Hidup Berintegritas

Sabtu, 26 Maret 2022

Baca: Amsal 11:1-3

11:1 Neraca serong adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan yang tepat.

11:2 Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.

11:3 Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya, tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya.

 

Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya. —Amsal 11:3

Abel Mutai, seorang atlet lari asal Kenya, tinggal beberapa meter dari garis finis dan akan memenangi lomba lintas alam internasional. Namun, karena bingung melihat papan petunjuk dan mengira dirinya telah melewati finis, Mutai pun menghentikan larinya. Ivan Fernandez Anaya asal Spanyol yang membuntuti di posisi kedua melihat kesalahan Mutai. Namun, alih-alih memanfaatkan keadaan dan melesat ke garis finis, ia justru menghampiri Mutai, mengulurkan lengan, dan memberi isyarat agar Mutai terus berlari untuk meraih medali emasnya. Ketika ditanya oleh seorang reporter tentang alasannya berbuat demikian, Anaya menegaskan bahwa Mutai yang selayaknya menang, bukan dirinya. “Apa yang dapat dipuji dari kemenangan saya? Kebanggaan seperti apa yang saya dapatkan dari medali emas itu? Apa yang akan dipikirkan ibu saya jika saya berbuat demikian?” Sebuah berita menulis demikian: “Anaya lebih memilih jujur daripada menang.”

Kitab Amsal berkata bahwa mereka yang ingin hidup jujur, yang ingin hidupnya menunjukkan kesetiaan dan ketulusan, akan mengambil keputusan lebih berdasarkan kebenaran daripada mencari jalan pintas. “Orang yang jujur dipimpin oleh ketulusannya” (Ams. 11:3). Komitmen kepada integritas ini bukan saja cara hidup yang benar, tetapi juga menawarkan kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya, “Tetapi pengkhianat dirusak oleh kecurangannya” (ay.3). Ketidakjujuran hanya akan berakhir sia-sia.

Sesungguhnya, jika kita mengabaikan integritas diri, “kemenangan” sesaat sama saja dengan kekalahan. Namun, ketika kesetiaan dan kebenaran membentuk diri kita dalam kuasa Allah, sedikit demi sedikit kita dijadikan umat berkarakter teguh yang menjalani kehidupan yang sungguh baik. —Winn Collier

WAWASAN
Kata ketulusan di Amsal 11:3 berasal dari akar kata tamam, yang berarti “menjadi utuh, tuntas, mencapai akhir.” Kata ini menandakan keutuhan dan kesalehan moral. Sifat-sifat ini tampak dalam hidup Ayub: “Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan’” (Ayub 2:3). Bentuk lain dari kata Ibrani ini muncul di Mazmur 15:2, yang diterjemahkan sebagai “tidak bercela.” Siapakah yang akan menikmati persekutuan dengan Allah? Orang yang tulus, “yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya.” —Arthur Jackson

Hidup Berintegritas
 

Dalam hal apakah integritas kamu sedang diuji? Apa saja pilihan yang kamu hadapi, dan bagaimana pilihan-pilihan tersebut memperkuat (atau melemahkan) integritas kamu?

Allah sumber integritas, Engkau jujur dan setia. Jadikanlah aku semakin serupa diri-Mu. Ajarlah aku hidup dengan jujur dan tulus hati.

Bacaan Alkitab Setahun: Yosua 22-24; Lukas 3

Bagikan Konten Ini
33 replies
  1. imel siregar
    imel siregar says:

    Trima kasih buat Firman Hari ini Biarlah kita bisa Hidup Senantiasa Jujut di Hadapan Tuhan..Amen

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *