Bapa Kami

Kamis, 5 Mei 2022

Baca: Matius 6:5-13

6:5 “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.

6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.

6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,

6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.

6:11 Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya

6:12 dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;

6:13 dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. (Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.)

 

Karena itu berdoalah demikian: “Bapa kami . . .” —Matius 6:9

Hampir setiap pagi saya mengucapkan Doa Bapa Kami. Saya merasa belum siap menyambut hari yang baru sampai saya menghayati kata-kata dalam doa tersebut. Baru-baru ini, ponsel saya berdering ketika saya baru mengucapkan dua kata pertama—“Bapa kami”. Saya terkejut karena jam baru menunjukkan pukul 05.43. Siapa yang menelepon sepagi ini? Di layar ponsel muncul tulisan “Bapak”. Sebelum sempat mengangkatnya, telepon saya sudah berhenti berdering. Saya rasa ayah saya tadi salah pencet. Ternyata memang begitu. Apa itu hanya kebetulan? Bisa saja, tetapi saya percaya kita hidup dalam dunia yang diliputi belas kasihan Allah. Hari itu saya memang sedang membutuhkan kepastian hadirnya Bapa di surga.

Coba pikirkan sejenak. Dari semua cara yang dapat Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya untuk mengawali doa mereka, Dia memilih dua kata itu—“Bapa kami” (Mat. 6:9). Apakah ini kebetulan belaka? Tidak, Yesus selalu punya maksud dengan setiap kata yang diucapkan-Nya. Pengalaman kita dengan ayah kita di dunia tentu berbeda-beda—ada yang hubungannya baik, ada juga yang kurang baik. Meski demikian, dalam doa yang diajarkan Yesus kita tidak menyapa bapa “saya” atau bapa “Kamu”, melainkan Bapa “kami”, Pribadi yang melihat dan mendengarkan kita, yang mengetahui apa yang kita butuhkan bahkan sebelum kita memohon kepada-Nya (ay.8).

Sungguh suatu kepastian yang menakjubkan, terutama di saat-saat kita merasa sendirian, dilupakan, ditinggalkan, atau seakan tidak berarti. Ingatlah, di mana pun kita berada dan kapan pun waktunya, baik siang maupun malam, Bapa kita di surga selalu dekat. —John Blase

WAWASAN
Versi lebih singkat dari apa yang kita sebut sebagai Doa Bapa Kami (Matius 6:9-13) muncul di Lukas 11:2-4. Catatan Matius tidak mengikutsertakan permintaan para murid: “Tuhan, ajarlah kami berdoa” (Lukas 11:1). Namun, sangat jelas dalam Injil Matius bahwa Yesus sedang mengajar murid-murid-Nya (dahulu dan kini) tentang cara berdoa. Matius 6 berada di tengah-tengah Khotbah di Bukit (pasal 5—7), yakni ceramah yang Yesus berikan ketika Dia duduk di sisi bukit dan mengajar para murid serta orang banyak yang mengikuti Dia (4:25) tentang arti menjadi murid-Nya. Selain mengajar tentang mengenai doa, Yesus juga memberikan Ucapan Bahagia (5:3-12) dan pengajaran tentang amarah, hawa nafsu, perceraian, sumpah, mengasihi musuh, memberi, berpuasa, menghakimi orang lain, dan kekhawatiran. Ketika Yesus selesai berbicara, “takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa” (7:28-29). —Alyson Kieda

Bapa Kami
 

Bagaimana Kamu dapat menjadikan Doa Bapa Kami sebagai bagian dari kehidupan doa Kamu? Perasaan apa yang ditimbulkan oleh kata-kata “Bapa kami” dalam diri Kamu?

Ya Bapa, terima kasih atas janji-Mu untuk mendengarkanku ketika aku berdoa, di mana pun aku berada.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Raja-Raja 19-20; Lukas 23:1-25

Bagikan Konten Ini
36 replies
  1. Wilfrid Johansen
    Wilfrid Johansen says:

    Syukur kepada Allah! Renungan ini hadir justru ketika saya ingin lebih memahami perihal doa khususnya Doa Bapa Kami. Thank so much! Tuhan Yesus memberkati pelayanan Tim Santapan Harian!

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  3. Krisanti Dethan
    Krisanti Dethan says:

    Menjalani hidup di dunia tidak akan terlepas dri keadaan yang terkadang membuat kita putus asa dan hilang harapan.
    Meskipun bgtu, ingatlah bahwa Bapa kita akan terus ada bersama-sama dengan kita mengarungi semuanya dan membawa kita pada kedamaian dn sukacita yang sejati 🙏😇

  4. Gabriela
    Gabriela says:

    Puji Tuhan.. terima kasih ya Tuhan.. Aku tak mau khawatir.. Aku tau Engkau selalu melihatku.. Aku mau berdoa seperti yang Engkau ajarkan 🙏🙏😇😇

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *