Cukup Waktu
Jumat, 10 Juni 2022
Baca: Pengkhotbah 3:1-13
3:1 Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.
3:2 Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam;
3:3 ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun;
3:4 ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
3:5 ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk;
3:6 ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang;
3:7 ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara;
3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai.
3:9 Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah?
3:10 Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya.
3:11 Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
3:12 Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka.
3:13 Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. —Pengkhotbah 3:11
Melihat novel tebal War and Peace karangan Leo Tolstoy di rak buku teman saya Marty, saya mengaku, “Aku belum pernah membaca buku itu sampai selesai.” Marty tertawa, lalu berujar, “Sewaktu saya pensiun jadi guru, seorang teman yang menghadiahkan buku itu berkata, ‘Akhirnya, sekarang kamu punya waktu untuk membacanya.’”
Delapan ayat pertama dari Pengkhotbah 3 menggambarkan ritme natural yang wajar dari kegiatan hidup manusia, dengan beberapa di antaranya terjadi begitu saja. Namun, apa pun masa kehidupan yang kita jalani, kita sering merasa kekurangan waktu untuk melakukan segala sesuatu yang ingin kita lakukan. Karena itu, untuk mengambil keputusan yang bijaksana dalam mengelola waktu, alangkah baiknya jika kita memiliki perencanaan (Mzm. 90:12).
Meluangkan waktu bersama Allah setiap hari patut menjadi prioritas demi kesehatan rohani kita. Melakukan pekerjaan yang produktif akan membawa kepuasan bagi jiwa kita (Pkh. 3:13). Melayani Allah dan menolong sesama sangat penting bagi tercapainya tujuan Allah atas hidup kita (Ef. 2:10). Selain itu, waktu istirahat atau senggang yang kita ambil tidaklah sia-sia, karena hal tersebut akan menyegarkan jiwa dan raga kita.
Adakalanya kita cenderung terlalu berfokus pada apa yang ada saat ini juga, dengan mencari waktu untuk melakukan hal-hal yang penting bagi kita. Namun, Pengkhotbah 3:11 menyatakan bahwa Allah telah “memberikan kekekalan” dalam hati kita, sehingga kita diingatkan untuk memprioritaskan hal-hal yang bersifat kekal. Kita pun dibawa untuk memperhatikan hal yang terpenting dari semuanya, yakni perspektif kekal Allah “dari awal sampai akhir”. —Cindy Hess Kasper
WAWASAN
Pengkhotbah mengisahkan seorang manusia pandai yang kehilangan arah “di bawah matahari” (1:9). Sang penulis, yang cocok dengan gambaran Raja Salomo (dan menyebut dirinya “Pengkhotbah” ay.1), mengawali pemerintahannya dengan baik, dengan memakai hikmat yang dianugerahkan Allah untuk mengupayakan keadilan bagi warga kerajaannya yang paling menderita (lihat 1 Raja-Raja 3:16-28). Namun, ia lalu kehilangan arah ketika ia melupakan bahwa hikmat dan kekayaannya bukan diberikan terutama bagi kepuasan dirinya sendiri. Agaknya, pada akhirnya, ia ingat bahwa makna sejati hanya ditemukan dengan hidup di dalam terang dan kebaikan Allah (Pengkhotbah 12:13-14). —Mart DeHaan

Perubahan apa saja yang mungkin perlu kamu ambil dalam cara kamu menggunakan waktu? Apa maksud penulis Kitab Pengkhotbah tentang Allah memberikan kekekalan dalam hati manusia?
Tuhan Yesus, biarlah aku melihat sekilas perspektif-Mu yang kekal, dan tolonglah aku untuk menemukan keseimbangan waktu yang tepat agar aku mampu menggenapi kehendak-Mu dengan lebih baik.
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 34-36; Yohanes 19:1-22
Amin…
AminðŸ™
aminn
AminðŸ™
Ya BAPA , ajar aku membagikan waktu dgn KAU .. Ajarkan aku sbgai ibu yg baik buat ketiga anak ku . Ajarkan aku sbagai teladan mereka . Dalam nama Tuhan Yesus . Aamiin
Amin ðŸ™
aminn aminn aminn aminn aminn ðŸ™ðŸ™ðŸ™
Amen TUHAN YESUS KRISTUS
ðŸ™ðŸ™ðŸ™
priority management :”)
Amin…
amin.
Amin
Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin
Amin
tuhan Yesus menyertai kita semua aminðŸ™
AMIN
Amin
Amin😇
Kiranya Allah terus menuntun kita untk terus berusaha mengerjakan apa yang sehrusnyaa kita kerjakan untk kekekalan hidup kita. Mempergunakan waktu yang masih dipercayakan ini untuk memberikan pelayanan terbaik kita apapun bentuknya dan mau untuk terus menjadi berkat 😇😇
Amin🤗
Amin
Amin
Amin. Yuk gunakan waktu sebaik2 nya ðŸ˜
amin
Amin
Amin
Amin, renungan yang sungguh memberkati. Semoga Tuhan memampukan kita untuk dapat membagi waktu dengan baik dan selalu memprioritaskan Dia.
amin
Amin
Aminnn
amim
Dalam hidup ini yg kekal hanyalh kasih Tuhan tapi diriku selalu lupa bahwa itulh yg lebih penting🕊
Dalam hidup ini yg kekal hanyalh kasih Tuhan tapi diriku selalu lupa bahwa itulh yg lebih penting🕊
😇
Amin
Amin
Amin
Amin Tuhan Yesus Memberkati
Amin ðŸ¤
amin