Seperti Kasih Ibu

Sabtu, 7 Mei 2022

Baca: 1 Tesalonika 2:1-9

2:1 Kamu sendiripun memang tahu, saudara-saudara, bahwa kedatangan kami di antaramu tidaklah sia-sia.

2:2 Tetapi sungguhpun kami sebelumnya, seperti kamu tahu, telah dianiaya dan dihina di Filipi, namun dengan pertolongan Allah kita, kami beroleh keberanian untuk memberitakan Injil Allah kepada kamu dalam perjuangan yang berat.

2:3 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga tidak disertai tipu daya.

2:4 Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepada kami, karena itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita.

2:5 Karena kami tidak pernah bermulut manis–hal itu kamu ketahui–dan tidak pernah mempunyai maksud loba yang tersembunyi–Allah adalah saksi–

2:6 juga tidak pernah kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.

2:7 Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

2:8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.

2:9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu.

 

Kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya. —1 Tesalonika 2:7

Juanita bercerita kepada keponakannya tentang pengalamannya tumbuh dewasa selama masa Depresi Besar. Keluarganya yang miskin hanya makan apel, ditambah apa pun hasil buruan ayahnya. Setiap kali ayahnya membawa seekor tupai untuk makan malam, ibunya berkata, “Berikan kepalanya untukku. Aku cuma ingin makan itu. Daging kepala itu bagian yang terbaik.” Bertahun-tahun kemudian Juanita baru menyadari, tidak ada daging pada kepala tupai. Ibunya tidak memakannya. Ia hanya berpura-pura itu bagian terbaik “agar kami, anak-anak, bisa makan lebih banyak dan tidak usah mengkhawatirkan dirinya.”

Saat merayakan Hari Ibu (Internasional) besok, kiranya kita juga mengingat kisah-kisah pengorbanan ibu kita. Kita bersyukur kepada Allah atas kehadiran mereka dan berjuang untuk lebih mengasihi seperti yang telah mereka teladankan.

Rasul Paulus melayani jemaat Tesalonika “sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya” (1Tes. 2:7). Ia sungguh-sungguh mengasihi mereka, dengan melewati “perjuangan yang berat” untuk membagikan kabar baik tentang Yesus dan juga hidupnya sendiri dengan mereka (ay.2,8). Sambil “bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga . . . [ia] memberitakan Injil Allah kepada [mereka]” (ay.9). Sama seperti seorang ibu.

Hampir tidak ada yang dapat menolak kasih ibu, dan Paulus dengan rendah hati berkata bahwa usahanya “tidaklah sia-sia” (ay.1). Kita tidak dapat mengendalikan tanggapan orang, tetapi kita dapat memilih hadir, hari demi hari, dan melayani mereka dengan kerelaan untuk berkorban. Ibu kita pasti bangga, begitu pula dengan Bapa kita di surga. —Mike Wittmer

WAWASAN
Kemungkinan besar, 1 Tesalonika merupakan surat yang paling pertama dituliskan oleh Paulus, kurang lebih pada tahun 50 M, dan ditujukan kepada gereja yang dirintis di Tesalonika dalam perjalanan misi Paulus yang kedua (Kisah Para Rasul 17). Sebagai respons terhadap orang banyak yang memprotes klaim Paulus dan Silas bahwa Yesus adalah raja yang sejati—bukan Kaisar (ay.7), Paulus dan Silas terpaksa meninggalkan kota tersebut untuk melindungi gereja di sana dari penganiayaan. Meninggalkan komunitas iman yang masih muda ini sangat menyakitkan bagi Paulus hingga ia menggambarkan perpisahan sementara tersebut dengan istilah “jauh di mata” (1 Tesalonika 2:17). Di kemudian hari, Timotius diutus untuk melayani komunitas para petobat baru di sana (3:1-5). Setelah mendengar laporan yang menguatkan dari Timotius mengenai iman umat di Tesalonika yang bertumbuh dan berkembang (ay.6), Paulus berhubungan kembali dengan mereka dan menyemangati mereka melalui surat ini. —Monica La Rose

Seperti Kasih Ibu
 

Siapa yang mengasihi Kamu sampai rela berkorban demi kebaikan Kamu? Siapa yang Kamu kasihi seperti Bapa Surgawi mengasihi Kamu?

Ya Bapa, tak ada yang mengasihiku melebihi diri-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 1-3; Lukas 24:1-35

Bagikan Konten Ini
33 replies
  1. yuliana
    yuliana says:

    bapa berkatilah kehidupanku dhari hariku bersama ananak anakq agar aku selalu mengasihi dan melindungi mereka dmana saja mereka berada

  2. Ermika Butar butar
    Ermika Butar butar says:

    syalom saudaraku
    terimakasih kasih utk firman Tuhan hari ini

    semoga kita selalu dilimpahkan berkatNya
    🙏🙏🙏😇

  3. Meidry Teslatu
    Meidry Teslatu says:

    Terimakasih Tuhanku, Engkau selalu setia di atas ketidaksetiaan kami.. Kasihmu besar dan dahsyat..

  4. Sindhu
    Sindhu says:

    Teladan dr Rasul Paulus, mau berkorban utk melayani orang lain. Tidak sia2. Amin

  5. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari. pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  6. Nat
    Nat says:

    Seneng banget ketemu website ini dari instagram nya warung sate kamu 😆😆😆😆💖

  7. Yonathan Gunawan
    Yonathan Gunawan says:

    Ada istilah Kasih Ibu Sepanjang Masa, Yang lebih hebat lagi, bahwa Kasih Tuhan selama lamanya

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *