Memahat Duka
Selasa, 10 Mei 2022
Baca: Ayub 19:19-27
19:19 Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku.
19:20 Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.
19:21 Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku, karena tangan Allah telah menimpa aku.
19:22 Mengapa kamu mengejar aku, seakan-akan Allah, dan tidak menjadi kenyang makan dagingku?
19:23 Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab,
19:24 terpahat dengan besi pengukir dan timah pada gunung batu untuk selama-lamanya!
19:25 Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
19:26 Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,
19:27 yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab, terpahat . . . pada gunung batu untuk selama-lamanya! —Ayub 19:23-24
Setelah didiagnosis mengidap kanker otak langka yang tidak dapat disembuhkan, Caroline menemukan pengharapan dan tujuan baru melalui pelayanan yang unik: menjadi fotografer yang bekerja secara sukarela untuk memotret anak-anak yang sakit keras dan keluarga mereka. Melalui pelayanan ini, keluarga-keluarga dapat mengabadikan momen-momen berharga bersama anak mereka, baik momen kesedihan maupun “momen penuh kasih dan keindahan yang sering dianggap tidak hadir dalam situasi-situasi memilukan.” Ia mengamati bahwa “dalam momen-momen tersulit, keluarga-keluarga itu . . . memilih untuk mengasihi, walaupun dan justru karena ada pergumulan.”
Sungguh dahsyat dampak dari upaya mengabadikan kesedihan tersebut—baik kenyataannya yang memilukan maupun berbagai hal yang memampukan kita mengalami keindahan dan pengharapan di tengah semua kesulitan itu.
Sebagian besar Kitab Ayub bagaikan potret kesedihan yang dengan jujur merekam perjalanan Ayub melalui kehilangan yang memilukan (1:18-19). Setelah beberapa hari duduk bersama Ayub, teman-temannya tidak lagi tahan terhadap kesedihan Ayub, hingga akhirnya berusaha mengecilkan perasaan itu atau mencoba menjelaskan pengalaman Ayub sebagai penghakiman Allah. Ayub menolak itu semua dan bersikeras bahwa apa yang tengah dialaminya itu memiliki arti. Ia berharap agar kesaksian tentang pengalamannya dapat “terpahat . . . pada gunung batu untuk selama-lamanya!” (ayb. 19:24).
Melalui Kitab Ayub, kesaksian itu memang “terpahat”, sehingga kita yang sedang bersedih atau berduka dapat dibawa kepada Allah yang hidup (ay.26-27), yang menjumpai kita di tengah kepedihan dan memikul kita melewati kematian menuju hidup yang dibangkitkan. —Monica La Rose
WAWASAN
Siapakah Ayub? Kita dapat menangkap dari tulisan-tulisannya bahwa ia sering berpergian dan dapat berbicara menurut pengalaman serta pengetahuannya yang luas. Ia tahu banyak tentang konstelasi bintang (9:9; 38:31), tumbuh-tumbuhan (8:11-19), cuaca dan hujan, serta berbagai hewan (pasal 39—41) yang disebutkan dalam kitab tersebut. Para ahli tidak dapat menunjuk kapan tepatnya kitab ini dituliskan. Namun, kitab Ayub memiliki latar belakang dunia para leluhur, sehingga beberapa pihak berpendapat bahwa penulisannya terjadi pada masa Abraham. Akan tetapi, kitab Ayub juga menyinggung (atau mengutip) Kitab Suci (Ayub 7:17-18 [Mazmur 8:5]; 12:21,24 [Mazmur 107:40]), yang menyiratkan bahwa sang penulis memiliki akses kepada tulisan-tulisan tersebut dan ini berarti penulisannya terjadi pada masa jauh setelah Abraham. Latar kitab tersebut adalah tanah Us, yang diperkirakan oleh para ahli sebagai Edom atau Aram/Suriah kuno (Ayub 1:1). Us berada di dekat padang gurun (ay.19) dan tanahnya cocok untuk memelihara ternak (ay.3). —Alyson Kieda

Bagaimana menghadapi kepedihan dengan jujur dapat mendatangkan pemulihan? Pernahkah kamu mengalami anugerah dan keindahan tak terduga saat di tengah rasa duka?
Ya Allah yang penuh belas kasihan, mampukanlah aku untuk bersaksi dengan jujur kepada mereka yang sedang menderita, supaya aku dapat meneruskan pengharapan yang Engkau sediakan.
Bacaan Alkitab Setahun: 2 Raja-Raja 10-12; Yohanes 1:29-51
aminn aminn aminn aminn aminn ðŸ™ðŸ™ðŸ™
Amin ðŸ™
Amin.
Amin…
Amin
Haleluya, Amin
amin
Aminn ✨
haleluya
Amin.Firman Tuhan selalu memberi jawaban atas segala persoalan ku…
GBU All…..
Amin Tuhan Yesus Memberkati
Amin
Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkan lah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuh kan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan biarlah kehendakMu yang terjadi, terpujilah namaMu kekal selamanya, amin
semoga saya bisa belajar membaca Alkitab setiap hari melalui saat teduh
Amin
Amin ðŸ¤
Amin
Terpujilah Kristus
amin
Amin😇😇
amin
amin…
Terimakasih Tuhan
Amin
Aminn
Amin. Tolonglah aku Tuhan
Amin
Terima kasih atas berkat-Mu pada hari ini ðŸ™
amin
amin
Amin
amen
anin
amin
Amin
😇
amien ðŸ™ðŸ˜‡
Amin. Intinya kita gak boleh meninggalkan Tuhan dan berpikir Tuhan itu menjauhi kita, Tuhan tidak menyayangi kita. Tuhan itu suka menguji hamba hambanya untuk menilai apakah saat kita mati. Kita dapat duduk, berteman, dan tinggal bersama allah
aminnnðŸ™
Amin
Amin
Mampu melewati segala duka bersama Tuhan. Amin.
Amin
Amin
Bapa yang maha Kuasa..ajarkanlah kami untuk setia kepadaMu.amin
amin
Amen