Memilih untuk Merayakan

Senin, 28 Februari 2022

Baca: 1 Petrus 2:1-3,9-10

2:1 Karena itu buanglah segala kejahatan, segala tipu muslihat dan segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah.

2:2 Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

2:3 jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang. —Amsal 14:30

Penulis Marilyn McEntyre bercerita, dari seorang teman ia belajar bahwa “lawan dari iri hati adalah perayaan”. Meskipun memiliki cacat fisik dan penyakit kronis yang membatasi kemampuannya mengembangkan bakat sesuai harapannya, sang teman sanggup menjalani hidup dalam sukacita dan merayakannya bersama orang lain. Sebelum meninggal dunia, ia dikenal telah menghadirkan “rasa syukur dalam setiap pertemuan”.

Pemikiran bahwa “lawan dari iri hati adalah perayaan” menetap dalam diri saya. Saya teringat kepada teman-teman saya yang menjadi contoh dari kesanggupan untuk bersukacita atas diri orang lain—suatu sukacita yang tulus, mendalam, dan bebas dari rasa persaingan. 

Kita mudah jatuh ke dalam jerat iri hati. Iri hati memanfaatkan perasaan rentan, luka, dan ketakutan kita yang terdalam. Lewat bisikannya yang memperdaya, kita dibawa berpikir seandainya saja kita lebih begini dan begitu, tentu kita tidak akan bergumul, dan tidak akan tersiksa oleh perasaan kita.

Namun, sebagaimana para petobat baru diingatkan Petrus dalam 1 Petrus 2, satu-satunya cara untuk membuang segala kebohongan yang dibisikkan rasa iri hati adalah dengan mengakarkan diri ke dalam kebenaran, yakni “mengecap”—mengalami secara mendalam—“kebaikan Tuhan” (ay.1-3). Kita dapat “saling mengasihi dengan segenap hati” (1:22) ketika kita tahu sumber sukacita kita yang sejati, yakni “firman Allah, yang hidup dan yang kekal” (ay.23).

Kita dapat mengenyahkan sikap persaingan dengan mengingat siapa kita sebenarnya. Kita adalah anggota terkasih dari “bangsa yang terpilih . . . umat kepunyaan Allah sendiri”. Kita telah dipanggil “keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (2:9). —MONICA LA ROSE

WAWASAN
Kitab Suci sering menggunakan metafora makanan untuk menggambarkan nilai sesuatu. Petrus mendorong kita untuk memiliki sikap dan rasa lapar dari “bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani,” supaya kita “bertumbuh dan beroleh keselamatan” (1 Petrus 2:2). Sembari bertumbuh dan menjadi dewasa, kita beralih dari minum susu ke makan “makanan keras” (1 Korintus 3:2), karena “makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa” (Ibrani 5:14). Yesus berkata, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:4). Ayub menghargai firman Allah lebih daripada “makanan[-nya] sehari-hari” (Ayub 23:12 FAYH). Yehezkiel makan firman Allah untuk memuaskan rasa laparnya, dan menyatakan, “Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku” (Yehezkiel 3:3). Kita dapat meniru kegirangan dan kepuasan Yeremia: “Apabila aku bertemu dengan perkataan-perkataan-Mu, maka aku menikmatinya; firman-Mu itu menjadi kegirangan bagiku, dan menjadi kesukaan hatiku” (Yeremia 15:16). —K.T. Sim

Memilih untuk Merayakan

Apa saja contoh sukacita yang bebas dari rasa persaingan yang telah mempengaruhi hidup kamu? Bagaimana mengingat tempat kamu dalam tubuh Kristus dapat membebaskan kamu dari hasrat untuk membandingkan diri kamu dengan orang lain?

Allah Pengasih, sumber segala yang baik, tolong aku melepaskan rasa iri yang menguras sukacita dan “membusukkan tulang”. Tolong aku sebaliknya untuk merayakan anugerah kehidupan yang indah dan tak terhitung banyaknya dalam Kerajaan-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Bilangan 20-22; Markus 7:1-13

Bagikan Konten Ini
32 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah KehendakMu yang terjadi, terpujilah NamaMu kekal selamanya, amin

  2. Sandra Ria
    Sandra Ria says:

    Aminnn, Terima kasih atas renungan firman hari ini Tuhan Yesus Memberkati kita semua, Aminnnn 😇🙏✨

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *