Tak Perlu Minta Maaf

Senin, 31 Januari 2022

Baca: Lukas 7:36-44

7:36 Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.

7:37 Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.

7:38 Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.

7:39 Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”

7:40 Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon: “Katakanlah, Guru.”

7:41 “Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.

7:42 Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?”

7:43 Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.”

7:44 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.

Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya. —Lukas 7:38

“Maafkan aku,” ucap Karen karena terus menangis. Setelah kematian suaminya, ia sangat sibuk mengurus anak-anaknya yang berusia remaja. Ketika sejumlah jemaat mengadakan perkemahan akhir pekan untuk menghibur mereka sekaligus memberikan kesempatan bagi Karen untuk beristirahat, ia menangis penuh haru dan syukur, sambil berkali-kali memohon maaf atas air matanya.

Mengapa banyak dari kita memohon maaf dan merasa malu karena menangis? Simon, seorang Farisi, pernah mengundang Yesus makan di rumahnya. Di tengah acara makan, ketika Yesus duduk, seorang perempuan yang hidup dalam dosa membawa buli-buli pualam berisi minyak wangi. “Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu” (Luk. 7:38). Tanpa malu, perempuan itu mengungkapkan kasihnya dengan leluasa dan kemudian mengurai rambutnya untuk menyeka kaki Yesus. Dengan hati penuh rasa syukur dan kasih kepada Yesus, ia menciumi dan meminyaki kaki-Nya—tindakan yang bertolak belakang dengan sambutan dari tuan rumah yang berhati dingin.

Apa tanggapan Yesus? Dia memuji ungkapan kasih yang meluap-luap dari perempuan itu dan menyatakan bahwa dosanya telah “diampuni” (ay.44-48).

Kita mungkin pernah menahan air mata kita mengalir ketika kita bersyukur kepada-Nya. Namun, Allah menciptakan kita sebagai makhluk yang memiliki perasaan, dan kita boleh menggunakan perasaan kita untuk menghormati Dia. Seperti perempuan dalam Injil Lukas di atas, janganlah malu menyatakan kasih kita kepada Allah kita yang baik, yang telah memenuhi segala kebutuhan kita, dan yang menerima ucapan syukur kita dengan gembira. —Elisa Morgan

WAWASAN
Pada abad pertama di Galilea, para guru sering diundang ke dalam perjamuan makan dan masyarakat umum diundang untuk datang dan mendengarkan mereka. Dalam Lukas 7, penonton dikejutkan ketika seorang wanita yang memiliki reputasi buruk berani berinteraksi langsung dengan Yesus dan mengungkapkan rasa kasih serta syukurnya dengan mengurapi kaki-Nya. Kisah ini adalah salah satu contoh tema yang menonjol dalam Injil Lukas: orang-orang yang terpinggirkan secara sosial—yang dipandang rendah oleh kalangan religius—menjadi orang-orang yang memberikan kesaksian paling kuat mengenai kebenaran Injil. Monica —La Rose

Tak Perlu Minta Maaf

Bagaimana kamu mengungkapkan ucapan syukur kepada Allah dengan perasaan kamu hari ini? Bagaimana kamu dapat menolong orang lain merasa nyaman mengungkapkan perasaan mereka?

Allah Mahakasih, aku bersyukur karena anugerah-Mu mencukupkanku! Terimalah rasa syukur yang kunaikkan dengan sepenuh hatiku hari ini.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 25-26; Matius 20:17-34

Bagikan Konten Ini
37 replies
  1. rico art
    rico art says:

    Terimakasih Tuhan atas banyak berkat yang selalu Engkau limpahkan kepada kami hari lepas hari, pimpin dan kuatkanlah kami dimanapun kami berada ya Tuhan, serta tolong kami, sembuhkan juga orang – orang disekitar kami dari segala macam penyakit akibat dari pandemi ini ya Tuhan, serta beri kekuatan kepada yang terkena bencana, kami menyerahkan segala rencana kehidupan kami kedalam tanganMu saja ya Tuhan, biarlah kehendakMu yang terjadi, terpujilah namaMu kekal selamanya, amin

  2. Hariati
    Hariati says:

    Syalom.
    Terima kasih untuk renungan-renungan yang Bapak/Ibu posting setiap hari di “Warungsatekamu”.
    Saran dari saya tolong diperhatikan pengetikan kalimat di bagian ayat Alkitab ada beberapa yang kalimatnya tidak sesuai dengan isi Alkitab. Kemudian untuk ilustrasi tolong perhatikan supaya penggunaan kalimatnya juga lebih efektif.

    Terima kasih untuk Bapak/Ibu.
    Saya sangat terberkati lewat renungan ini.
    Syalom

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *