Menantang Bintang

Rabu, 23 Februari 2022

Baca: Mazmur 8

8:1 Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud. (8-2) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan.

8:2 (8-3) Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kauletakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam.

8:3 (8-4) Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:

8:4 (8-5) apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?

8:5 (8-6) Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

8:6 (8-7) Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:

8:7 (8-8) kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang;

8:8 (8-9) burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan.

8:9 (8-10) Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!

Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? —Mazmur 8:5

Pada awal abad ke-20, penyair asal Italia F. T. Marinetti meluncurkan Futurisme, suatu aliran seni yang menolak masa lalu, mengejek pandangan tradisional tentang keindahan, dan sebaliknya memuja industri mesin. Marinetti menulis Manifesto Futurisme pada tahun 1909, dan di dalamnya ia menyatakan kebenciannya terhadap kaum perempuan, memuja kekerasan fisik, dan mengagung-agungkan perang. Manifesto itu ditutup dengan ungkapan: “Dengan berdiri di puncak dunia, dengan nekat sekali lagi kami menantang bintang-bintang!”

Lima tahun setelah manifesto Marinetti terbit, perang era modern benar-benar pecah. Perang Dunia I tidak membawa keagungan. Marinetti sendiri meninggal pada tahun 1944. Bintang-bintang masih pada tempatnya masing-masing, tak terusik sama sekali.

Raja Daud bernyanyi dengan puitis mengenai bintang-bintang, tetapi dengan pandangan yang jauh berbeda. Ia menulis, “Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya?” (Mzm. 8:4-5). Pertanyaan Daud bukanlah ungkapan ketidakpercayaan, melainkan kerendahan hati yang dibalut dengan kekaguman. Ia tahu Allah yang menciptakan alam semesta mahaluas ini benar-benar mengingat kita. Allah mengetahui setiap detail diri kita—baik-buruknya kita, rendah dan tingginya hati kita—bahkan sisi-sisi yang tidak kita sadari.

Tidak ada gunanya menantang bintang-bintang. Bintang-bintang itu justru menantang kita untuk ikut memuliakan Sang Pencipta. —Tim Gustafson

WAWASAN
Mazmur 8 memuja Allah sebagai Tuhan atas segala ciptaan (ay.10). Pemazmur mengakui bahwa langit dengan bulan dan bintang-bintangnya, yang dipandang bangsa-bangsa di sekitar Israel sebagai allah, merupakan “buatan jari [Allah]” (ay.4). Di hadapan kuasa Allah yang luar biasa, pemazmur merasa bersyukur sekaligus kagum pada tingginya kedudukan yang Allah berikan kepada umat manusia, yang dipercaya untuk memelihara ciptaan (ay.7-9) dan telah dimahkotai “dengan kemuliaan dan hormat” (ay.6). Gambaran yang kita temukan dalam Mazmur 8 mengenai harkat yang diberikan kepada umat manusia sungguh amat menakjubkan ketika dibandingkan dengan pustaka Timur Dekat kuno lainnya, yang menggambarkan laki-laki dan perempuan diciptakan untuk menjadi budak para dewa yang justru kemudian meragukan apakah manusia memang layak diciptakan dari semula. —Monica La Rose

Menantang Bintang

Apa saja pemikiran atau gerakan masa kini yang tidak memberi ruang bagi Allah? Apa yang mengingatkan kamu kepada Sang Pencipta, dan bagaimana itu mendorong kamu untuk memuji Dia?

Bapa Surgawi, aku menyadari kasih-Mu untukku dengan rasa kagum, takjub, dan khidmat. Siapakah aku ini? Terima kasih Engkau mengasihiku!

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 7-8; Markus 4:21-41

Bagikan Konten Ini
41 replies
  1. Vanessa silaban
    Vanessa silaban says:

    Kadang kala karena kepandaian yang diberikan Tuhan, malah disalahgunakan manusia untuk merendahkan-Nya, yakni sang pencipta segalanya….siapakah kami Tuhan hingga kami bersikap sombong dalam hidup ini?…Engkau Allah yang besar, layaklah Engkau dipuji dan disembah…Haleluyah

  2. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang telah Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami , sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerah kan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan biarlah kehendak Mu yang terjadi. terpujilah namaMu kekal selamanya, amin

  3. Hengki Sianturi
    Hengki Sianturi says:

    Dengan segenap hati dan jiwa turut serta memuliakan ciptaanMu Tuhan yang agung semesta alam. Terpujilah Tuhan

  4. Sandra Ria
    Sandra Ria says:

    Amin, terima kasih atas renungan firman hari ini, Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua, Aminnnn 😇🙏✨

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *