“Pada Waktu Itu Hari Sudah Malam”
Kamis, 14 April 2022
Baca: Yohanes 13:21-32
13:21 Setelah Yesus berkata demikian Ia sangat terharu, lalu bersaksi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.”
13:22 Murid-murid itu memandang seorang kepada yang lain, mereka ragu-ragu siapa yang dimaksudkan-Nya.
13:23 Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.
13:24 Kepada murid itu Simon Petrus memberi isyarat dan berkata: “Tanyalah siapa yang dimaksudkan-Nya!”
13:25 Murid yang duduk dekat Yesus itu berpaling dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, siapakah itu?”
13:26 Jawab Yesus: “Dialah itu, yang kepadanya Aku akan memberikan roti, sesudah Aku mencelupkannya.” Sesudah berkata demikian Ia mengambil roti, mencelupkannya dan memberikannya kepada Yudas, anak Simon Iskariot.
13:27 Dan sesudah Yudas menerima roti itu, ia kerasukan Iblis. Maka Yesus berkata kepadanya: “Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera.”
13:28 Tetapi tidak ada seorangpun dari antara mereka yang duduk makan itu mengerti, apa maksud Yesus mengatakan itu kepada Yudas.
13:29 Karena Yudas memegang kas ada yang menyangka, bahwa Yesus menyuruh dia membeli apa-apa yang perlu untuk perayaan itu, atau memberi apa-apa kepada orang miskin.
13:30 Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam.
13:31 Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia.
13:32 Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam. —Yohanes 13:30
Novel Elie Wiesel, Night, menghadapkan pembacanya kepada kengerian peristiwa Holocaust. Berdasarkan pengalamannya sendiri ditawan di dalam kamp konsentrasi Nazi, kisahnya justru merupakan kebalikan dari kisah Keluaran dalam Alkitab. Pada Paskah pertama itu (Kel. 12) Musa dan umat Israel melepaskan diri dari perbudakan, sementara Wiesel bercerita tentang pasukan Nazi yang menangkap para pemimpin Yahudi setelah Paskah.
Sebelum kita mengkritik Wiesel dan ironinya yang kelam, perhatikanlah bahwa Alkitab mengandung kejutan serupa dalam alur ceritanya. Pada suatu malam Paskah, Yesus, yang tadinya diharapkan akan membebaskan umat Allah dari penderitaan, malah membiarkan diri-Nya ditangkap oleh pihak-pihak yang akan membunuh-Nya.
Yohanes mengisahkan adegan yang khidmat sebelum Yesus ditangkap. Di Perjamuan Terakhir, Yesus “sangat terharu” menghadapi apa yang akan dialami-Nya, dan menubuatkan pengkhianatan yang akan terjadi pada-Nya (Yoh. 13:21). Kemudian, dalam tindakan yang sulit diterima akal manusia, Kristus melayani pengkhianatnya dengan memberinya roti. Tercatat di sana: “Yudas menerima roti itu lalu segera pergi. Pada waktu itu hari sudah malam” (ay.30). Ketidakadilan terbesar dalam sejarah sedang berlangsung, tetapi Yesus berkata, “Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia” (ay.31). Beberapa jam kemudian, para murid akan dikuasai rasa panik, terpukul, dan patah semangat. Namun, Yesus melihatnya sebagai penggenapan rencana Allah yang memang harus terjadi.
Ketika kegelapan seolah-olah akan menang, marilah mengingat bahwa Tuhan sudah pernah menghadapi kekelaman dan mengalahkannya. Kini Dia melangkah bersama kita. Malam pasti berlalu. —Tim Gustafson
WAWASAN
Yohanes adalah satu-satunya penulis Injil yang memberitahukan kita bahwa Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya pada malam sebelum penyaliban-Nya (13:1-5). Yohanes juga satu-satunya yang menyatakan kepada kita bahwa Yesus sudah tahu dari awal siapa murid yang akan mengkhianati-Nya (ay.11). Namun, Yudas begitu dipercaya oleh para murid sehingga mereka mengizinkannya menjadi pemegang uang kas mereka. Bahkan setelah Yesus menyebut Yudas sebagai orang yang akan mengkhianati-Nya, para murid tidak memahami maksud Yesus karena rasa percaya mereka yang begitu besar kepadanya (ay.29). —Mart DeHaan

Pernahkah kamu mengalami kepanikan, kehilangan harapan, dan keputusasaan? Bagaimana kamu menggambarkan perasaan kamu setelah melewati pengalaman tersebut?
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau taat mengikuti rencana Bapa-Mu dengan melangkah terus menuju kayu salib. Terima kasih karena Engkau telah mengalahkan maut bagi kami.
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Samuel 25-26; Lukas 12:32-59
Amin
ketika saya mengalami kepanikan,hilangnya harapan saya langsung datang kepada Tuhan dan meminta pertolongan dan berserah kepada Tuhan apapun yang terjadi💞ðŸ™ðŸ˜‡
aminn aminn aminn aminn aminn ðŸ™ðŸ™ðŸ™
Amin
Amin
Thankyou Jesusâ¤ï¸
Amin. Puji Tuhan
Amin
Amin
ðŸ™ðŸ™ðŸ™
ðŸ™ðŸ™ðŸ™
ðŸ™ðŸ™ðŸ™
Amin
amin
Amin
Amin
Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehendakMu yang terjadi, terpuji lah NamaMu kekal selamanya, amin
jalani
amin Tuhan Yesus memberkati
Amin
Amin
fokus pada Terang yg hidup, ketika gelap mulai melanda selalu ada harapan
.AmiN.
amin
setelah bisa melewati itu,aku jauh lebih baik. Merasa tenang dan pasti bahagia.
Amin
Amin
Happy Easter….ðŸ¤ðŸ¤
Aminn
dankee Tuhan Yesusâ¤
Amin
Amin
😇
Terimakasih Tuhan Yesus. Amin.
amin
amin
Amin
ameennnn
Terimakasih Tuhan Yesus salibMu itu menjadi pengharapan buat kami, karena Engkau telah mengalahkan maut.