakin serupa dengan Dia dan untuk memuliakan Tuhan lebih lagi. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *