Percakapan yang Hangat
Selasa, 1 Maret 2022
Baca: Efesus 6:18-20
6:18 dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,
6:19 juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil,
6:20 yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Berdoalah supaya dengan keberanian aku menyatakannya, sebagaimana seharusnya aku berbicara.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
[Berdoalah] agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Injil. —Efesus 6:19
Saya dan Catherine berteman baik di SMA. Selain senang ngobrol di telepon, kami juga saling berkirim pesan di kelas untuk merencanakan acara menginap bersama. Kadang-kadang kami berkuda bersama dan berpasangan dalam mengerjakan tugas sekolah.
Pada suatu Minggu siang, saya mulai memikirkan Catherine. Pagi itu, dalam khotbahnya di gereja, pendeta membahas tentang cara memperoleh hidup kekal, dan saya tahu Catherine tidak mempercayai ajaran Alkitab. Saya tergerak untuk meneleponnya dan menjelaskan bagaimana ia dapat memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus. Namun, saya ragu, karena takut ia akan menolak apa yang saya sampaikan dan menarik diri.
Saya rasa, ketakutan seperti itulah yang membuat kita berdiam diri. Rasul Paulus sendiri meminta umat Tuhan mendoakannya agar “dengan keberanian [ia] memberitakan rahasia Injil” (Ef. 6:19). Membagikan kabar baik memang tidak mungkin luput dari risiko, tetapi Paulus berkata ia adalah “utusan”, yaitu seseorang yang berbicara atas nama Allah (ay.20). Kita juga utusan Allah. Apabila orang menolak kabar baik yang kita sampaikan, mereka juga menolak Pribadi yang mengirimkan kabar tersebut. Allah merasakan kepedihan penolakan itu bersama kita.
Jadi, apa yang membuat kita mau mulai berbicara? Karena kita peduli kepada orang lain (2Ptr. 3:9), sama seperti Allah kepada manusia. Itulah yang membuat saya akhirnya menghubungi Catherine. Luar biasa, ia tidak menutup telepon. Ia mendengarkan, mengajukan pertanyaan, dan kemudian meminta Yesus mengampuni dosanya. Ia mengambil keputusan untuk hidup bagi-Nya. Risiko yang ditempuh sepadan dengan hasil yang diperoleh. —JENNIFER BENSON SCHULDT
WAWASAN
Instruksi Paulus mengenai doa dalam Efesus 6:18-20 menunjuk kepada realitas peperangan rohani dan perlunya orang-orang percaya di Efesus mengenakan baju zirah rohani. Konflik rohani yang terjadi di hadapan mereka terasa semakin menantang karena praktik penyembahan berhala dan okultisme yang dominan dalam komunitas mereka (lihat Kisah Para Rasul 19:19,25-27). Dalam Efesus 6:10-17, sang rasul menggambarkan kepada jemaat tantangan apa saja yang mereka hadapi dan sumber daya yang tersedia bagi mereka. Namun, sekalipun telah mengenakan elemen-elemen baju zirah rohani, Paulus menegaskan bahwa doa adalah komponen kunci dalam menghidupi iman di tengah lingkungan yang sangat tidak bersahabat tersebut. Dalam memerangi musuh-musuh rohani, kita perlu meminta pertolongan dari kekuatan rohani terbesar di alam semesta ini, yaitu Allah yang benar dan hidup itu sendiri. —Bill Crowder

Kepada siapa Allah ingin kamu berbicara atas nama-Nya? Apa yang selama ini menghentikan kamu? Bagaimana doa dapat menolong kamu dalam menghadapi situasi ini?
Bapa terkasih, berilah aku keberanian untuk menjangkau orang-orang yang belum mengenal-Mu. Berilah aku hikmat untuk mengetahui kapan dan bagaimana memulai percakapan tentang Engkau.
Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 23-25; Markus 7:14-37
Amin
Amin 😇