Merespons “Tamparan” Orang Pada Kita
Oleh Fandri Entiman Nae, Kotamobagu
Kita hidup dalam dunia yang penuh dengan kejahatan. Kriminalitas terjadi di mana-mana. Hubungan yang hancur ada di berbagai tempat. Kita melihat berbagai berita yang membuat mata kita terbelalak dan kepala kita bergeleng terheran-heran. Ada seorang ayah yang begitu tega memerkosa anak kandungnya sendiri yang masih kecil. Ada seorang ibu yang dibunuh oleh anaknya karena tidak membelikannya gawai yang diinginkan. Dunia benar-benar telah dirusak oleh dosa.
Namun, di dalam dunia yang semengerikan ini, di mana kecurangan dan ketidakadilan seakan-akan berkuasa, kita diperintahkan Kristus untuk tetap hidup dengan penuh kasih—sesuatu yang terdengar menggelikan dan mungkin agak menjengkelkan bagi banyak orang. “Kenapa aku harus baik pada orang yang telah merusak hidupku?” Gumamku ketika difitnah oleh orang yang sering aku tolong. “Pembalasan harus lebih kejam dari perbuatan yang telah dia lakukan” adalah semboyan yang terdengar lebih masuk akal untuk mereka yang sudah dilukai berkali-kali.
Itu sebabnya pernyataan Yesus yang sangat terkenal, “Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Matius 5:39), telah membingungkan banyak orang, khususnya para pembaca masa kini. Seorang teman dari keyakinan lain bahkan menantangku untuk mempraktikannya. Apakah orang Kristen benar-benar mampu melakukannya? Jika iya, berapa kali?
Kita harus tahu bahwa bagian ini hanyalah salah satu bagian dari panjangnya khotbah Yesus di atas bukit, sehingga untuk memahaminya secara lebih komprehensif, membutuhkan ruang cukup besar karena kita harus mempertimbangkan konteks budaya pada saat itu. Oleh karena itu, aku akan mengajak kita untuk melihat beberapa titik penting yang akan membawa kita pada pengertian yang benar terhadap perkataan kontroversial Yesus yang sedang kita bahas.
Secara umum sejak pasal 5 ayat 17, Yesus mulai berbicara tentang hukum kasih. Pada momen itu, Sang Juruselamat juga mengoreksi pemahaman-pemahaman yang keliru dari orang-orang Yahudi terhadap Hukum Musa. Sebenarnya Hukum itu sengaja diberikan agar mereka dapat hidup dengan teratur dan tidak saling merugikan. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika mereka mengeksploitasi hukum-hukum yang ada itu untuk mencapai tujuan pribadi mereka. Mungkin, Imamat 19:18 menjadi salah satu contoh yang paling nyata: “Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN”. Berdasarkan ayat ini, para pengajar saat itu malah memelintirnya dengan mengajarkan “bencilah musuhmu” (Matius 5:43).
Mengatasnamakan hukum-hukum itu mereka lantas meluapkan kebencian mereka pada orang lain. Itu sebabnya, di dalam ayat 44 pada pasal yang sama, Yesus memberikan satu kalimat yang semakin membuat mereka mengernyitkan dahi, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, karena bagian ini berbicara tentang kasih, maka kita harus memberikan definisi yang benar terhadap istilah kasih sendiri. Meskipun kata “kasih” memiliki makna yang amat luas, aku tetap yakin kita akan setuju jika kasih itu tidak egois. Dengan kata lain, kasih membuat kita mengupayakan kebaikan terjadi kepada orang lain.
Tetapi yang harus dicatat, kasih sama sekali tidak mengizinkan orang lain melakukan segala sesuatu yang dia inginkan. Mengasihi bukan berarti kita membiarkan orang lain melakukan apapun yang dia mau lakukan terhadap kita bahkan jika itu melukai kita dan orang yang kita sayangi.
Jadi, kasih juga bisa terwujud dalam rupa menghukum. Semua yang sudah punya anak pasti memahaminya. Namun, kasih menghukum bukan didasari karena benci, melainkan dengan harapan agar orang yang dihukum itu menyadari kesalahannya dan memperbaiki diri menjadi lebih baik, sehingga apa yang sedang dikatakan Yesus Kristus tentang memberi pipi yang lain pada saat pipi yang satu ditampar orang, bukan dimaksudkan secara hurufiah, melainkan dalam arti simbolik untuk mengajak kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ia sedang mendorong kita menjadi pribadi yang tidak suka mendendam. Malahan Dia ingin kita memberi respon berkelas pada saat kita dilukai, yaitu mengasihi!
Namun, di sisi yang lain Yesus tidak berharap kita semua menjadi bodoh. Kita tidak boleh membiarkan diri kita dan mereka yang kita cintai diperlakukan semena-mena. Melindungi diri dan orang sekitar kita adalah tanggung jawab kita. Kita juga harus tahu bahwa pada saat kita membiarkan seseorang berlaku semaunya sendiri pada kita, sama dengan membiarkannya menuju pada kecelakaan, dan itu bukan kasih. Jangan lupa, kasih juga bisa diwujudkan dalam rupa menghukum, bahkan dalam kondisi tertentu hukumannya harus keras. Tetapi sekali lagi, kita menghukum karena kita mau dia menjadi lebih baik.
Jadi, jika kita ditempatkan pada kondisi di mana kita terpaksa harus melaporkan oknum-oknum tertentu kepada pihak berwajib demi melindungi diri dan orang lain, maka lakukanlah tanpa kebencian. Berdoalah juga untuk melepaskan pengampunan.
Lagipula ada satu peristiwa dalam Injil Yohanes yang tidak boleh lolos dari pengamatan kita, yaitu respon Yesus ketika Dia ditampar oleh seorang bawahan si Imam Besar (Yoh. 18:23). Alkitab sama sekali tidak memberikan keterangan bahwa setelah Yesus ditampar, Ia menawarkan pipi-Nya yang lain. Ia memang mengajukan beberapa pertanyaan, tetapi Ia tidak membenci. Ia tidak mendendam. Dan Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Yang aku tidak habis pikir mengapa Sang Penguasa jagad raya, Allah yang berkuasa atas semua nyawa, membiarkan diri-Nya ditampar oleh ciptaan-Nya, bahkan dibunuh, untuk aku. Aku tidak habis pikir, tetapi itulah keagungan kasih-Nya yang melampaui segala akal dan pengertianku
aminðŸ™
Segala Kemuliaan hanya bagi TUHAN Haleluya Amin 🔥ðŸ›âœï¸
AMIN
artikel ini sangat memberkati saya secara pribadi,yang sedang Tuhan bawa dalam proses mengampuni dalam kasih.ðŸ™ðŸ˜‡
kiranya Tuhan memberkati para penulis artikel di apk SATE ini aminn
Amin,praise the Lord.
Amin
Amin
haleluya.. segala kemuliaan hanya bagi Tuhan
Amin
amin
Amen
amin. belajar terus dlm mengasihi
amen
Amin,
amin
Amin
Amin
amin
good