Kemurahan Hati dan Sukacita

Rabu, 8 Juni 2022

Baca: 1 Tawarikh 29:1-9

29:1 Berkatalah raja Daud kepada segenap jemaah itu: “Salomo, anakku yang satu-satunya dipilih Allah adalah masih muda dan kurang berpengalaman, sedang pekerjaan ini besar, sebab bukanlah untuk manusia bait itu, melainkan untuk TUHAN Allah.

29:2 Dengan segenap kemampuan aku telah mengadakan persediaan untuk rumah Allahku, yakni emas untuk barang-barang emas, perak untuk barang-barang perak, tembaga untuk barang-barang tembaga, besi untuk barang-barang besi, dan kayu untuk barang-barang kayu, batu permata syoham dan permata tatahan, batu hitam dan batu permata yang berwarna-warna, dan segala macam batu mahal-mahal dan sangat banyak pualam.

29:3 Lagipula oleh karena cintaku kepada rumah Allahku, maka sebagai tambahan pada segala yang telah kusediakan bagi rumah kudus, aku dengan ini memberikan kepada rumah Allahku dari emas dan perak kepunyaanku sendiri

29:4 tiga ribu talenta emas dari emas Ofir dan tujuh ribu talenta perak murni untuk menyalut dinding ruangan,

29:5 yakni emas untuk barang-barang emas dan perak untuk barang-barang perak dan untuk segala yang dikerjakan oleh tukang-tukang. Maka siapakah pada hari ini yang rela memberikan persembahan kepada TUHAN?”

29:6 Lalu para kepala puak dan para kepala suku Israel dan para kepala pasukan seribu dan pasukan seratus dan para pemimpin pekerjaan untuk raja menyatakan kerelaannya.

29:7 Mereka menyerahkan untuk ibadah di rumah Allah lima ribu talenta emas dan sepuluh ribu dirham, sepuluh ribu talenta perak dan delapan belas ribu talenta tembaga serta seratus ribu talenta besi.

29:8 Siapa yang mempunyai batu permata menyerahkannya kepada Yehiel, orang Gerson itu, untuk perbendaharaan rumah TUHAN.

29:9 Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada TUHAN; juga raja Daud sangat bersukacita.

 

Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada Tuhan. —1 Tawarikh 29:9

Riset menunjukkan adanya hubungan antara kemurahan hati dan sukacita: mereka yang memberikan uang dan waktu mereka untuk menolong orang lain didapati lebih bahagia daripada yang tidak. Dari temuan itu, seorang psikolog menyimpulkan, “Berhentilah melihat pemberian sebagai kewajiban moral, dan mulai menganggapnya sebagai sumber kesenangan.”

Meski memberi dapat membuat kita bahagia, saya mempertanyakan apakah kebahagiaan harus menjadi tujuannya. Jika kita hanya bermurah hati kepada orang atau tujuan yang membuat kita senang, bagaimana dengan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih biasa atau lebih sulit, yang juga perlu kita dukung?

Kitab Suci juga mengaitkan kemurahan hati dengan sukacita, tetapi untuk alasan yang berbeda. Setelah menyumbangkan kekayaannya bagi pembagunan Bait Allah, Raja Daud mengajak bangsa Israel untuk ikut memberikan persembahan (1Taw. 29:1-5). Bangsanya menanggapi dengan murah hati dan sukarela—mereka menyumbangkan emas, perak, dan batu permata (ay.6-8). Namun, perhatikanlah alasan sukacita mereka: “Bangsa itu bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing, sebab dengan tulus hati mereka memberikan persembahan sukarela kepada Tuhan” (ay.9, dengan penekanan). Kitab Suci tidak pernah mendorong kita memberi supaya kita senang, tetapi memberi dengan tulus dan rela demi suatu kebutuhan. Sukacita biasanya akan menyusul.

Kita mungkin sadar, lebih mudah mencari dana untuk gerakan penginjilan daripada bagi kebutuhan administratif, karena orang percaya senang merasa ikut andil dalam mendanai pelayanan di garis depan. Akan tetapi, marilah kita juga mendukung kebutuhan yang lain, karena Yesus sendiri telah rela menyerahkan diri-Nya demi menjawab kebutuhan kita (2Kor. 8:9). —Sheridan Voysey

WAWASAN
Selain undangan Daud kepada umat untuk memberi persembahan bagi pembangunan Bait Allah, 1 Tawarikh 29 juga memperlihatkan penyerahan takhtanya kepada Salomo, yang diterima bangsa Israel sebagai raja mereka yang baru (ay.21-28). Kehidupan Daud, seperti juga pemerintahannya, ditandai oleh konflik berdarah, tetapi Salomo (yang namanya berasal dari kata Ibrani untuk “damai”) akan mempunyai pemerintahan yang berbeda. “Masa keemasan” Salomo ditandai dengan tercapainya kemakmuran dan pengaruh luar biasa yang tidak pernah dialami sebelumnya oleh Israel, serta termasyhurnya hikmat sang raja di seluruh wilayah Timur Dekat kuno. Selain itu, pemerintahan Salomo ditandai oleh proyek-proyek pembangunan besar-besaran, termasuk pembangunan bait Allah dan istananya sendiri (dibangun dalam waktu sekitar tiga belas tahun). —Bill Crowder

Kemurahan Hati dan Sukacita
 

Menurut kamu, mengapa kemurahan hati dan sukacita saling terkait? Kebutuhan-kebutuhan “biasa” apa saja yang mungkin membutuhkan kemurahan hati kamu saat ini?

Allah Bapa, terima kasih atas sukacita yang dirasakan ketika kami memberi. Berilah aku hati yang sukarela untuk memberi demi mencukupkan kebutuhan-kebutuhan yang biasa-biasa saja.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 30-31; Yohanes 18:1-18

Bagikan Konten Ini
36 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami ke dalam tanganMu saja ya Tuhan biar lah KehendakMu yang terjadi , terpujilah NamaMu kekal selamanya,amin

  2. Serti Otu
    Serti Otu says:

    Terima aksih Tuhan karna Engkau sdh mengajarkan kami untuk bermurah hati dan sukacita

  3. Serti Otu
    Serti Otu says:

    Terima aksih Tuhan karna Engkau sdh mengajarkan kami untuk bermurah hati dan sukacita

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *