Kefanaan dan Kerendahan Hati

Rabu, 9 Februari 2022

Baca: Yakobus 4:7-17

4:7 Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!

4:8 Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!

4:9 Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita.

4:10 Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.

4:11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.

4:12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?

4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”,

4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.”

4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.

4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. —Yakobus 4:14

Cendekiawan kuno Hieronimus (Jerome) dan Tertulianus pernah bercerita bagaimana dalam dunia Romawi kuno, setelah seorang jenderal meraih kemenangan yang gilang-gemilang, ia akan diarak di atas kereta berkilauan sepanjang jalan-jalan protokol ibu kota, sejak fajar hingga matahari terbenam. Orang banyak bersorak-sorai mengelukannya. Jenderal tersebut bersimbah puja-puji, menikmati kehormatan terbesar dalam hidupnya. Akan tetapi, konon ada seorang pelayan yang selalu berdiri di belakang sang jenderal, dengan sepanjang hari berbisik di telinganya, Memento mori (“Ingatlah kamu akan mati”). Di tengah semua pujian itu, sang jenderal sangat membutuhkan kerendahan hati dengan mengingat bahwa dirinya manusia fana.

Yakobus menulis kepada komunitas yang digerogoti nafsu kesombongan dan sikap mandiri yang berlebihan. Untuk menegur arogansi mereka, Yakobus mengucapkan kata-kata yang menusuk: “Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati” (Yak. 4:6). Yang perlu mereka lakukan: “Rendahkanlah diri [mereka] di hadapan Tuhan” (ay.10). Bagaimana mereka memiliki sikap rendah hati ini? Seperti para jenderal Romawi, mereka perlu mengingat bahwa mereka akan mati. Yakobus menegaskan, “Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. . . . Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap” (ay.14). Menyadari kerapuhan diri itu membuat mereka bebas untuk hidup di bawah kehendak Tuhan yang teguh, daripada dengan usaha mereka sendiri yang sia-sia (ay.15).

Jika kita lupa masa hidup kita terbatas, kita bisa jatuh pada kesombongan. Namun, ketika dengan rendah hati kita menyadari kefanaan kita, kita dapat melihat setiap momen dan helaan napas kita sebagai anugerah. Memento mori. —WINN COLLIER

WAWASAN
Sejumlah orang dalam Perjanjian Baru memiliki nama Yakobus, termasuk anak Zebedeus/saudara Yohanes (Matius 4:21; Kisah Para Rasul 12:2) dan anak Alfeus (Matius 10:3). Yakobus yang menulis kitab Yakobus adalah anak Maria, saudara tiri Yesus (13:55). Meski di awal pelayanan Yesus Yakobus tidak percaya kepada-Nya, tetapi setelah ia melihat Kristus yang bangkit (1 Korintus 15:7), ia berubah menjadi percaya. Di Kisah Para Rasul 1:14, Yakobus diduga hadir di ruang atas setelah kenaikan Yesus ke surga, dan di kemudian hari menjadi pemimpin jemaat di Yerusalem (12:17; 15:13). —Bill Crowder

Kefanaan dan Kerendahan Hati

Apa yang menyentuh kamu dari kisah para jenderal Romawi dan ungkapan Memento Mori? Mengapa kamu perlu mengingat kefaanaan kamu?

Allah Bapa, aku sering berpikir hidupku ada di tanganku. Terkadang aku bersikap seolah-olah akan hidup selamanya. Jadikan aku rendah hati. Tolong aku untuk menemukan hidup hanya di dalam-Mu.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 6-7; Matius 25:1-30

Bagikan Konten Ini
34 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami di mana pun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami, sembuhkan juga orang- orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pada pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehendakMu yang terjadi, terpuji lah namaMu kekal selamanya, amin

  2. Samsarif
    Samsarif says:

    terkadang kita merasa tak ada jalan keluar dalam permasalahan ,tapi lewat kasih Tuhan Yesus semua tidak ada yang tidak mungkin,karena hidup kita ini kepunyaan Tuhan Yesus

  3. PosMa Regar
    PosMa Regar says:

    4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
    Heleluya

  4. Sandra Ria
    Sandra Ria says:

    Aminnn, terima kasih atas Renungan Firman Hari ini Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua, Aminnn 😇🙏✨

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *