Fokus Kepada Allah

Sabtu, 4 Juni 2022

Baca: 1 Timotius 6:6-11

6:6 Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.

6:7 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.

6:8 Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

6:10 Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. —1 Timotius 6:6

Ketika memilih-milih cincin pertunangan, saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menemukan berlian yang tepat. Saya sering berpikir, Bagaimana jika aku melewatkan berlian yang terbaik?

Menurut psikolog ekonomi Barry Schwartz, sikap bimbang yang berlebihan itu menunjukkan bahwa saya adalah seseorang yang disebutnya “maximizer”. Seorang maximizer merasa harus selalu mengambil pilihan yang terbaik (itu saya!). Itu adalah kebalikan dari “satisficer”. Seorang satisficer membuat pilihan berdasarkan pertimbangan apakah hal itu mencukupi kebutuhannya atau tidak. Apa saja yang bisa diakibatkan oleh kebimbangan kita dalam mengambil keputusan? Kecemasan, depresi, dan ketidakpuasan. Para sosiolog bahkan telah menciptakan ungkapan lain untuk fenomena itu: FOMO (fear or missing out, atau takut ketinggalan).

Tentu saja, kita tidak akan menemukan kata maximizer atau satisficer dalam Alkitab. Namun, kita dapat menemukan gagasan yang serupa dengan itu. Dalam 1 Timotius, Paulus menantang Timotius untuk menemukan nilai dirinya dalam Allah dan bukan dalam hal-hal duniawi. Dunia tidak akan pernah benar-benar menjawab kebutuhan kita. Sebaliknya, Paulus ingin Timotius mendasarkan identitasnya pada Allah: “Ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar” (6:6). Paulus terdengar seperti seorang satisficer ketika ia menambahkan, “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah” (ay.8).

Ketika saya sibuk menggunakan cara-cara dunia untuk meraih kepuasan, biasanya saya justru makin gelisah dan tidak puas. Namun, ketika saya berfokus pada Allah dan melepaskan keinginan diri untuk terus-menerus dipuaskan, jiwa saya dibawa-Nya kepada kecukupan dan kelegaan yang sejati. —ADAM R. HOLZ

WAWASAN
Salah satu pernyataan yang paling sering disalah kutip di dalam Kitab Suci adalah 1 Timotius 6:10, “Akar segala kejahatan ialah cinta uang.” Perhatikanlah bahwa akar segala kejahatan bukanlah uang itu sendiri, tetapi masalah timbul ketika uang menjadi objek cinta kita. Karena uang begitu menggoda, Yesus mengemukakan masalah itu di awal pelayanan-Nya di muka umum. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus berbicara tentang pentingnya mengejar harta di surga daripada mengejar uang di dunia. Mengapa? Matius 6:21 menjelaskan bahwa “di mana harta [kita] berada, di situ juga hati [kita] berada.” Yesus juga mengemukakan alasan utama kita mencari jaminan dalam uang adalah kekhawatiran. Dia mengingatkan kita bahwa Allah yang memelihara “burung-burung di langit” menghargai kita dan dapat dipercaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita (ay.25-27). —Bill Crowder

Fokus Kepada Allah

Apakah kamu melihat diri sendiri sebagai orang yang merasa cukup? Ya atau tidak, dan mengapa? Menurut kamu, bagaimana hubungan kamu dengan Allah mempengaruhi rasa cukup dalam hidup kamu secara keseluruhan?

Ya Bapa, ingatkanlah aku bahwa hanya Engkau yang sanggup memuaskan jiwaku.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 21-22; Yohanes 14

Bagikan Konten Ini
37 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah namaMu kena selamanya, amin

  2. Maria
    Maria says:

    True karena ibadah sejati adalah ibadah yang hati dan pikirannya tertuju pada Tuhan. Biarlah nama Tuhan Yesus di muliakan sepanjang masa Amen ❤️

  3. Evi Yuni Sintia Sinaga
    Evi Yuni Sintia Sinaga says:

    kadang aku lupa bahwa ibadah sejati adalah bagaimana hubungan kita dengan Tuhan

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *