Keadilan dan Kristus

Senin, 14 Maret 2022

Baca: Mikha 6:1-8

6:1 Baiklah dengar firman yang diucapkan TUHAN: Bangkitlah, lancarkanlah pengaduan di depan gunung-gunung, dan biarlah bukit-bukit mendengar suaramu!

6:2 Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan pasanglah telinga, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya, dan Ia beperkara dengan Israel.

6:3 “Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!

6:4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.

6:5 Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari TUHAN.”

6:6 “Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?

6:7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?”

6:8 “Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”

 

Apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu? —Mikha 6:8

Kaisar pertama Romawi, Augustus (63 SM–14 M), ingin dikenal sebagai penguasa yang menegakkan hukum. Meski membangun kekaisarannya lewat perbudakan, penaklukan militer, dan suap, ia berhasil memulihkan ketertiban hukum dan memberi warganya Iustitia, seorang dewi yang dalam sistem hukum kita sekarang disebut sebagai Dewi Keadilan. Ia juga mengadakan pendaftaran penduduk yang membawa Maria dan Yusuf ke Betlehem untuk kelahiran seorang Pemimpin yang telah lama dinantikan dan yang kebesaran-Nya akan tersebar sampai ke ujung bumi (Mi. 5:1-3).

Augustus dan dunia sama sekali tidak pernah memperkirakan hadirnya seorang Raja yang jauh lebih besar, yang akan hidup dan mati untuk menunjukkan wujud keadilan yang sejati. Berabad-abad sebelumnya, pada masa Nabi Mikha, umat Tuhan sekali lagi terjerumus ke dalam budaya penuh kebohongan, kekerasan, dan “harta yang diperoleh dengan tipu daya” (6:10-12 BIS). Bangsa yang sangat dikasihi Allah telah meninggalkan-Nya, padahal Dia rindu mereka menunjukkan kepada bangsa-bangsa di sekitar mereka, apa artinya berlaku adil terhadap satu sama lain dan hidup dengan rendah hati di hadapan-Nya (ay.8).

Dibutuhkan Raja berjiwa Hamba untuk mewujudkan keadilan yang dirindukan oleh mereka yang terluka, terlupakan, dan berputus asa tersebut. Nubuat Mikha harus dipenuhi dalam Yesus agar relasi yang benar dapat terjalin kembali antara Allah dan manusia, juga antara manusia dan sesamanya. Hal itu tidak mungkin terwujud dalam ketertiban hukum yang ditegakkan di bawah perintah Kaisar, melainkan hanya dalam kemerdekaan yang didasarkan belas kasihan, kebaikan, dan teladan Raja kita yang berjiwa hamba, Yesus Kristus. —Mart DeHaan

WAWASAN
Allah memakai Mikha untuk menantang orang-orang yang teguh memegang cara mereka menjalankan agama, tetapi kurang mengamalkan kebenaran dan keadilan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Yesus juga menegur para penganut agama yang kosong semasa hidup-Nya. Teguran-Nya terhadap para pemuka agama, yang dikatakan hanya beberapa hari sebelum penyaliban-Nya, termasuk kata-kata yang dicatat di Matius 23:23. “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Kata-kata Kristus menggemakan perkataan di Mikha 6:8 dan ucapan nabi yang sezaman dengannya, Yesaya, di Yesaya 1:12-17. Keadilan sangatlah penting bagi Yesus. —Arthur Jackson

Keadilan dan Kristus
 

Menurut kamu, apa artinya berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah? Bagaimana kamu melihat hal-hal tersebut terwujud dalam diri Yesus?

Ya Bapa, dalam nama Yesus, tolonglah aku untuk berlaku adil kepada sesama dan semua orang yang Kau hadirkan dalam kehidupanku.

Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 23-25; Markus 14:1-26

Bagikan Konten Ini
40 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terima kasih Tuhan atas banyak.berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kalo dari segala macam penyakit akibat pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kam kedalam TanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi , terpuji lah Namamu kekal selamanya,amin

  2. Nistiarni Zebua
    Nistiarni Zebua says:

    Amin
    Tuhan Yesus memampukan kita semua untuk bersikap adil dalam kehidupan kita setiap harinya

  3. Ika Arihta Siahaan
    Ika Arihta Siahaan says:

    Mampukan aku selalu ya Tuhan dalam melakukan dan menerapkan perintahMu dalam kehidupan sehari-hari ku. aku berserah kepadaMu ya Bapa.

  4. Cece Collazo
    Cece Collazo says:

    Firman Tuhan ini menegur saya, Saya sebagai pelayan Tuhan dalam organisasi kampus bahkan aktif dalam kepengurusan dan pelayanan mingguan. Tetapi ketika ketidakadilan terjadi disekitar saya, saya biarkan bahkan menyetujui ketidakadilan tersebut. Melalui firman ini hati saya merasa sangat bersalah. semoga saya bisa menyampaikan maaf, walapun tidak merubah apapun yang telah terjadi

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *