Melihat Pelangi Harapan

Jumat, 3 Juni 2022

Baca: Mazmur 42

42:1 Untuk pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. (42-2) Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.

42:2 (42-3) Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?

42:3 (42-4) Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: “Di mana Allahmu?”

42:4 (42-5) Inilah yang hendak kuingat, sementara jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian orang-orang yang mengadakan perayaan.

42:5 (42-6) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

42:6 (42-7) Jiwaku tertekan dalam diriku, sebab itu aku teringat kepada-Mu dari tanah sungai Yordan dan pegunungan Hermon, dari gunung Mizar.

42:7 (42-8) Samudera raya berpanggil-panggilan dengan deru air terjun-Mu; segala gelora dan gelombang-Mu bergulung melingkupi aku.

42:8 (42-9) TUHAN memerintahkan kasih setia-Nya pada siang hari, dan pada malam hari aku menyanyikan nyanyian, suatu doa kepada Allah kehidupanku.

42:9 (42-10) Aku berkata kepada Allah, gunung batuku: “Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?”

42:10 (42-11) Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: “Di mana Allahmu?”

42:11 (42-12) Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!

Berharaplah kepada Allah! Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya. —Mazmur 42:6

Dalam suatu liburan pada bulan Oktober, saya terpaksa mendekam di kamar selama beberapa hari untuk memulihkan diri dari sakit kronis. Suasana hati saya pun jadi semendung langit kala itu. Ketika saya akhirnya bisa keluar dan berjalan-jalan ke suatu mercusuar bersama suami, awan kelabu masih menghalangi sebagian besar pemandangan yang ada. Namun, saya tetap berusaha mengambil beberapa foto pegunungan yang mendung di tengah langit kelabu.

Malam itu, saat kecewa karena hujan turun deras dan kami harus terkurung di kamar, saya melihat-lihat foto-foto yang tadi kami ambil. Saya terkesiap dan memperlihatkan kamera kepada suami. “Lihat, ada pelangi!” Ketika berfokus pada kondisi muram yang sebelumnya saya alami, saya sempat melewatkan cara Allah menyegarkan jiwa saya yang letih dengan secercah harapan yang tak terduga (Kej. 9:13-16).

Penderitaan jasmani atau emosional sering kali menyeret kita ke dalam keputusasaan. Kita sangat membutuhkan penyegaran dan rindu untuk diingatkan pada kehadiran Allah yang tetap dan kuasa-Nya yang tak terbatas (Mzm. 42:2-4). Ketika kita mengingat betapa seringnya Allah telah menolong kita dan juga orang lain di masa lalu, kita dapat percaya bahwa pengharapan kita aman di dalam Dia, tak peduli seburuk apa pun perasaan kita saat ini (ay.5-7).

Ketika sikap buruk atau keadaan yang sulit meredupkan pandangan kita, Allah mengundang kita untuk berseru kepada-Nya, membaca firman-Nya dalam Alkitab, dan mempercayai kesetiaan-Nya (ay.8-12). Ketika mencari Allah, kita dapat mengandalkan Dia untuk menolong kita melihat secercah pelangi harapan yang terbentang indah mewarnai hari-hari kita yang tergelap. —XOCHITL DIXON

WAWASAN
Kira-kira apa yang digambarkan oleh kiasan “rusa yang merindukan sungai yang berair” dalam Mazmur 42? Beberapa ahli Alkitab menggambarkan rusa tersebut sedang dikejar oleh pemburu, lari untuk menyelamatkan nyawanya, dan merindukan air untuk melanjutkan pelariannya dari bahaya. Ahli-ahli yang lain membayangkan bahwa rusa itu berada dalam musim kekeringan, dan juga sangat membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya, tetapi menghadapi ancaman yang sangat berbeda. Sejatinya, gambaran itu mengingatkan kita bahwa di dalam masa-masa yang membuat putus asa, kita hanya dapat menemukan apa yang kita butuhkan di dalam Allah. Hanya Dia yang sanggup benar-benar memuaskan kita. —Bill Crowder

Melihat Pelangi Harapan

Kapan sikap buruk pernah membuat kamu memandang segala sesuatu secara negatif? Bagaimana kamu dapat memastikan bahwa harapan kamu terus terpusat pada Allah?

Allah terkasih, terima kasih karena Engkau telah menyegarkan jiwaku dan mengubah permohonan belas kasihanku menjadi pujian penuh pengharapan.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 19-20; Yohanes 13:21-38

Bagikan Konten Ini
51 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *